Chereads / Ketua Kelas / Chapter 28 - DUA PULUH TUJUH

Chapter 28 - DUA PULUH TUJUH

"Makanan sudah siap" ujar Fitra bangga.

Fitra menghampiri Genta dan Nabila yang duduk menunggu dimeja makan. Sesuai dengan janjinya Fitra memasak makanan kesukaan Genta.

"Maaf nih Fit ngerepotin" ujar Genta tak enak hati.

Fitra tersenyum manis.

"Gak apa-apa kak, kalau masak buat kak Gen mah setiap hari juga gak masalah, itung-itung belajar jadi istri shalehah" ujar Fitra.

Genta terkekeh geli mendengar ucapan Fitra.

"Ck ngarep banget lo Fit nikah sama abang gue" ujar Nabila.

"Sewot aja lo, kak Gentanya juga biasa aja" ujar Fitra.

"Lagian juga kak Gen udah ada yang punya Fit" ujar Nabila.

"Gak masalah selama janur kuning belum melengkung masih bisa ditikung" ujar Fitra.

"Hati-hati nikungnya takut jatuh" ujar Genta kini angkat bicara.

"Jatuh juga gak bakalan sakit kok kak" ujar Fitra.

"Kok gitu sih?" tanya Genta bingung.

"Iyalah kan jatuhnya ke hati kak Gen jadi gak sakit malahan seneng" jawab Fitra sambil terkekeh.

Genta tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

"Kok sekarang Fitra jago gombal sih" ujar Genta.

"Dia kan muridnya Dalvin, pasti jago gombal lah, Dalvinnya aja gombal mulu kerjaannya, gombalannya juga receh banget" sewot Nabila.

"Halahh receh-receh juga lo baper kan?" ledek Fitra.

"Eh sok tau banget lo" ujar Nabila tak terima.

"Gak usah munafik Nab, lo tuh baru dibilang cantik aja udah melayang sampe atap sekolah jebol, hahahaa" tawa Fitra pecah.

Nabila cemberut, Genta hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku adik dan sahabat adiknya itu.

Ditengah candaan mereka, tiba-tiba ponsel Fitra berdering. Terlihat nama Ido dilayar ponselnya. Fitra segera menggeser tombol hijau.

"Halo" sapa Fitra.

"Kerumah sakit sekarang" ujar Ido.

"Ada apa?"

"Abang lo kecelakaan, keadaannya sekarang keritis"

Fitra menutup mulutnya, badannya melemas.

"Kirim alamat rumah sakitnya sekarang do, gue bakal kesana" ujar Fitra.

Sambungan telfon terputus, Fitra segera membereskan barang-barangnya. Nabila dan Genta bingung melihat Fitra yang sudah menangis dan buru-buru pergi dari rumahnya.

"Fit ada apa?" tanya Nabila.

"Kak Darren kecelakaan Nab, gue harus ke rumah sakit sekarang" ujar Fitra.

Fitra hendak berjalan namun tangannya terlebih dahulu dicekal oleh Genta.

"Gue anter" ujar Genta.

Fitra menggeleng.

"Gak usah kak, gue bisa sendiri kok"

"Gak Fit, biar kak Gen yang anter lo ya, kita gak mau terjadi apa-apa sama lo" ujar Nabila.

Fitra hanya bisa pasrah dan mengangguk.

"Sebentar gue ambil kunci mobil dulu" ujar Genta kemudian berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Tak lama Genta kembali dengan kunci mobil ditangannya, dengan segera mereka bertiga meninggalkan rumah menuju rumah sakit.

Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di rumah sakit. Dengan air mata yang mengalir Fitra berlari melewati koridor rumah sakit.

Sampai sudah diruangan, Fitra segera memeluk kakanya itu. Didalam ruangan ada Dalvin, Ido, Alka, Denis dan juga Ribut.

"Kak Darren" lirih Fitra.

Keadaan Darren sangat kritis namun dia masih sadar, Dengan sekuat tenaganya Darren mengusap pelan kepala Fitra yang sedang memeluknya.

"Ma-afin ka-ka" ujar Darren terbata.

"Aku udah maafin kaka dari awal" ujar Fitra yang sudah menangis.

"Kenapa bisa kaya gini?" tanya Genta pada Ribut.

"Gue juga gak tau pasti, tapi katanya dia nabrak gara-gara berkendara dalam keadaan mabuk" jelas Ribut.

Genta hanya menganggukkan kepalanya. Darren beralih menatap Genta, mengerti dengan tatapannya Genta berjalan mendekati Darren.

"Gu-e min-ta ma-af ud-dah bu-at lo mas-uk ru-mah sak-it" ujar Darren terbata.

Genta tersenyum.

"Santai aja bro, gue udah maafin lo" ujar Genta.

"Ma-kasih, gu-e nge-la-ku-in it-tu kar-na gu-e suk-a sam-a Nab-ila, gu-e gak ter-ima cin-ta gu-e dito-lak sam-a di-a, dan gu-e juga min-ta ma-af sam-a kal-ian kar-na gu-e ud-ah ja-hat" ujar Darren.

"Kita semua udah maafin lo, sekarang lo harus bertahan supaya kita bisa main bareng sambil rayain pertemanan kita" ujar Dalvin.

Darren menggeleng lemah.

"Gu-e bak-al per-gi, gu-e gak ku-at lag-i. Gu-e moh-on sama kal-ian bu-at jag-ain ad-ik gu-e" ujar Darren.

"Lo pasti kuat, lo gak boleh ngomong gitu" ujar Genta menyemangati.

"Kak Darren pasti kuat, kaka gak boleh tinggalin Fitra, Fitra gak punya siapa-siapa lagi selain kaka" tangis Fitra pecah.

Darren tersenyum kepada adiknya, setelahnya Darren menutup matanya. Bunyi panjang suara EKG terdengar jelas ditelinga penghuni ruangan ini.

Darren menghembuskan nafas terakhirnya, tak terasa tetes demi tetes air mata berjatuhan dari kelopak mata sang penghuni ruangan. Air mata itu tidak bisa terbendung lagi dipelupuk mata mereka.

"Kak Darren bangun, Fitra gak punya siapa-siapa kak, Fitra mohon kaka bangun" tangis Fitra menjadi.

"Kaka bilang kaka sayang sama Fitra, katanya kaka mau jagain Fitra, kaka bohong kaka ingkar janji sama Fitra"

"Fitra gak mau sendirian lagi kak, Fitra takut, kalau kaka pergi siapa yang meluk Fitra disaat Fitra ketakutan, siapa lagi yang bakal usap air mata Fitra disaat Fitra nangis. Fitra mohon kaka bangun, jangan tinggalin Fitra kak" isak Fitra.

Tubuh Fitra luruh ke lantai, Nabila segera memeluk sahabatnya itu untuk memberi ketenangan.

"Lo yang sabar Fit" ujar Nabila yang ikut menangis.

"Kenapa orang yang gue sayang satu persatu ninggalin gue, kenapa gue gak pernah bahagia, apa gue gak pantes buat bahagia" teriak Fitra frustasi.

"Fit semua orang berhak bahagia, ini udah takdir Fit, lo harus ikhlas, kalau lo sayang sama kak Darren lo harus ikhlasin dia pergi supaya dia bisa tenang disana" ujar Nabila.

"Gue mau ikut kak Darren" ujar Fitra.

Fitra bangkit dan berlari keluar ruangan, Genta, Nabila dan Dalvin tak tinggal diam, mereka ikut berlari menyusul Fitra.

Fitra berlari menaiki tangga menuju rooftop rumah sakit, sampai di rooftop Fitra akan melompat dari atas gedung namun terlebih dahulu dicegah oleh Genta.

"Lo gak bisa kaya gini" ujar Genta.

"Lepasin, gue mau ikut kak Darren" ujar Fitra sambil berontak namun tenaganya tetap kalah dengan Genta.

"Lo harus terima kenyataan, cukup lo ikhlas itu bisa buat hati lo tenang, lo gak perlu ngelakuin hal bodoh itu. Lo mau mati konyol hah? Lo pikir dengan cara lo bunuh diri itu bisa buat Darren balik lagi? Ngga Fit. Ini semua udah skenario Tuhan, kita tinggal jadi pemerannya aja sambil ngikutin alur yang udah ditentuin" bentak Genta emosi.

Fitra terdiam dalam tangisannya, dia sudah tidak memberontak lagi. Genta langsung memeluk tubuh Fitra.

"Berhenti buat gue khawatir Fit, lo gak perlu takut sendiri karna lo gak sendiri. Masih ada gue dan temen-temen lo" ujar Genta.

"Kak Gen janji gak akan tinggalin gue kan? Gue gak mau sendiri kak, gue takut" isak Fitra dalam pelukan Genta.

"Gue janji gak akan tinggalin lo" ujar Genta.

Fitra mengangguk pelan dan tangisnya mulai mereda.

Nabila tersenyum memandang kakanya begitu menyayangi sahabatnya.

"Kapan kita kaya gitu Nab" celetuk Dalvin disampingnya.

"Kaya gitu gimana?" tanya Nabila pura-pura bingung.

Dalvin menoleh kearah Nabila dan menatap serius Nabila. Dalvin meraih tangan Nabila dan menggenggamnya.

"Maafin gue telat sadar Nab, sebenernya gue sayang dan cinta sama lo, plis kasih gue izin buat jadi sebagian dari hati lo"