Nabila berjalan melewati koridor sekolah yang lumayan ramai. Hari ini dia sangat bahagia karena Genta sudah pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu, dan dia pun senang Firda juga sudah mulai masuk sekolah.
Nabila memasuki kelasnya dan berpapasan dengan Firda yang akan keluar. Firda terlihat begitu lesu, mungkin efek kecelakaan belum pulih total pikir Nabila.
"Hai Fir" sapa Nabila sambil tersenyum.
Firda membalas senyuman Nabila.
"Hai Nab" balas Firda.
"Lo masih sakit?" tanya Nabila yang melihat keadaan Firda.
Firda menggeleng sambil tersenyum.
"Gue gak apa-apa kok, oh iya Nab gue mau ngomong sama lo" ujar Firda.
"Ini udah ngomong kali" ujar Nabila.
Firda terkekeh kecil.
"Maksud gue ngomong sesuatu penting, ini tentang Dalvin" ujar Firda.
Mendengar nama Dalvin disebut wajah Nabila yang tadinya ceria kini mendadak datar.
"Gue duluan" ujar Nabila dingin dan meninggalkan Firda yang masih berdiri ditempatnya.
Firda memandang kepergian Nabila.
Gue tau lo kecewa Nab, sama gue juga kecewa. Tapi rasa kecewa lo ke Dalvin gak akan pernah buat Dalvin nyerah untuk ngejar lo. Batin Firda.
Nabila duduk di bangkunya dengan pikiran bingung. Dia teringat ucapan kakanya waktu itu.
Flashback On
"Nab gue tau lo kecewa sama Dalvin dan Fitra, tapi apa rasa kecewa lo bisa bikin semuanya baik lagi? Ngga kan?" ujar Genta.
Nabila diam.
"Percuma lo kecewa sama mereka, semuanya gak bakal balik lagi, lo dengerin mereka ngomong dulu buat jelasin semuanya ke lo, apapun yang mereka lakuin itu pasti ada alasannya" ujar Genta lagi.
Nabila masih diam. Genta membuang nafas berat dan menepuk pelan pundak Nabila membuat Nabila yang tadinya menunduk kini mendongak menatap Genta.
"Nab, gue mau lo maafin mereka walaupun ngga sekarang, jangan biarin rasa kecewa lo ngejauhin lo dari sahabat baik lo sendiri" ujar Genta.
"Fitra sering bantu lo dan Dalvin juga sering lindungin lo, dan lo benci sama mereka karna satu kesalahan yang mereka perbuat ? Itu bukan pemikiran yang dewasa Nab, coba lo ngertiin mereka. Gue yakin kalau lo ada diposisi mereka lo juga bakal ngelakuin hal yang sama"
"Gue kaya gini bukan mau dukung mereka, gue gak dukung siapa-siapa, tapi gue gak mau lo terlalu lama nyimpen rasa kecewa lo itu, gue takut kecewa itu bisa berubah jadi dendam, gue gak mau itu terjadi"
Nabila menghela nafas panjang.
"Gue bakal berusaha maafin mereka kak" ujar Nabila.
Genta tersenyum manis kearah Nabila dan mengacak rambut Nabila.
Flashback Off.
Nabila tersadar dari lamunannya karena suara Atik memanggilnya.
"Lo mah Nab masih pagi udah ngelamun aja, mikirin apaan sih?" tanya Atik yang sudah duduk di bangku depan Nabila bersama Winda.
"Gue gak ngelamunin apa-apa kok" jawab Nabila.
"Ah Nabila bohong aja, lo ngelamun gara-gara gak dikasih duit jajan ya" ujar Winda.
"Gak penting banget gue ngelamunin gituan, lagian juga kalau gue gak dikasoh duit gue masih ada tabungan kok" ujar Nabila.
Winda nyengir.
"Ya takutnya kan gitu Nab" ujar Winda.
"Lo mah takut mulu, kapan beraninya" ujar Atik.
Ditengah asiknya mereka bercanda, ada yang memandang dengan tatapan sedih. Fitra berjalan lemas menuju bangkunya bersama Ressa. Ya, Fitra sudah tidak duduk lagi bersama Nabila karena insiden waktu itu.
Fitra memandang sedih kearah mereka bertiga, rasanya Fitra ingin sekali bergabung dengan mereka, bercanda bersama dan bercerita bersama.
Namun rasanya itu tidak mungkin.
"Lo masih marahan sama Nabila?" tanya Ressa yang dibalas anggukan oleh Fitra.
"Udah minta maaf?" tanya Ressa lagi.
Fitra kembali mengangguk.
"Terus dimaafin gak?"
Fitra menggeleng. Melihat respon Fitra membuat Ressa kesal sendiri.
"Lo tuh ya jawabnya pake bahasa isyarat mulu, kalau gak ngangguk ya geleng apa susahnya sih buat ngomong" teriak Ressa membuat seluruh penghuni kelas memandang bingung kearahnya.
Berisik woy, pagi-pagi udah teriak aja.
Budeg kuping gue Res denger teriakan lo yang badai.
Seperti itulah umpatan-umpatan yang dilontarkan anak kelas kepada Ressa. Sedangkan Ressa, dia hanya memasang tampang sok polosnya.
"Emang enak diomelin" ledek Fitra.
"Eh inikan gara-gara lo ya" kesal Ressa.
"Kok nyalahain gue sih, kan lo yang teriak" balas Fitra.
"Ya kan tadi lo bikin gue emosi, kalau aja lo gak gitu gue gak bakalan teriak-teriak lah" ujar Ressa cepat.
"Lo ngomong apa ngerap sih cepet amat, mendingan aja ya kalau ngerap suaranya kaya saykoji enak didenger, lah lo suara kaya speaker rusak" celetuk Fitra.
"Ehh suara gue merdu ya, gue gini-gini juga menang juara satu lomba nyanyi" ujar Ressa.
"Emang lomba nyanyi tingkat apa sampe lo juara satu, wah gue yakin tuh juri khilaf milih lo" ujar Fitra.
"Ya tingkat SD lah" ujar Ressa keceplosan.
"Huahahaaaa pantes aja lo menang orangan saingannya bocah semua lo doang yang udah bangkotan" ujar Fitra tertawa.
Ressa mendengus kesal kearah Fitra.
"Woy bedug diem, gue merinding denger ketawa lo" ujar Dalvin.
Fitra langsung diam dan menoleh kearah Dalvin sambil memberikan tatapan mematikan. Dalvin yang diberi tatapan seperti itu malah cengengesan.
"Wahh tu mata minta di colok orang ganteng ya" celetuk Dalvin.
Fitra memperagakan orang yang ingin muntah.
"Ah mual gue kok mendadak mual ya" ujar Fitra yang membuat Dalvin mendengus kesal dan kembali dengan aktifitasnya.
Fitra melirik kearah Nabila, gadis itu diam saja dengan ponselnya. Fitra dengan mantap mendekati bangku Nabila.
"Nab" panggil Fitra.
Nabila mendongak menatap datar Fitra, Fitra menggigit bibir bawahnya.
"Gu-gue minta maaf Nab" ujar Fitra.
Nabila diam.
"Gue bener-bener minta maaf Nab, sumpah gue gak mau marahan sama lo, gue kangen kita nonton bareng" ujar Fitra.
Gue juga kangen Fit. Batin Nabila.
"Gue mohon maafin gue" ujar Fitra.
"Ada syaratnya" ujar Nabila.
Fitra mendongak.
"Apa?" tanya Fitra dengan mata berbinar.
"Masakin makanan yang enak buat kak Genta" ujar Nabila.
Fitra mengangguk dengan semangat.
"Oke gue janji bakal masakin makanan yang enak buat calon pacar ehh kak Gen maksudnya" ujar Fitra keceplosan.
Duh nih mulut kagak bisa diajak kompromu banget sih, pake acara keceplosan lagi. Batin Fitra.
Nabila menahan tawanya mendengar Fitra yang keceplosan.
"Oke pulang sekolah ditunggu" ujar Nabila.
"Siap bos" ujar Fitra sambil berhormat kepada Nabila.
Nabila terkekeh melihat sifat Fitra yang tak pernah berubah.
Lo gak pernah berubah Fit, masih tetep ceria terus walaupun lo lagi rapuh. Batin Nabila tersenyum.
Akhirnya gue bisa baikan sama lo Nab.
Batin Fitra.