Chereads / Ketua Kelas / Chapter 21 - DUA PULUH

Chapter 21 - DUA PULUH

Dalvin terus memandangi Nabila yang sedang duduk dibangkunya sambil membaca novel kesayangannya.

Entah kenapa akhir-akhir ini dia merasa cemburu melihat kedekatan Nabila dengan Genta. Ido datang menghampiri sahabatnya itu.

"Gue yakin lo sayang sama Nabila" ujar Ido. Dalvin menoleh.

"Gue gak sayang sama dia" elak Dalvin.

"Kalau lo gak sayang sama Nabila kenapa lo halangin Nabila buat deket sama Genta ? Nabila juga berhak bahagia sama pilihannya, dia udah capek berjuang sendiri buat orang yang sama sekali gak pernah peka" ujar Ido.

"Maksud lo apa?" tanya Dalvin dingin. Ido menyeringai.

"Gue gak ada maksud apa-apa. Gue cuma mau ingetin lo, lo masih punya rahasia terbesar tentang keluarga Nabila dan lo juga nyembunyiin perasaan lo dari Firda. Lebih baik lo pikirin baik-baik gimana caranya lo jujur sebelum lo kehilangan keduanya" ujar Ido yang membuat Dalvin terdiam.

"Gue tau lo sayang sama Nabila tapi lo gak sadar sama perasaan lo sendiri, sekali lagi gue ingetin pikirin cara baik-baik karna kalau lo salah langkah lo bakal kehilangan Firda dan juga Nabila" ujar Ido lagi kemudian pergi kembali ke tempat duduknya.

Gimana caranya gue jujur sama Nabila. Gue gak boleh salah langkah. Batin Dalvin.

Dalvin mengusap wajahnya kasar, dia bingung harus melakukan apa. Melihat Dalvin kebingungan membuat Darren menyeringai bak iblis.

Sebentar lagi hidup lo bakal ancur Vin. Batin Darren menyeringai.

Tak lama masuklah bu Ratna kedalam kelas mereka, bu Ratna adalah wali kelas dari XI-4.

"Nabila" panggil bu Ratna.

"Iya bu" sahut Nabila sopan.

"Uang kas lancar gak? Apa ada yang nunggak?" tanya Ratna.

"Cewek lancar bu, tapi kalau cowok ada yang nunggak bahkan sampe utang" jelas Nabila.

"Oke lain kali lebih tegas lagi ya Nab" ujar bu Ratna dibalas anggukan oleh Nabila.

"Dalvin gimana keadaan kelas?" tanya bu Ratna tapi yang dipanggil tak menyahut, Dalvin menatap kosong kearah Nabila.

"DALVIN GREYSON" teriak bu Ratna hingga membuat Dalvin terlonjak kaget.

"Ehh iya bu" sahut Dalvin sambil nyengir polos.

"Kamu ini masih pagi udah melamun sambil natap Nabila lagi" ujar bu Ratna.

Dalvin menyeringai jahil.

"Ibu cemburu yaa, wahh bu masa sama murid sendiri cemburu sih" ujar Dalvin.

"Terserah kamu, oke sekarang serius ya"

"Ihh ibu main serius-serius aja, aku masih kecil dan polos bu belum bisa diseriusin, tapi kalau ibu maksa aku mau ko" goda Dalvin yang membuat wajah bu Ratna bersemu merah.

"Gimana keadaan kelas?" tanya bu Ratna mengalihkan pembicaraan.

"Baik-baik ajasih bu, tapi ada keluhan juga bu, masa yang gak bayar kas namanya ditulis dimading, kan malu bu" ujar Dalvin.

"Itusih salahnya, emang udah konsekuensinya yang nunggak itu namanya ditulis dimading, apalagi kalau ngutang" ujar Nabila.

"Yaelaahh kan minjem juga buat keperluan mendadak, sedekah dikit lah siapa tau duit kasnya nambah sendiri" ujar Dalvin.

"Mana ada" sewot Nabila.

"Ada kok, kata pak Adam juga bersedekah itu bisa mengalirkan rezeki, kan lo minjemin tuh siapa tau yang minjemnya bayar duit kasnya lancar" ujar Dalvin, pak Adam adalah guru agama di sekolah itu. Beliau juga pernah mengajarkan tentang sedekah yang masih diingat oleh Dalvin.

"Dihh boro-boro lancar yang ada malah ngutang-ngutang mulu" ujar Nabila kesal.

Bu Ratna menghela nafas berat dan geleng-geleng kepala melihat tingkah laku ketua kelas dan bendahara itu.

"Sudah cukup, kita mulai pelajaran sekarang" ujar bu Ratna dan memulai pelajaran.

Sepulang sekolah seperti biasa Dalvin mengantarkan Firda. Didalam mobil Dalvin terdiam dan terus melajukan mobilnya membelah jalanan kota.

"Dalvin" panggil Firda.

"Hm" Dalvin hanya berdehem.

"Besok sekretaris sama ketua kelas suruh kumpul di aula" ujar Firda, Dalvin hanya mengangguk.

Firda senyum-senyum.

"Ternyata cocok ya Vin, dimana ada ketua kelas disitu ada sekretaris" ujar Firda.

"Gak selamanya gitu, diantara itu masih ada bendahara" ujar Dalvin.

Firda menoleh sambil mengerngitkan dahinya.

"Maksud lo apa?" ujar Firda.

"Gak" jawab Dalvin.

Firda berpikir sejenak, kemudian dia tersadar akan ucapan Dalvin.

"Berenti" ujar Firda.

Dalvin tetap melajukan mobilnya tanpa mendengarkan ucapan Firda.

"Dalvin gue bilang berenti, gue mau turun" ujar Firda dengan suara bergetar menahan tangis.

"Gausah nangis, gue gak suka liat cewek nangis" ujar Dalvin.

Firda berdecih.

"Cihh lo gak suka liat cewek nangis tapi lo selalu buat cewek nangis Vin, gue tau lo gak pernah sayang sama gue Vin, rasa sayang lo cuma buat Nabila, lo cuma kagum sama gue gak lebih, dan bodohnya gue telat sadar" ujar Firda menangis.

Dalvin diam tak menjawab ucapan Firda.

"Lo tau Vin, gue berusaha buat nerima sikap lo yang pecicilan dan suka gombalin Nabila, lo gak tau kalau disaat lo becanda sama Nabila hati gue ngerasa sakit Vin, bahkan saat gue dan Nabila sakit lo lebih milih bawa Nabila duluan ke Uks" isak Firda.

"Ternyata bener, cowok cuma berjuang diawal aja, sedangkan cewek berjuang dari awal sampe akhir, karna cewek akan berusaha mempertahankan cintanya" ujar Firda.

"Selama ini gue diem bukan berarti gue gak tau Vin, perhatian lo ke gue itu gak lebih dari perhatian rasa kagum, gue capek Vin gue capek pertahanin lo" ujar Firda lagi. Tangis Firda semakin menjadi.

Dalvin menghentikan mobilnya.

"Kita putus, sekarang lo turun dari mobil gue" ujar Dalvin dingin.

Firda menatap tak percaya kearah Dalvin.

"Lo tega nurunin gue ditempat sepi gini?" tanya Firda.

"Bukannya lo yang minta turun" ujar Dalvin enteng tanpa menoleh kearah Firda.

Firda menggeleng tak percaya, dengan cepat Firda membuka seat-beltnya dan turun dari mobil Dalvin.

Dalvin langsung melajukan mobilnya dengan sangat kencang meninggalkan Firda dijalan yang sepi.

Firda menangis sambil berjalan tanpa arah, dan hujan tiba-tiba turun dengan sangat lebat, mengguyur tanah dan tubuh Firda.

"Lo datang tiba-tiba dan lo pergi tiba-tiba, lo jahat Vin" gumam Firda.

Firda terus berjalan sambil menangis ditengah jalan yang hujan deras. Kilau cahaya mobil datang dari arah depan Firda, tapi Firda tak mempedulikannya. Dia sangat kacau sekarang.

Mobil itu melaju dengan sangat kencang dan menghantam tubuh Firda hingga tepental lumayan jauh.

Firda terkapar tak berdaya dengan darah segar mengalir disekujur tubuhnya.

"Apa ini yang lo ingin Vin" gumam Firda setelahnya dia menutup matanya dengan rapat.