Nabila berlari kecil melewati koridor rumah sakit, sepulang sekolah dia langsung menuju rumah sakit untuk melihat kondisi kakaknya.
Sampai sudah Nabila didepan ruangan tempat Genta dirawat, dia segera membuka pintunya, terlihatlah Genta dan sosok yang dulu pernah menjadi orang terbaik dihidupnya kini menjadi orang terjahat dihidupnya.
Nabila mendekati Fitra yang sedang duduk disamping brankar rumah sakit.
"Ngapain lo kesini" ujar Nabila emosi.
"Gue mau jenguk kak Gen Nab, gue juga mau minta maaf sama lo karna udah bohong sama lo" ujar Fitra.
Nabila berdecih.
"Minta maaf? Lo pikir dengan minta maaf bisa bikin kak Genta sadar?" sentak Nabila.
"Mendingan lo pergi dari sini, jangan pernah ganggu hidup gue dan kak Genta, sekarang gue larang keras lo deket sama kak Gen" ujar Nabila lagi.
"Tapi Nab-" ucapan Fitra terpotong oleh Nabila.
"Gara-gara kakak lo, kak Genta jadi kaya gini" sentak Nabila dengan air mata yang sudah mengalir entah sejak kapan.
"Nab gue mohon sama lo, gue bohong karna gue punya alesan, gue gak mau kehilangan lo Nab, gue gak mau lo benci sama gue" ujar Fitra yang juga menangis.
"Lo gak mau gue benci sama lo dan lo gak mau kehilangan gue ? Bulshit tau gak, awalnya gue emang anggap lo sahabat terbaik gue tapi sekarang jangan harap gue mau anggap lo sahabat kenal sama lo pun gue gak mau. Sekarang lo pergi" ujar Nabila tegas.
"Nab maafin gue" lirih Fitra.
Nabila tetap mengarahkan tangannya kearah luar memberi kode Fitra untuk keluar dari ruangan ini.
"Nab maafin gue, gue bisa jelasin Nab" lirih Fitra.
"Gue gak mau ribut sama lo lagi, mendingan sekarang lo pergi dari sini, kak Genta harus istirahat" ujar Nabila.
"Nab gue mohon maafin gue, apa perlu gue sujud dikaki lo supaya lo mau maafin gue" mohon Fitra.
"Mau lo sujud dikaki gue atau sampai nangis darahpun gue gak peduli, sekarang lo pergi" ujar Nabila.
Fitra akhirnya mengalah dan pergi dari ruangan itu dengan air mata yang terus mengalir.
Setelah kepergian Fitra, Nabila terduduk sambil menangis, dia tak menyangka akan melakukan hal seperti itu pada Fitra.
Kalau aja lo gak bohong mungkin saat ini gue masih sayang sama lo Fit. Batin Nabila.
Tapi lo yang ngubah rasa sayang gue jadi rasa benci. Batinnya lagi.
Nabila bangkit dan mendekati Genta yang masih terbaring lemah di brankar rumah sakit.
Nabila menggenggam erat tangan Genta dan mengusap punggung tangannya dengan sangat lembut. Usapan itu kini beralih ke wajah Genta yang terlihat damai dalam tidurnya.
"Kak ayo bangun kita main lagi" ujar Nabila.
"Nabila tau kok kak Gen susah banget dibangunin, tapi apa kaka gak capek tidur terus" ujar Nabila lagi.
"Kaka kan pernah bilang sama Nabila kalau kaka bakal jadi orang yang kuat buat jagain Nabila, mana kak? Ayo buktiin sama Nabila kalau kak Gen itu kuat" lirih Nabila.
Tangis Nabila semakin keras karena Genta masih tetap terdiam dalam tidurnya tanpa mau merespon Nabila.
"Kak Gen, Nabila butuh kakak" ujar Nabila.
Ditempat lain Fitra berjalan dengan gontai tak tentu arah. Air matanya masih terus mengalir deras diwajahnya.
Fitra menatap kearah bawah ternyata dia ada diatas sebuah jembatan dengan sungai mengalir dibawah jembatan itu.
Fitra masih terus membayangkan wajah Nabila yang sangat membencinya sekarang. Dia sangat menyayangi Nabila, karena hanya Nabila yang bisa menemaninya disaat dia sedang sedih ataupun senang.
Dia teringat kembali dimana dia dan Nabila bermain dirumah Fitra sambil menonton drama korea kesukaan mereka.
Flashback On.
"Nab Lee Minho ganteng banget,
Emang jodoh gue gak salah yaa" ujar Fitra heboh.
"Gantengan juga Chanyeol" ujar Nabila.
"Gantenga Lee tau, tuh senyumnya manis banget ya Nab, mukanya juga agak mirip sama gue, kata lo kan kalau mukanya miri itu jodoh, wahh Lee kita sejodoh" ujar Fitra.
"Mirip dari mana coba, muka lo itu lebih mirip sama badut ancol tau, kalau gue sih mirip sama krystal jung" ujar Nabila.
"Ehh lo tuh yang lebih mirip patung pancoran bukan krystal jung, enak aja ngatain gue badut ancol" balas Fitra.
"Iyadah iyaa, gue ngalah aja" ujar Nabila pasrah.
Kemudian mereka kembali menonton drama koreanya dalam keheningan.
Flashback Off.
Fitra terkekeh mengingat moment bersama Nabila ketika mereka masih baik-baik saja.
Wajah Fitra kembali datar mengingat bahwa itu hanya dulu dan sekarang dia akan kehilangan sosok Nabila yang cerewet.
"Gue emang pantes dibenci Nab, gue udah jahat sama lo" gumam Fitra.
Fitra tersenyum miris.
"Gue gak pantes temenan apalagi sahabatan sama lo Nab, lo terlalu baik buat gue dan gue terlalu jahat buat lo" gumamnya lagi.
"Gara-gara gue lo dan kak Genta selalu dalam masalah, gue pantes dibenci sama kalian, bahkan gue juga benci sama diri gue sendiri" lirih Fitra.
"Kenapa gue harus ada didunia ini sementara semua orang benci sama gue, gue gak pantes hidup" teriak Fitra frustasi.
Fitra menarik rambutnya frustasi, dia sangat putus asa sekarang, menurutnya hidupnya sekarang sudah tidak berguna lagi.
"Lebih baik gue mati aja, dengan begitu gue gak pusing mikirin masalah gue" gumam Fitra.
Setelahnya Fitra menaiki pembatas jembatan itu, dia akan melompat dari jembatan itu, dia sudah tak memperdulikan dirinya lagi.
Saat ini hanya bunuh diri yang Fitra pikirkan. Fitra mengambil ancang-ancang untuk melompat. Dia memejamkan matanya rapat-rapat.
"Gue harus mati"