Chereads / Ketua Kelas / Chapter 22 - DUA PULUH SATU

Chapter 22 - DUA PULUH SATU

Dalvin mengetikkan pesan kepada Nabila untuk mengajak ketemuan, dia akan mengatakan yang sebenarnya kepada Nabila.

Dalvin : Nab temui gue di kafe biasa

Nabila : Mau apa?

Dalvin : ada yang mau gue omongin penting

Nabila : oke

Dalvin segera menyambar jacket hitamnnya dan mengambil kunci motornya kemudian melaju dengan sangat kencang.

Ditengah perjalanan Dalvin merasakan ponselnya bergetar, dia menepikan motornya dan merogoh ponsel disakunya.

Terpampang id-caller Ribut dilayar ponsel Dalvin. Dia segera mengangkatnya.

"Halo" sapa Dalvin.

"Dimana lo anjing" ujar Ribut emosi.

"Ada apa?" tanya Dalvin

"Ke rumah sakit sekarang"

"Gue ada urusan"

"Sejak kapan lo jadi brengsek gini? Lo udah buat Firda koma di rumah sakit dan lo gak mau nengok dia buat tanggung jawab?" papar Ribut.

Firda koma. Batin Dalvin.

"Gue kesana sekarang, kirim alamat rumah sakitnya" ujar Dalvin kemudian menutup sambungan telfonnya.

Ponsel Dalvin bergetar pertanda ada pesan masuk yaitu alamat rumah sakit yang dikirimkan oleh Ribut. Dalvin segera menancap gas menuju rumah sakit, dia telah melupakan pertemuannya dengan Nabila.

Ditempat lain, Nabila sudah menunggu selama dua  jam, namun Dalvin belum datang juga. Nabila sangat gelisah saat ini, pasalnya waktu sudah menunjukan jam 10 malam, ibunya pasti sudah menunggunya.

Nabila terus celingukan mencari sosok Dalvin hingga sebuah suara mengejutkannya.

"Dia gak akan nemuin lo" ujar suara itu.

Nabila menoleh terkejut, seketika itu tubuhnya menegang, rasanya dia sulit untuk menelan salivanya.

"Da-Darren" ujar Nabila ketakutan.

"Lo tambah cantik kalau lagi ketakutan" ujar Darren.

Nabila menundukkan kepalanya, dia ingin hilang saat ini juga. Dia benar-benar ketakutan melihat wajah Darren yang seperti iblis sedang menyamar menjadi orang cakep.

"Lo ikut gue!" ujar Darren sambil menarik tangan Nabila.

Nabila hanya bisa pasrah dibawa oleh Darren, dia tak bisa melawan Darren.

Ketakutan Nabila semakin bertambah ketika Darren membawanya memasuki hutan yang gelap dan sepi. Wajah Nabila pucat dia meremas ujung bajunya menahan ketakutannya.

Sampai sudah mereka disebuah bangunan tua dan kusam, Darren kembali menarik Nabila untuk masuk kedalam bangunan tia itu.

Setelah masuk terlihatlah segerombolan orang memakai jacket kulit hitam. Diantara segerombolan itu ada satu yang berambut gondrong, wajahnya sangat menyeramkan diwajahnya tercetak banyak bekas sayatan yang Nabila yakin bahwa dia sering berantem.

"Akhirnya lo dateng" ujar cowok berambut gondrong itu.

"Mangsa lo cantik juga" ujarnya lagi sambil menampakkan seringaian yang menyeramkan bagi Nabila.

Tolong ilangin gue dari sinii, gue takut. Batin Nabila.

Lagi-lagi Darren menarik Nabila memasuki sebuah ruangan yang tidak terlalu besar.

"Lo dengerin gue baik-baik" ujar Darren.

"Lo pengen tau kan siapa yang udah nabrak adik kandung lo" ujar Darren.

Nabila diam, dia menunggu Darren meneruskan ucapannya tadi.

"Yang nabrak Risa yaitu orang yang lo sayang, Dalvin Greyson" ujar Darren sambil menekankan nama Dalvin.

Nabila membulatkan matanya kaget kemudian geleng-geleng kepala.

"Gue gak akan percaya sama ucapan lo" sentak Nabila.

Darren tertawa keras.

"Nabila lo terlalu bego sampai-sampai lo dibohongin sama Dalvin sekaligus Fitra sahabat lo sendiri" ujar Dalvin.

"Dalvin yang buat adik lo mati dan Fitra juga udah nutupin identitasnya bahwa dia adik kandung gue" ujar Darren lagi.

"Lo tau? Gue dapet nomor lo dan gue tau sesuatu tentang lo itu dari Fitra adik gue sendiri" ujar Darren.

Nabila menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tak menyangka bahwa sahabat sekaligus orang yang dia sayang menyimpan rahasia tentang dirinya.

Nabila menangis sesegukan.

"Gue bodoh, gue bego dan gue tolol, dengan mudahnya gue ditipu sama sahabat dan orang yang gue sayang" ujar Nabila frustasi.

"Tenang Nab, gue selalu ada disini buat lo" ujar Darren sambil menyeringai.

Darren menyodorkan segelas vodka kepada Nabila. Dia sangat tau orang yang sedang rapuh itu menginginkan ketenangan.

"Minumlah Nab, gue yakin lo pasti bakal tenang" ujar Darren.

Nabila menatap gelas yang ada ditangan Darren, Nabila tidak pernah menyentuh atau meminum minuman itu. Tapi saat ini pikiran Nabila sangat kacau dan dia mengambil gelas ditangan Darren kemudian menenggaknya hingga habis.

Tenggorokan Nabila terasa panas ketika meminum itu, tak lama Nabila merasakan dirinya lumayan tenang dan dia meminta kembali minuman itu sampai dia mabuk dan mengigau.

"Gue benci sama lo Dalvin, gue juga benci sama lo Fit, hahaa gue emang bosoh bisa kalian tipu" Nabila mengigau saat mabuk.

"Tapi gue gak peduli itu semua, sekarang gue udah tenang" ucapan Nabila semakin melantur hal itu membuat Darren tertawa puas akan kemenangannya.

Siap-siaplah Dalvin lo bakalan kehilangan sosok Nabila. Batin Darren puas.

Dalvin berlari menuju ruangan dimana Firda dirawat. Ketika sudah sampai didepan ruangan itu satu bogeman maut mendarat mulus diwajah Dalvin membuat Dalvin tersungkur ke lantai.

"Lo apa-apan hah?" bentak Dalvin kepada Ribut.

"Lo udah bikin Firda koma anjing" teriak Ribut dan lagi-lagi bogeman itu mendarat diwajah tampan Dalvin.

"Stop, biarin dia jelasin ke kita apa yang terjadi sebenernya" ujar Ido menengahi.

Alka membantu Dalvin untuk berdiri.

"Apa yang terjadi sebenernya?" tanya Alka.

Dalvin mulai menceritakan dari awal dia bertengkar dengan Firda sampai dia menurunkan Firda di jalan.

"Lo bego" bentak Ribut.

"Gue emang bego, kenapa lo ngotot ke gue, ohh gue tau jangan-jangan lo suka sama Firda kan?" tebak Dalvin yang membuat Ribut terdiam.

"Kenapa diem? Benerkan omongan gue? Cihh dasar banci lo gak berani ngomong tentang perasaan lo, pengecut" ujar Dalvin.

"Stop, kalau kalian adu bacot mulu masalah kapan kelarnya, jangan karena cewek persahabatan kita hancur" ujar Ido.

"Berantem karena cewek? Ck udah gak zaman broh, kaya bocah ajaa" ujar Denis.

"Ck lo ngomong kaya gitu karna lo jones jadi gak pernah ngerasain apa itu cinta" ujar Alka.

"Kaya lo kagak jones aja, ngaca brohh" balas Denis.

Ido membuang nafas beratnya.

"Sesama jones gausah saling ledek, mendingan kita kelarin masalah ini" ujar Ido yang membuat Denis dan Alka mendengus kesal.

"Gak seharusnya lo nurunin Firda dijalan Vin" ujar Ido.

"Gue khilaf" ujar Dalvin enteng.

"Enteng banget lo ngomong gitu, kelakuan lo itu bangsat woyy" ujar Ribut.

Dalvin menggeram kesal sambil mengepalkan kedua tangannya. Ido menepuk pundak Dalvin dua kali, mencoba meredamkan emosi Dalvin.

"Oke gue ngerti lo khilaf, nanti kalau Firda udah sadar lo harus minta maaf sama dia dan jujur sama dia tentang perasaan lo ke Nabila".

Mendengar nama Nabila jantung Dalvin berdetak dengan cepat. Dia baru ingat bahwa dia telah membuat janji pada Nabila untuk bertemu di kafe.

"Gue lupa, gue ada janji sama Nabil" ujar Dalvin.

Ketiga sahabatnya menepuk jidat secara bersamaan melihat Dalvin yang pelupa terkecuali Ribut dia hanya diam menatap datar kearah Dalvin.

"Banyak dosa si lo, makanya lupa terus" celetuk Denis.

"Iya gitu? Kata siapa lo kalau lupa banyak dosa?" tanya Alka.

"Kata enyak gue" jawab Denis.

"Gue yakin Nabila udah keduluan sama Darren" ujar Ribut yang membuat Dalvin, Ido, Alka dan juga Denis menoleh menatapnya.

"Maksud lo apa hah?" emosi Dalvin terpancing lagi.

Ribut tersenyum miring.

"Lo harus inget banyak musuh diluaran sana yang berusaha buat ngancurin hidup lo, dan inilah waktu yang tepat, lo lagi lengah" ujar Ribut.

Dalvin terdiam, ucapan Ribut memang ada benarnya juga.

"Gue cabut" ujar Dalvin meninggalkan sahabatnya.

"Kalau ada apa-apa kabarin kita" teriak Alka yang dibalas dengan acungan jempol oleh Dalvin.

Dalvin melajukan motornya menuju kafe. Sesampainya disana Dalvin mengitari sudut demi sudut kafe yang sudah mulai sepi.

Dalvin menggeram kesal karena dia sudah lengah. Tak lama ponsel Dalvin bergetar ada notifikasi pesan masuk.

083xxxxxx : Nabila ada sama gue, kalau lo mau Nabila balik, temuin gue dimarkas dan inget jangan lapor polisi.

Dalvin sangat tau bahwa itu pekerjaan Darren, Dalvin memukul keras stirnya,saat ini dia sangat emosi sekarang.

"Bangsat, seujung kuku dia sentuh Nabila gue pastiin detik itu juga dia bakal abis ditangan gue" gumam Dalvin dengan penuh emosi.