Pagi ini suasana kelas XI-4 yang tadinya ramai kini menjadi hening. Kedatangan pak Dandi membuat seisi kelas mendadak bungkam, mengingat pak Dandi adalah guru killer yang terkenal di SMA ini.
"Selamat pagi" sapa pak Dandi dengan nada tegas.
"Pagi pak" balas semua murid.
"Kalian pasti bingung kenapa saya masuk ke kelas ini, padahal ini bukan jam pelajaran, saya disini akan memberitahukan kalian bahwa hari ini kita kedatangan anak baru" ujar pak Dandi.
Keadaan menjadi heboh, semuanya saling berbisik-bisik penasaran siapa anak baru yang akan masuk kelas mereka. Tapi tidak dengan Nabila dan Ido, mereka berdua sangat tegang.
Gue harap itu bukan Darren. Batin Nabila.
Kalau itu beneran Darren, sekolah bakalan heboh dan banyak masalah. Batin Ido.
Nabila dan Ido saling melempar pandangab karena panik. Dalvin yang merasakan kegelisahan Ido merasa curiga.
"Lo kenapa kayanya tegang amat?" tanya Dalvin.
"Gak apa-apa, gue cuma kebelet Vin" jawab Ido sambil Nyengir.
Dalvin menatap Ido penuh selidik, sedangkan Ido yang mendapat tatapan seperti itu dari Dalvin hanya mampu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Gue yakin lo pasti nyembunyiin sesuatu dari gue. Batin Dalvin.
"Gausah liatin gue kaya gitu napa, jadi ngeri gue Vin, kalau lo naksir sama gue bahaya lo" ujar Ido.
"Ck gue normal kali" decak Dalvin.
"Okee mohon perhatiannya, silahkan masuk dan perkenalkan diri kamu" ujar pak Dandi.
Entah kenapa pergerakan semuanya menjadi lambat, suasana semakin tegang. Muncullah sosok pria berperawakan tinggi, hidung mancung, berkulit putih dan sangat tampan.
Hampir semua gadis disini terhipnotis dengan ketampanannya.
"Perkenalkan nama saya Darren Renville Smith" ujar Darren memperkenalkan dirinya.
Eh gila ganteng banget.
Gue bakal gebet tuh cowok.
Mau daftar jadi pacar lo dong.
Begitulah bisikan-bisikan para gadis yang ada di dalam kelas ini.
Gue berharap gak akan ada masalah. Batin Nabila.
Dalvin memasang wajah datarnya ketika tahu siapa yang menjadi anak baru di kelasnya.
"Ck ternyata anak kecebong yang jadi anak barunya" gumam Dalvin.
Ido hanya terkekeh mendengar gumaman Dalvin.
"Oke Darrn, silahkan kamu duduk disamping putra" ujar pak Dandi.
Darren mengangguk dan berjalan menuju bangku Putra, Darren sempat melirik Nabila saat melewati bangkunya.
"Dalvin sekarang pelajaran siapa?" tanya pak Dandi.
"Bagian bu Shofi pak" jawab Dalvin.
"Kalau bu Shofinya belum datang kamu jemput ya" .
"Iya pak".
"Yasudah bapak keluar dulu, oh iya bapak minta sama kamu Dalvin, tolong temani Darren keliling untuk melihat sekolah" perintah pak Dandi.
"Saya gak bisa pak, yang lain aja" ujar Dalvin malas.
"Yasudah kamu saja Nabila yang menemani Darren" ujar pak Dandi.
Nabila hanya mengangguk pasrah, sedangkan Darren tersenyum licik.
Liat kejutan yang bakal gue kasih ke lo Nab. Batin Darren.
"Kak Darren" panggil Fitra yang sudah ada taman belakang sekolah.
"Gue mau lo jaga rahasia kalau lo itu adek gue" ujar Darren dingin.
"Tapi kak ak-" ucapan Fitra terpotong.
"Gak ada tapi-tapian, kalau lo bocorin rahasia kita, siap-siap aja lo bakal abis ditangan gue, gue gak peduli lo adik gue atau bukan" ancam Darren.
Kemudian Darren beranjak pergi meninggalkan Fitra yang masih berdiri mematung ditempat tadi.
Kenapa lo jahat kak, gue pengen lo jadi kakak yang selalu sayang sama adek lo. Batin Fitra.
Nabila berjalan keliling sekolah mencari keberadaan Fitra yang sudah menghilang sejak jam istirahat tadi.
"Lo kebiasaan banget sih Fit ngilang mulu kaya tuyul" gerutu Nabila.
Sampai di Aula langkah Nabila terhenti karena mendengar suara seseorang yang sedang tertawa. Nabila merasa penasaran kemudian mengintip lewat jendela.
Nabila melihat Dalvin sedang menyuapi Firda eskrim di dalam Aula, Dalvin sesekali mengusap pucuk kepala Firda dan membersihkan sisa-sisa eskrim dibibir Firda dengan tangannya.
Berita tentang berpacarannya Dalvin dan Firda sudah tersebar cepat diseluruh siswa dan siswi SMA ini, bahkan dikalangan guru-gurupun sudah banyak yang mengetahuinya. Belum lagi Dalvin dan Firda menjadi trending topic karena dianggap pasangan yang sangat cocok.
Banyak sekali yang menatap mereka dengan tatatap iri, bahkan kagum karena romantisnya kebersamaan mereka setiap hari.
Rasa sesak itu kembali Nabila rasakan, sangat sulit untuk melupakan seorang Dalvin dari hatinya.
"Ngintip mulu, bintitan tau rasa lo" ujar suara berat yang membuat Nabila menegang.
Nabila menoleh dan membulatkan matanya mendapati Darren yang sudah berdiri tak jauh dari hadapannya.
"Da-Darren" ujar Nabila gugup.
Darren menyeringai, Darren berjalan pelan mendekati Nabila yang berdiri tegang. Tubuh Darren kini hanya berjarak satu langkah dengan Nabila. Tangannya terulur untuk menyelipkan anak rambut dibelakang telinga Nabila. Kemudian mengusap pipinya dengan lembut.
"Kecantikan lo emang gak pernah berubah Nab" ujar Darren.
Nabila menepis kasar tangan Darren dan mendorong tubuh Darren untuk menjauhinya.
"Jangan pernah sentuh gue" ujar Nabila emosi.
"Lo gak usah sok suci Nab" remeh Darren.
"Gue gak sok suci, tapi sampe kapanpun gue gak akan rela disentuh sama tangan kotor lo" ujar Nabila.
Darren mengepalkan tangannya mendengar ucapan Nabila. Dia sangat emosi namun tetap dia tahan agar tidak lepas kendali.
"Lo gak pernah berubah Nab" ujar Darren.
"Lo pikir gue power ranger apa yang bisa berubah" kesal Nabila.
"Woahh lo bisa becanda juga ternyata" ujar Darren yang lagi-lagi ingin memegang wajah Nabila namun segera ditepis oleh Nabila.
"Gak usah macem-macem" ujar Nabila.
Kini Nabila takut dengan sosok Darren yang ada dihadapannya. Wajahnya memang tampan tapi sifatnya bagaikan iblis yang tak punya hati nurani.
Darren semakin mendekatkan wajahnya kewajah Nabila, deru nafas Darren sampai terdengar jelas oleh Nabila.
"Gue mohon jangan lakuin itu" lirih Nabila.
"Brengsek".
Bugh.
Sebuah pukulan keras mendarat mulus diwajah Darren. Darren melihat siapa yang sudah melakukan ini padanya kemudian tersenyum picik.
"Cihh mau sok jadi pahlawan lo do?" ujar Darren meremehkan.
Ido membalas senyumannya dengan senyum yang tak kalah piciknya.
"Gue emang pahlawan" ujar Ido pede.
Kemudian Ido menggenggam tangan Nabila dan membawanya pergi dari hadapan Darren.
"Cihh dasar pengecut lo" ujar Darren yang membuat Ido menghentikkan langkahnya dan berbalik badan.
"Gue pengecut? Terus apa namanya cowok yang beraninya sama cewek? Pecundang? Atau banci?" ujar Ido dengan sinis. Kemudian kembali melanjutkan langkahnya.
Darren menendang kursi yang ada sisampingnya sangat keras hingga membuat suara dentuman yang cukup nyaring.
"Untuk kali ini kalian menang, tapi liat aja nanti gue bakal buat kalian tunduk dihadapan gue" geram Darren.
Nabila duduk dibangkunya sambil menangis, kejadian tadi benar-bemar membuatnya sangat ketakutan. Fitra yang melihat Nabila seperti ini merasa bersalah.
"Maafin gue Nab udah ninggalin lo" ujar Fitra pelan.
"Halahh toa, sahabat macam apaan lo main ngilang-ngilang aja, udah kaya tuyul aja lo" kesal Ido.
"Ishh guekan ada urusan, tuyul-tuyul aja lo tuh kalong item" balas Fitra.
"Ck. Dasar bayi dugong" ujar Ido lagi.
"Ihh lo tuh banci pengkolan" ledek Fitra.
"Ehh bukannya hibur si Nabila malah adu bacot aja" ujar Alka.
Fitra diam dan kembali menatap Nabila.
"Nab gue minta maaf" ujar Fitra dengan wajah memelas.
"Gak usah melas-melas gitu Nabila juga kagak bakalan kasian ama lo" celetuk Ido.
"Lo bacot mulu dari tadi, gue jait tuh mulut baru tau rasa lo" sewot Fitra.
"Udah dong, berisik tau" ujar Nabila dengan suara khas orang yang sedang menangis.
"Maaf" ujar Fitra dan Ido secara bersamaan.
"Lo tadi abis kemana Fit?" tanya Nabila.
Fitra diam. Dia tak tahu harus jawab apa.
"Kenapa lo ngilang samaan sama Darren? Apa lo kenal sama dia?" tanya Nabila penasaran.
Fitra benar-benar tak tahu harus menjawab apa, jika dia jujur dia akan kehilangan sosok seorang kaka yang sangat dia sayangi, tapi jika dia tidak jujur dia sangat merasa bersalah pada Nabila.
"Kenapa lo diem aja?" tanya Nabila lagi.
"Gu-gue" Fitra gugup.
"Gue apa?" Nabila terus memojokkannya dengan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang mematikan.
"Sebenernya gue-"