Chereads / Ketua Kelas / Chapter 14 - TIGA BELAS

Chapter 14 - TIGA BELAS

Disinilah Nabila berada di rumah mewah yang banyak dihiasi balon, lampu kelap-kelip dan ramai akan orang-orang yang berdatangan membawakan kado untuk sang pemilik acara.

Ya, Nabila berada di rumah Firda untuk merayakan hari ulang tahun Firda yang ke 17 tahun.

"Nabila" panggil Fitra yang sudah ada disampingnya.

Nabila menoleh kearah Fitra.

"Lo yakin bakalan kuat liat Dalvin nembak Firda?" tanya Fitra ragu. Fitra memang sudah mengetahui bahwa Nabila jatuh cinta pada Dalvin.

Nabila membuang nafas berat kemudian mengangguk yakin.

"Gue gak maksa lo buat berenti cinta sama Dalvin, tapi gue mohon sama lo, kalau lo bener-bener gak kuat, lo harus berenti Nab, gue gak mau lo terus-terusan nahan sakit liat Dalvin sama Firda". Ujar Fitra khawatir.

Nabila tersenyum simpul.

"Gue bakal berenti kalau gue udah bener-bener lelah buat berjuang sendiri, tapi gue gak akan rebut Dalvin dari Firda kok Fit, cukup gue yang mengagumi dia aja, cinta memang gak harus memiliki kan?" ujar Nabila.

Fitra mengangguk kemudian tersenyum.

"Yuk kita masuk, kita belum ngucapin selamat ke Firda loh" ajak Nabila yang dibalas anggukan oleh Fitra.

Nabila dan Fitra berjalan menelusuri ruangan yang ramai untuk mencari Firda. Langkah Nabila tiba-tiba berhenti dan itu membuat Fitra ikut menghentikan langkahnya. Nabila menatap nyalang kearah dua sosok insan yang sedang bersenda gurang bagaikan pasangan kekasih yang sangat bahagia.

Nabila merasakan sesak lagi didadanya. Melihat Dalvin sangat bahagia bersama Firda begitupun Firda sangat bahagia bersama Dalvin membuatnya ingin menangis saat ini juga.

Lo harus kuat Nab, jangan lemah. Batin Nabila.

Fitra menatap iba kearah sahabatnya ini. Dia sangat tidak tega melihat sahabatnya yang biasanya ceria kini terlihat begitu rapuh.

"Nab" panggil Fitra pelan.

"Gue gak apa-apa kok Fit" ujar Nabila sambil tersenyum.

"Kita pulang aja ya, gue gak mau lo makan ati disini" ujar Fitra. Nabila menghela nafas panjang kemudian mengangguk setuju.

Nabila duduk terdiam di balkon kamarnya, matanya menatap langit yang indah dengan hiasan para bintang yang tersenyum cerah.

Bisa kenal sama lo aja itu udah buat gue bahagia Vin. Batin Nabila.

Nabila tersenyum miris, betapa beruntungnya Firda yang sama sekali tidak berjuang tapi dia bisa mendapatkan Dalvin. Tapi Nabila, dia berjuang namun Dalvin tak pernah melihat perjuangannya. Sekalipun melihat dia tetap menganggap bahwa itu hanya perlakuan seorang sahabat kepada sahabatnya.

Lamunan Nabila buyar begitu saja akibat bunyi ponsel yang begitu nyaring. Nabila mengambil ponselnya, keningnya mengkerut melihat nomor baru yang menelfonnya.

"Hallo ini siapa ya?" tanya Nabila.

"Hai apa kabar?" tanya suara berat diseberang sana.

"Da-Darren" kaget Nabila.

"Ternyata lo masih pinter buat ingat sama suara gue".

"Ada apa?" tanya Nabila to the point.

"Santai dong kita basa-basi aja dulu, gue kangen banget sama lo Nab"

"Kalau gak penting gue matiin telfonnya" ancam Nabila.

"Woaahh ancaman lo gak bermutu juga yaa".

Nabila segera memutuskan sambungannya secara sepihak. Bagaimana bisa Darren mengetahui nomornya, bahkan teman sekelasnyapun hanya beberapa saja yang punya nomornya.

Ponselnya bergetar lagi, kali ini bukan panggilan yang masuk melainkan pesan. Nabila membulatkan matanya ketika membuka pesan itu.

+628xxxxxx : sampai ketemu besok di sekolah

Nabila meneguk salivanya.

Darren bakal satu sekolah? Berarti dia bakal ketemu sama Dalvin, kalau mereka berantem gimana? Gumam Nabila panik.

Nabila menggigit jarinya. Segera dia menghubungi Ido.

Nabila : Doy bisa ketemu gak ?.

Ido : Gue lagi ngapel cewek gue Nab.

Nabila : Ayolah penting nih.

Ido : Okelah dimana ?

Nabila : Kafe cokelat yang di pertigaan dekat kompleks.

Ido : Otewe

Nabila segera mengambil jacket pinknya, dia berjalan kaki menuju kafe, karena kafenya lumayan dekat.

Nabila memasuki kafe itu, pandangannya menyusuri mencari seseorang, tepat dimeja nomor 15 Ido sedang duduk sambil melambaikan tangannya kearah Nabila.

Nabila segera menghampiri Ido dan duduk dihadapannya.

"Lo udah ganggu gue tau" kesal Ido.

"Yaelahh Do cuma bentaran kok" ujar Nabila.

"Ada apa?" tanya Ido.

"Darren mau masuk sekolah kita besok" ujar Nabila.

"Uhuk uhuk" Ido tersedak mendengar ucapan Nabila.

"Anjiirr lo jelek banget Do kalau keselek" ujar Nabila.

"A-air" ujar Ido sambil mengusap tenggorokannya.

"Ck keselek air minum air" ujar Nabila sambil memberikan air pada Ido.

"Lah terus minum apa? Kentang goreng?" sewot Ido.

"Kentang dimakan kali bukan diminum"

"Lahh itu tau. Udahlah, tadi lo bilang ketek kecebong bakal satu sekolah sama kita?" tanya Ido.

"Iya, tadi dia nelfon gue, dapet dari mana coba nomor gue" ujar Nabila bingung.

"Ya pasti dari sah-" Ido menutup mulutnya.

"Sah? Sah apa doy?" tanya Nabila bingung.

"Sah, saha eta Nab geulis pisan eyy" ujar Ido sambil menunjuk kearah cewek yang sibelakangnya. Sedangkan yang ditunjuk mengedipkan matanya kepada Ido yang membuat Ido bergedik ngeri.

Untung aja kagak keceplosan gue. Batin Ido lega.

Nabila menatap Ido serius, sedangkan yang ditatap memasang tampang begonya.

"Gue gak nyangka sama lo doy" ujar Nabila sambil geleng-geleng takjub.

Ido semakin bingung dengan ucapan Nabila.

"Lo ganteng do, tapi selera lo rendah juga ya" ujar Nabila tak percaya.

"Ishh selera gue tinggi kali, gue kalau milih cewek itu bodynya yang kaya gitar spanyol Nab" ujar Ido.

"Cabe gocengan yang lo tunjuk tadi bodynya kaya gitar spanyol ? Wahh lo kurang melek kayanya do, gue rukyah sini biar bener" ujar Nabila.

"Emang lo bisa rukyah Nab?" tanya Ido.

"Bisalah"

"Okelah rukyah gue sekarang" Perintah Ido.

Nabila berdiri, tangannya terjulur dan memegang kepala Ido, mulutnya komat-kamit membacakan sesuatu. Setelahnya Nabila duduk kembali.

"Udah Nab?" tanya Ido.

"Udah do, kan lo tadi udah gue rukyah, sekarang gantian lo traktir gue ya" ujar Nabila.

"Okelah, pesen apa aja Nab, biar gue yang bayarin" ujar Ido.

Nabila tersenyum puas penuh kemenangan. Kemudian dia memesan makanan.

Lo bego juga ya Do, gampang banget gue kibulin, lumayanlah makan gratis. Batin Nabila tersenyum.