Darren menampilkan senyum devilnya kepada Dalvin dan kawannya.
"Ternyata lo pengecut juga mainnya keroyokan" ujar Darren.
"Gue pengecut? Lo gak nyadar? Disini yang lebih pengecut itu lo, lo nyekap cewek dan sekarang lo mau fight tapi make senjata" ujar Dalvin sinis.
"Kenapa lo takut kalah?" tanya Darren meremehkan.
"Gue gak pernah takut" ujar Dalvin tegas.
"Ternyata sifat sok pahlawan lo masih ada, andai aja Nabila tau masa lalu lo dia pasti bakal benci banget sama lo" ujar Darren.
"Lo ngancem gue? Sayangnya gue gak pernah takut sama anceman basi lo"
"Gue gak ngancem lo, tapi gue janji sama diri gue sendiri, gue bakal buat hidup lo hancur begitu juga Nabila bakal gue jadiin mangsa gue" ujar Darren dengan senyum devilnya.
"Nyesel gue gak bikin lo mati aja tahun lalu" ujar Dalvin menahan emosi.
"Sayangnya gak gampang lo bisa ngelakuin itu ke gue" remeh Darren.
Tangan Dalvin terkepal erat, wajahnya merah padam dan rahangnya mengeras. Emosinya kini sudah tak bisa dia tahan lagi.
"Brengsek lo"
Bugh. Sebuah bogeman mendarat dengan mulus diwajah Darren hingga membuatnya tersungkur dan darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
Darren bangkit sambil mengusap kasar darah di sudut bibirnya itu.
Bugh. Kini bogeman itu mendarat diwajah Dalvin, dengan cepat Dalvin bangkit dan mulai menghajar Darren secara brutal.
Fitra yang melihat kakaknya di pukuli habis-habisan oleh Dalvin merasa kasihan.
"Dalvin cukuupp" teriak Fitra dengan suara serak khas orang menangis.
Dalvin menghentikan pukulannya menatap Fitra yang menangis dan diwajahnya tersirat jelas kerapuhan.
Fitra yang selama ini Dalvin anggap ceria ternyata seseorang yang sangat rapuh.
Darren yang melihat Dalvin lengah segera bangkit dan gantian memukuli Dalvin secara brutal. Idopun tak tinggal diam melihat sahabatnya dipukuli segera menghentikan Darren dan menghajarnya.
"Gue mohon jangan sakitin kak Darren" teriak Fitra lagi.
Idopun tak tega melihat Fitra yang menangis, dengan terpaksa Ido membiarkan Darren bebas dari tangannya.
Denis, Ribut dan Alka segera menghampiri Fitra untuk melepaskan ikatan tali ditubuhnya.
Dalvin berusaha bangkit dibantu dengan Ido dan ikut menghampiri Fitra.
"Lo gak apa-apa kan?" tanya Dalvin.
Fitra menggeleng lemah, kepalanya tertunduk. Air matanya masih mengalir dari pelupuk matanya.
"Maafin gue" ujar Fitra lirih.
"Lo gak perlu minta maaf Fit, sekarang gue anterin lo pulang ya" ujar Dalvin yang dibalas anggukan oleh Fitra.
"Gue balik duluan ngnter Fitra, kalian ke markas aja nanti gue nyusul" ujar Dalvin.
"Iya lo hati-hati Vin, kalau ada apa-apa kabarin kita ya" ujar Ribut.
Dalvin mengangguk sambil mengacungkan jempolnya kemudian pergi untuk mengantarkan Fitra.
Sepanjang perjalanan Fitra selalu bungkam, tatapan matanya kosong lurus kedepan.
Dalvin sesekali melirik kearah Fitra.
Kenapa gue ngerasa kehilangan sosok Fitra yang ceria. Batin Dalvin.
Sampai sudah mereka didepan rumah sederhana bercat putih. Dalvin menuntun pelan tubuh Fitra yang lemah.
Sampai di teras rumah, Dalvin dan Fitra dikejutkan dengan pemandangan di depannya.
"Nabila" panggil Dalvin.
Nabila yang merasa dipanggil namanyapun akhirnya mendongak dan mendapati Dalvin sedang menenangkan Fitra. Nabila mengkerutkan keningnya, dia bingung apa yang telah terjadi pada mereka.
Tampilan Fitra begitu memprihatinkan, rambutnya berantakan dan matanya bengkak akibat terlalu lama menangis.
Nabila segera bangkit dan mendekati Fitra.
"Fitra lo kenapa?" ujar Nabila sangat panik.
"Biarin dia istirahat dulu" ujar Dalvin.
Nabila mengangguk mengiyakan ucapan Dalvin. Nabila dan Dalvin membawa Fitra masuk agar dapat beristirahat dan menenangkan pikirannya.
Dalvin duduk di ruang tamu sambil menunggu Nabila yang sedang mengantarkan Fitra ke kamarnya.
"Dalvin" panggil Nabila yang sudah duduk berhadapan dengan Dalvin.
"Fitra kenapa?" tanya Nabila.
Dalvin membuang nafas beratnya dan mulai menceritakan yang telah terjadi sebenarnya.
Nabila merasa kasihan pada Fitra.
"Kalau gitu gue bakal nginep disini dulu Vin" ujar Nabila.
Dalvin tersenyum kemudian mengangguk. Dan setelahnya dia pamit untuk pulang.
Dalvin menghempaskan tubuhnya diatas ranjang kamarnya dan membuka ponselnya yang sedari tadi di diamkannya.
Dalvin mengkerutkan keningnya. Banyak sekali notifokasi di ponselnya 10 panggilan dari Firda, 5 panggilan dari Nabila 7 pesan dari Firda dan 2 pesan dari Nabila.
Dalvin segera membuka pesab dari Firda.
Firda : Makasih ya Vin udah anterin gue balik
Firda : Dalvin nanti lo kabarin ke anak-anak kalau bakal ada acara camping.
Firda : Dalvin lo udah sampe ? Jangan lupa istirahat ya, jangan lupa makan juga.
Firda : g.night Dalvin mimpi indah ya, sampai ketemu besok di sekolah.
Dalvin tersenyum senang membaca rentetan pesan yang dikirim Firda kepadanya.
Dengan lihai Dalvin mengetikkan sebuah balasan pada Firda.
Dalvin : Sorry baru bales hp gue low tadi. G.night too mimpi indah juga.
Setelahnya Dalvin mematikan ponselnya, menyimpannya diatas nakas dan mulai memejamkan matanya.