Dalvin berjalan dengan santai di koridor sekolah yang sepi menuju aula. Dalvin tidak pulang karena akan ada kumpulan ketua kelas dengan sekertaris kelas.
Dalvin memasuki aula yang sudah ramai karena beberapa perwakilan kelas sudah berkumpul. Terlihat Firda yang memasang wajah kesal kearah Dalvin.
"Lo kemana aja sih, daritadi gue tungguin juga" kesal Firda.
Dalvin tersenyum gemas melihat wajah kesal Firda.
"Gue abis ke toilet Fir, lagian juga gue gak telat kan" ujar Dalvin.
Firda membuang nafas beratnya, dia tak mau lagi berdebat dengan Dalvin karena tidak akan ada habisnya.
Bu Ratnapun memasuki aula dan mulai membuka suaranya.
"Selamat sore, maaf sebelumnya ibu mengganggu waktu pulang kalian, ibu disini akan memberitahukan bahwa minggu depan sekolah kita akan mengadakan camping selama 3 hari" ujar bu Ratna.
Riuh tepuk tangan dari para penghuni aula bergema begitu juga dengan Firda, dia sangat senang dengan acara perkemahan. Namun pria yang disampingnya terus memperhatikan Firda tanpa mendengarkan apa yang bu Ratna katakan.
Melihat Firda yang tersenyum bahagia membuat Dalvin ikut tersenyum senang.
Senyum lo itu bikin gue tenang banget Fir. Batin Dalvin.
Firda yang merasa diperhatikan menolehkan kepalanya kearah Dalvin yang sedanh tersenyum manis kearahnya.
Firda terpesona seketika melihat wajah Dalvin yang sempurna dengan kulit putih, hidung mancung, rahang yang kokoh, mata indah meneduhkan, alis tebal dan bibir pink yang agak tipis.
Sejenak mereka bertatapan saling memuji dalam diam. Hingga akhirnya Firda yang terlebih dahulu memutuskan kontak matanya dengan Dalvin.
Firda tertunduk malu dengan wajah merahnya.
"Fir" ujar Dalvin.
Merasa dipanggil Firda mendongakkan kepalanya menatapa Dalvin. Dalvin mendekatkan wajahnya kearah Firda hingga deru nafasnya terdengar jelas ditelinga Firda. Degub jantung Firda berpacu dengan cepat dia hanya bisa memejamkan matanya saja.
"Tadi bu Ratna ngomong apa?" bisik Dalvin.
Firda langsung membuka matanya dan meninju pelan lengan Dalvin.
"Kenapa?" tanya Dalvin.
"Kalau mau nanya biasa aja gausah deket-deket kaya tadi" ujar Firda.
Dalvin tersenyum jahil.
"Lo mikir gue bakal macem-macem sama lo ya?" goda Dalvin.
Wajah Firda bersemu merah mendengar ucapan Dalvin.
"Eng-enggak kok ngapain juga gue mikir macem-macem" ujar Firda sambil mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Gue emang nakal Fir, tapi senakal-nakalnya gue, gue gak akan berani buat macem-macem sama cewek, prinsip gue itu sayang untuk menjaga bukan sayang untuk merusak" ujar Dalvin serius.
Dalvin meraih tangan Firda dan menggenggamnya dengan erat.
"Fir gue mau jujur sama lo" ujar Dalvin menatap Firda serius.
Firda hanya diam menunggu Dalvin meneruskan ucapannya.
"Sebenernya gue cin-" ucapan Dalvin terpotong karna teriakan dari bu Desi. Teriakan itu terdengar angker ditelinga Dalvin.
"Dalvin ini bukan waktunya buat pacaran" teriak bu Ratna.
Firda segera melepaskan tangannya dari genggaman Dalvin dan menunduk malu karena saat ini dirinya dan Dalvin menjadi pusat perhatian seluruh penghuni aula.
"Saya gak pacaran bu, baru aja saya mau nembak malah diganggu sama ibu" ujar Dalvin enteng.
Bu Ratna mendelik tajam kearah Dalvin.
"Berani kamu menyalahkan saya?" ujar bu Ratna dengan aura tajamnya.
"Saya gak nyalahin ibu, saya cuma ungkapin yang sebenarnya" ujar Dalvin.
"Kamu ini jawab terus kerjaannya" geram bu Ratna.
"Ya kan tadi nanya ya saya jawablah bu, kan setiap ada pertanyaan pasti butuh jawaban, ibu kan guru bahasa Indonesia pasti ngerti lah" ujar Dalvin.
"Ajaib juga ya kamu berani melawan guru" ujar bu Ratna sinis.
"Saya bukan pesulap bu jadi gak ajaib" ujar Dalvin.
"Diam kamu" teriak bu Desi.
Dalvinpun bungkam tak menjawab ucapan bu Ratna karna dia tau berdebat dengan bu Ratna itu seperti lagunya Raisa serba salah.
"Kamu tau apa yang saya bicarakan tadi?" tanya bu Ratna.
Dalvin diam tak menjawab. Bu Ratna semakin kesal.
"Kalau ditanya jawab Dalvin" teriak bu Ratna.
"Tadi ibu nyuruh saya diem, terus saya udah diam ibu malah nyuruh saya jawab, jadi inget lagunya Raisa serba salah" ujar Dalvin.
Bu Ratna memejamkan matanya dan membuang nafas kasar. Bu Ratna berusaha sabar menghadapi sikap Dalvin, tak mau lagi berdebat dengan muridnya bu Ratna memutuskan untuk mengakhiri pertemuannya.
"Oke pertemuannya ibu cukupkan, terima kasih" ujar bu Ratna kemudian beranjak pergi keluar aula namun sebelumnya bu Ratna sempat melirik Dalvin dengan sinis, namun yang ditatap pura-pura tak mengetahuinya.
Setelah kepergian bu Ratna semua penghuni aula keluar untuk pulang kerumahnya masing-masing.
"Fir" panggil Dalvin yang melihat Firda akan keluar duluan.
"Iya" jawab Firda menghentikan langkahnya.
"Lo balik sama siapa?" tanya Dalvin.
"Gue balik naik bus Vin" ujar Firda.
"Sama gue aja Fir dijamin selamat sampai tujuan" tawar Dalvin.
Firda berfikir sejenak. Kemudian setelahnya mengangguk yang membuat Dalvin senang bukan main.
Bisa modus deh gue. Batin Dalvin.
"Ayo Fir" ajak Dalvin sambil menarik pelan pergelangan tangan Firda.
Jantung Firda kini kembali berpacu lebih cepat akibat perlakuan Dalvin padanya.
Ada apa sama jantung gue, padahal gue gak punya riwayat sakit jantung. Batin Firda yang masih mencoba menetralkan detak jantungnya.
Sampai sudah mereka diparkiran sekolah, Dalvin segera menaiki motor ninjanya dan memakai helm fullfacenya kemudian melajukan motornya dengan kecepatan standar karena dia tidak mau membuat Firda kapok diboncenginya gara-gara Dalvin mengendarai motornya seperti permbalap internasional.
"Fir pegangan takut jatuh" ujar Dalvin.
Firda memegang bahu Dalvin yang membuat Dalvin mendengus.
"Gue bukan tukang ojek, pegangannya dipinggang jangan dibahu" ujar Dalvin.
Firda hanya mengangguk dan memegang ujung jaket Dalvin yang membuat Dalvin lagi-lagi mendengus kesal.
Namun otak modus Dalvin tak pernah kehabisan akal, dengan tiba-tiba Dalvin melajukan motornya diatas kecepatan rata-rata yang membuat tangan Firda melingkar sempura diperut Dalvin.
Dalvin tersenyum puas usaha modusnya kali ini berhasil.
Sampai ditengah perjalanan yang sepi Dalvin menghentikan motornya karena tiba-tiba saja ada yang mencegatnya.
Lelaki yang memakai jaket hitam, ninja hitam dan helm fullfacenya berhenti tepat didepan motor Dalvin.
Lelaki itu berjalan perlahan kearah Dalvin dan langsung membuka helm fullfacenya dihadapan Dalvin. Seketika itu wajah Dalvin merah padam, tangannya terkepal kuat.
"Longtime not see brother" ujar lelaki itu dengan sinis sambil menepuk pundak Dalvin.
"Gue tunggu lo di arena balap nanti malam, kalau lo menang gue bakal kasih tau tujuan gue dateng lagi kesini" ujarnya lagi kemudian berbalik meninggalkan Dalvin yang masih mengepalkan tangannya.