Nabila sedari tadi merasakan hatinya begitu gelisah, dia merasa seperti akan terjadi sesuatu padanya atau orang terdekatnya.
Tak pikir panjang Nabila segera mengambil ponselnya yang ada diatas nakas, segera dia menekan tombol panggilan kepada Fitra.
Telfon tersambung namun tidaj ada jawaban dari sang pemilik ponsel disana. Nabila terus menelfonnya, dia akan menunggu sampai pemilik ponsel itu menjawab telfon darinya.
Sudah lima kali Nabila menelfon Fitra namun belum juga ada jawaban, entah kenapa perasaan Nabila menjadi sangat gelisah, tidak biasanya Fitra mendiamkan telfonnya selama ini.
Nabila berjalan bolak-balik di kamarnya, dia sedang memikirkan sesuatu, tanpa pikir panjang lagi Nabila segera mengganti pakaiannya dan pergi menuju rumah Fitra sahabatnya.
Sepanjang perjalanan Nabila sangat panik. Sampai sudah Nabila di depan rumah sederhana bercat putih dengan halaman yang dipenuhi dengan tanaman hias.
Nabila segera berjalan masuk dan mengetuk pintu agar sang pemilik rumah itu membukanya.
Sudah beberapa kali Nabila mengetuk pintu namun tidak ada seorangpun yang membukanya.
Fit lo dimana? Gue khawatir sama lo. Batin Nabila.
Tubuh Nabila merosot kebawah, tangannya memeluk lututnya dan menenggelamkan kepalanya diantara lututnya. Nabila menangis sesegukan didepan rumah sahabatnya itu.
Sedangkan di tempat lain, Dalvin dan kawan-kawannya anak GGK (Ganteng-ganteng keren) yaitu Dalvin, Ribut dan Ido. Ada juga teman yang lainnya seperti Alka dan Denis. mereka sedang berkumpul di arena balap malam ini.
"Lo yakin bakal balap lagi sama dia?" tanya Ido pada Dalvin.
"Gue yakin" ujar Dalvin mantap.
"Tapi gue punya firasat buruk yang bakal terjadi setelahnya" ujar Ido.
"Kalian berdoa aja supaya gue gak kenapa-kenapa" ujar Dalvin.
Ido menghela nafas pasrahnya, sangat sulit untuk membujuk Dalvin agar tidak ikut balap malam ini.
Brum Brum Brum
Suara deru motor terdengar keras di arena balap malam ini, banyak juga riuh tepuk tangan dari penonton yang mendukung idolanya masing-masing.
Dalvin menatap lurus jalanan tak memperdulikan teriakan-teriakan dari fansnya.
Balap motor akan segera dimulai, seorang perempuan menggunakan baju yang sangat sexi maju sambil membawa sapu tangan dan mulai mengibaskannya di udara.
Dengan hitungan satu sampai tiga motor-motor itu melaju dengan sangat cepatnya.
Dalvin terus mengendarai motornya dengan sangat cepat. Sedikit lagi Dalvin akan sampai digaris finish.
Saat itu juga riuh tepuk tangan menggema diseluruh arena balap itu. Dalvinlah yang memenangkan balap ini.
"Woaahh kehebatan lo dalam balap emang gak bisa diragukan lagi" ujar Ribut bangga sambil bertos ria dengan yang lainnya.
"Weess lo keren banget bro" ujar Denis.
"Iya lo selalu menang kalau hal-hal beginian" timpal Alka.
Teman-teman yang lainnya saling mengungkapkan rasa kagumnya kepada Dalvin tapi tidak dengan Ido. Dia menatap lurus dengan pandangan kosong, pikirannya melayang-layang memikirkan sesuatu.
Melihat itu Dalvin segera menghampiri Ido diikuti oleh teman-teman lainnya.
"Lo kenapa?" tanya Dalvin sambil menepuk pundak Ido.
Ido tersadar dan menatap Dalvin. Kemudian menjulurkan tangannya.
"Selamat bro lo keren malam ini" ujar Ido.
"Gue mah emang selalu keren" ujar Dalvin dengan pedenya.
"Ck nyesel gue bilang lo keren" decak Ido.
Saat Dalvin akan membalas perkataan Ido ponselnya berdering menampilkan nama Bedug dilayarnya.
"Tumben si bedug nelfon gue, kangen kali ya" ujar Dalvin.
Teman-temanya hanya geleng-geleng kepala. Dalvim sangat senang meledek Fitra dan senang menggoda Nabila padahal dihatinya hanya ada Firda.
"Halo bedug, tumben lo nelfon gue, kangen yaa" ujar Dalvin.
"Selamat atas kemenangan lo malam ini bro"
"Darren".
"Hahaha ternyata lo masih inget suara gue setelah sekian tahun gak ketemu".
"Kenapa ponsel Fitra bisa ada di lo, dimana Fitra" ujar Dalvin emosi.
"Wess santai bro, Fitra ada sama gue, kalau lo pengen dia selamat lo datang ke markas gue, kalau gak Fitra temen lo bakal tinggal nama". ujar Darren.
Sambungan telfon terputus.
"Brengsek" umpat Dalvin kesal.
"Kenapa?" tanya Ido.
"Fitra disekap sama Darren dan gue harus kesana kalau ingin Fitra selamat" ujar Dalvin.
"Gila aja kita dateng ke markas geng the Dark, kalian pasti taulah mereka itu gengster yang paling ditakuti" ujar Alka.
"Kalau lo takut gak perlu ikut, mendingan lo cuci muka, cuci kaki minum susu terus tidur deh" ujar Denis.
"Ck gue gak takut dan gue bakal ikut kalian" ujar Alka.
Dalvin mengangguk, kemudian mereka pergi menuju markas geng the Dark.
"Kak Darren lepasin gue" teriak Fitra.
"Diem lo" ujar Darren.
Namun Fitra tak takut dengan ucapan Darren, dia terus berteriak-teriak meminta dilepaskan.
"Kak Darren lepasin" teriak Fitra.
"DIAM BODOH" sentak Darren yang membuat nyali Fitra menciut seketika.
Kepala Fitra tertunduk, air matanya sudah dari tadi merembes.
Kenapa lo berubah kak, mana kak Darren yang dulu, yang selalu lindungin gue dan bakal hapus air mata gue disaat gue nangis. Batin Fitra.
Gue kangen lo yang dulu kak, kenapa lo harus kembali dengan sifat yang kasar. Batin Fitra lagi.
"Kak Darren jahat, lo janji sama gue bakalan terus lindungin gue tapi apa? Lo malah nyekap adek lo sendiri" ujar Fitra lirih.
Darren menatap adiknya yang sedang menangis. Ada rasa sakit ketika melihat adik kandungnya menangis seperti ini. Namun egonya lebih tinggi dibandingkan dengan hati nuraninya.
"Kak Darren"
"DIAM" bentak Darren yang kemudian melangkah pergi meninggalkannya.
Namun langkahnya terhenti saat melihat lima orang yang sedari tadi ditunggunya.
"Akhirnya lo datang juga" sinis Darren.
Fitra yang mendengar itu mendongak dan terkejut.
"Dalvin"