Kevin gitar pratama
Merupakan seorang siswa pintar yang mempunyai paras tampan dengan tubuh yang tinggi, teman-temannya sering memanggilnya dengan panggilan tama. Ia merupakan seorang ketua basket dan ketua kelas XI.1 dan ya ia sekelas dengan alex, brayen dan jonatan.
"Tama, yuk cabut" ajak teman-teman basketnya, berdiri di pintu kelasnya
"duluan aja" balasnya sambil merapikan bukunya
"bareng aja? ingatkan sore kita ada latian"
"Aman" balas tama menyandang tasnya, menyusul teman-temannya
"Tam, bentar tungguin gua" panggil ilham menyusulnya "ketemu anggota basket, gua pun terlupakan" ucapnya mendramatisir
Ilham merupakan sahabat baik tama, mereka berteman sejak smp. Ilham adalah teman yang selalu ada untuk tama, juga sebaliknya. Jika mereka bertengkar maka cuma waktu hari itu dan esoknya mereka baikan lagi dan tanpa ada kata maaf.
Anak-anak basket yang lain tertawa mengolok mendengar kata-kata ilham itu
"Ham, udah kayak bini tama aja lo" gery meledeknya. Ya geri adalah salah satu dari anggota basket yang kini berada di depan kelas XI.1, dan dia merupakan murid kelas XI.5
Kelas XI.5 adalah kelas degan perkumpulan murit nakal dan bodoh. murit dari kelas itu 99% nakal, bodoh dan malas, sampi guru saja enggan masuk kekelas itu, dikarnakan tingkah murit di dalamnya. Bahkan beberapa guru pernah di kerjain sampai nangis oleh mereka
"Diem lu" semprot ilham ketus
"tam, kenapa gak bareng aja? " tanya gery menatap tama
"Tama, disuruh buk siska kekantor" jawab ilham
"Oo... kok lo yang jawab?" tanya geri curiga "Benar tam?"
"Ye, si setan" jawab ilham kesal
Tama menganggukkan kepala sebgai jawaban
"Kalau gitu kami duluan" gery pamit Dan di ikuti anggota basket yang lain.
"Ya udah tam, gua duluan juga soalnya ada sedikit urusan" pamit ilham
di balas anggukan oleh tama "ti-ati"
Ilham membalikkan badan dan hanya melambaikan tangan pada tama.
©©©
Setelah keluar dari kantor, tama berjalan menuju parkiran. Ia melihat seorang gadis cantik Yang sudah Lama disukainya itu tengah tersenyum.
"Udah lama?" tanyanya lembut tepat setelah berdiri di depan wanitanya. Sebut saja begitu, walaupun ia tau itu tidak ajan terjadi
"Enggak kok, baru aja nyampe" jawab wanita itu dan tersenum
Dia adalah Lara anak kelas XII.1, lara merupakan gadis cantik , hanya saja lara mempunyai mulut yang kasar. Ia selalu jadi pujan banyak pria di sekolah itu, ya dan tama Salah satunya.
"mau langsung pulang, apa gimana?"
"Langsung pulang aja. oh iya, kamu jadi latiannya? "
Tama hanya mengangguk sebagai jawaban gadis itu.
Tama sudah menyukai lara sejak dia masuk keSMA itu, hanya saja dia tidak pernah berani untuk mengungkapkan perasaannya. Walaupun sudah banyak gadis yang coba deket dengannya. Tapi ia tidak pernah tertarik pada sedikitpun.
Ya, Walaupun tama tau kalau lara sudah punya kekasih, tapi entah kenapa untuk berhenti menyukai lara itu sangatlah sulit, karna itu tama tetap menyukai dan mau mendengar cerita ataupun keluhan lara. Dari cerita bahagia sampai cerita ia bertengkar dengan pacarnya. Sakit? Jelas. Banget malahan
orang yang tau tama suka pada lara hanyalah ilham dan gery. Bahkan tama tau pacar lara sekarang adalah jonatan teman sekelasnya.
tama sering memperingati lara kalau Jonatan itu playboy, tapi lara bahkan gak pernah peduli. Ia selalu bertanya alasan lara mau jadi pacar jonatan, Dan lara selalu menjawab kalau Ia mau pacaran sama jonatan karna jonatan merupakan salah satu orang terpopuler di sekolahnya termasuk alex dan brayen dan juga ia adalah anak dari salah satu orang terkaya di negara ini. Lara tidak pernah mau mendengarkan tama, sebenarnya dia tau kalau tama juga menykainya. Tapi dia tidak pernah mengambil pusing masalah itu. Yang penting dia bisa sama jonatan dan dia bisa terus memanfaatkan tama tanpa harus putus dengan jonatan
setelah mengantar lara, tama mengendarai mobilnya menuju rumahnya
Sesampainya dirumah, Tama langsung masuk kamarnya.
"Kevin gitar pratama" terdengar suara lembut memanggilnya
Tama menoleh dan tersenyum, ia sedikit berlari ke sumber suara dan memeluknya "mamah, kapan sampai? kenapa gak hubungin, biar tama yang jemput ke bandara"
Wanita itu tersenyum dan melepaskan pelukan anak sematawayangnya. Ia menyentuh wajahnya lembut "untuk apa nyuruh kamu jemput mamah, sedangkan mamah punyai kekasih yang bisa menjemput mama kapanpun" ucapnya sombong, ia menunjuk sangsuami yang sedang duduk di sofa memperhatikan mereka
Tama menoleh kearah papahnya dan tersenyum. "Gini ni, kalau udah sama papa, mama malah lupa kalau punya anak" sindirnya
Papahhya membalas "Oh iya ya ma, kita tadi lupa kalau gitar-" kata papahnya terhenti saat melihat espresi kesal putranya itu
"Ya udah lanjutin aja pacarannya, aku mau kekamar, capek, besok ada tanding basket di sekolah dan nanti masi harus pergi latihan lagi" tama berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumah itu.
Papa dan mamanya cikikikan melihatnya
©©©
Selasa pagi
Tama bersiap untuk pertandingannya. Sebelum berangkat ke sekolah, tama menjalankan rutinitasnya yaitu sarapan bersama kedua orang tuanya di meja makan.
"Sayang, mama boleh ikut nonton tanding basket kamu gak? " tanya mamanya yang sedang memperhatikannya dengan seragam putih abu-abunya
"Gak usah ma, mama cukup tunggu aku pulang bawa tropi kemenangan aku aja" jawabnya parcaya diri
"Oh iya tar, baju buat tanding kamu udah di siapkan?" tanya papahnya
Tama terkejut "oh iya. Hampir ketinggalan. Untung papa nanya, kalau gak bisa gagal aku tandingnya, kan gak lucu aku main pake baju ini" sambi memegang krah bajunya
"Kenapa gak langsung pakai aja baju basketny?"
"Gak papa, pengen aja mah" ucapannya di tanggepin dengan gelengan oleh kedua orangnya
"Bik"panggil hana-mamahnya
"Iya nyonya" jawab art itu menuju meja makan
"Tolong ambilin baju basket gitar di lemarinya"
"Baik nyonya" art itupun pergi mengambil baju itu
Setelah sanpai art tersebut langsung nenberinya pada tama "Ini bajunya den gitar" seraya memberinya kepada tama.
"Makasi ya bik" balas tama dengan ramah
"ada lagi nyonya, biar saya ambilin sekalian"
"Gak bik, lanjut aja kerjanya" jawab hana kepada art itu
"Kalau gitu saya permisi tuan, nyonya, den gitar" Hana mengangguk
Setelah selesai makan, tama mencium kening ibunya dan salim pada sang ayah untuk pamit
"Mah, pah aku berangkat, dan do'a in biar nanti menang"
"Iya, pasti mamah papah doa in, hati-hati jangan ngebut berangkatnya"
"Laksanakan" jawabnya
Tama berjalan meninggalkan kedua orang tuanya menuju mobilnya di parkir
#TBC
Maaf masih ada taypo. Jangan lupa like and comments. Yu dada babay