Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Maja Tua dari Atas Awan

🇮🇩OmBas
--
chs / week
--
NOT RATINGS
17k
Views
Synopsis
Alam semesta tercipta dengan sebuah tujuan. Di dunia ini tidak ada yang sia-sia. Di sebuah era dimana kekuatan adalah segalanya Keadilan tak akan tegak tanpa kekuatan Maja, Seorang Kakek tua di penghujung hidupnya. Ditemani seekor keledai, memulai perjalanan terakhirnya. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Maja. Akan tetapi sebuah buku tua merubah semuanya. Sejak saat itu, Bagi Maja, Bumi dan Langit adalah kanvas untuk menuangkan kreativitasnya
VIEW MORE

Chapter 1 - Perjalanan Terakhir

Alam semesta luas tak terbatas

Di dorong oleh ambisi, Jutaan pendekar berkelana ke berbagai penjuru

"Tak ada kehormatan tanpa kekuatan!" Begitulah sabda Rajendra, Raja Diraja Ras Manusia di Alam semesta.

Seratus ribu tahun telah berlalu sejak perang di planet merah, Rajendra yang maha kuasa berhasil membunuh Yasa, Panglima terkuat Klan Ashura. Mengakhiri era panjang penjajahan atas Umat Manusia.

Sekarang, Peradaban Manusia kokoh tak tergoyahkan, Tahta Rajendra memayungi 5 Galaksi. Tak akan terhina manusia di alam semesta.

Di sebuah kontingen, dimana ribuan gunung menjulang menembus awan. Seorang pendekar sakti mendirikan sebuah perguruan di puncak tertinggi.

Perguruan yang diberi nama "Atas Awan" pada akhirnya berkembang hingga mampu membuka 4 cabang di setiap Galaksi umat manusia.

Murid-murid perguruan atas awan memang terkenal kuat dan gagah berani, setiap orang yang mampu bergabung ke Atas Awan bukanlah orang biasa.

Walau begitu, tidak ada gading yang tak retak, setiap perguruan memiliki sisi gelap. Banyak murid yang pada akhirnya harus keluar dari perguruan akibat tidak tahan dengan tekanan para senior dan teman sejawatnya yang lebih berbakat. Terutama mereka yang mengalami stagnansi dalam kultivasinya.

"Haram orang lemah menginjakkan kaki di Atas Awan!", Begitu kata mereka.

Memang sudah lumrah kejadian dimana seseorang menghadapi kemandekkan dalam kultivasinya. Tak hanya di Atas awan, kejadian seperti ini banyak terjadi di mana saja di alam semesta, sekalipun itu Ras Dewa.

Tapi di Atas awan, Stagnansi berarti akhir dari kultivasi.

Di sebuah gubuk di salah satu puncak gunung, Seorang kakek tua terlihat duduk bersila. Janggut putihnya panjang sampai ke dada. Rambutnya diikat seperti sanggul. Jubah nya berwarna hitam, menandakan dia seorang murid junior di Atas Awan.

Di sampingnya terlihat seorang pemuda tampan berjubah serba putih, sebilah pedang emas sisarungkan di pingul kirinya. Setiap murid Atas Awan yang melihatnya harus memberi hormat, Dialah Pendiri sekaligus Kepala perguruan Atas Awan, Yudhistira Si pembelah langit!.

Yudhistira terlihat sedang memperhatikan Si Kakek, Wajahnya terlihat murung, sesekali ia menghela nafas sambil menggelengkan kepala.

Tak Lama kemudian, Si Kakek membuka matanya. Raut wajahnya tenang dan datar tetapi sorotan matanya tak mampu menyembunyikan rasa sedih dan putus asa.

"Apakah ini akhir dari perjalananku ?", Bisik si kakek dalam hati

Kakek itu bernama Maja, salah satu murid kurang beruntung yang mengalami stagnansi dalam kultivasi, umurnya sudah hampir 200 tahun. Kultivasinya mengalami stagnansi sejak 150 tahun lalu.

"Sepertinya kali ini juga belum berhasil, Istirahatlah dulu Maja, akan kucari jalan keluarnya" Ucap Yudhistira

"Maafkan Aku Guru, akan tetapi….Tahun depan aku harus kembali ke keluargaku" Jawab Kakek Maja sambil menunjukkan eksperesi menyesal.

"Eh?! Apa Maksudmu ?!" Jawab Yushistira dengan ekspresi sedikit terkejut

"Aku sudah mencapai batas hidupku Guru, mungkin tidak sampai 5 tahun aku akan mati…sesuai tradisi, aku harus pulang untuk melakukan Bakti pada Keluarga….MAAFKAN AKU GURU!!" Teriak Maja sambil sujud bersimpuh di hadapan Yudhistira.

Maja berasal dari klan Jaya, salah satu klan yang mendukung Yudhistira untuk mendirikan Atas Awan.

Dalam tradisi keluarga Jaya, setiap anggota klan yang memiliki tingkat kultivasi Pendekar senior dan sudah mendekati waktu kematiannya, wajib melakukan Bakti berupa diawetkan dalam peti mati khusus yang mampu membuat mereka bertahan hidup selama 200 tahun.

Bila keluarga atau anggota elite keluarga berada dalam bahaya, Para pendekar yang diawetkan akan di bangkitkan untuk membantu keluarga.

"Hahahah tidak usah khawatir soal itu, Aku memiliki pill pemanjang hidup, dengan pill itu kau akan dapat hidup 100 tahun lagi" Jawab Yudhistira dengan santai

"Maafkan aku Guru!, Tetapi tubuhku sudah mencapai batasnya, bahkan aku kesulitan menyerap energi dari pill pemulih Ki" Ucap Maja dengan nada menyesal

"eh!? Sejak kapan itu mulai terjadi ? kenapa kau tidak bilang padaku ? Kita coba saja, siapa tau bisa" Jawab Yudhistira

"Sejak sebulan lalu Guru, Saat itu kau sedang dalam misi penting, aku tak mau mengganggumu, tekadku sudah bulat Guru, Tak perlu kau sia siakan pill berharga itu padaku" Kata Maja dengan lirih

Pill pemanjang hidup bukankah pill sembarangan. Pada prosesnya pill tersebut harus di baptis dengan cobaan langit serta diberi tanda oleh Dewa kematian.

Terciptanya pill tersebut memicu perang besar, Para Ras di alam semesta dibawah pimpinan Ras Dewa bersatu melawan alam reinkarnasi yang dikuasi Dewa Kematian.

Tak terhitung korban yang berjatuhan dalam perang tersebut, pada akhirnya, kedua belah pihak mencapai kesepakatan bahwa pill tersebut hanya dapat digunakan sekali untuk satu orang yang sama.

Ketika tubuh seorang pendekar sudah pada puncaknya, mereka tak mampu mencerna pill yang mereka telan, bahkan pada saat tertentu, mereka tidak akan mampu lagi menyerap energi dari alam semesta.

��'Tidak ada yang sia sia di dunia ini', Itu yang kau ucapkan padaku saat pertama kali kita bertemu, Apa kau sudah lupa ?" Tanya Yudhistira.

Bagi Yudhistira, Maja adalah harapan untuk memperbaiki Perguruan Atas Awan, Perguruan yang semakin besar melahirkan kebanggaan. Dan dari Kebanggaan, lahirlah Kesombongan.

Banyaknya Murid yang keluar dari perguruan membuatnya resah.

'Kesombongan adalah awal dari kehancuran' Itulah yang diyakini Yudhistira.

Tak terhitung perguruan, Keluarga bahkan kerajaan yang hancur akibat dari arogansi dan kesombongan.

Hancur dibakar api amarah dari mereka yang direndahkan.

Yudhistira sudah berusaha untuk memperbaiki keadaan ini, akan tetapi kesibukannya membuatnya tak mampu memantau seluruh keadaan perguruan.

Terlebih lagi sebagian Guru serta para Tetua menutup sebelah mata bullying yang dilakukan oleh para murid elite dari keluarga besar serta Para murid Jenius yang langka.

Kebanyakan murid yang mengalami bullying keluar saat mereka berusia 80 puluh tahun, hanya Maja yang bertahan sampai berumur 200 tahun.

30 tahun lalu Yudhistira memutuskan untuk membimbing muridnya yang gigih ini. Bahkan dia sudah menyiapkan pidato khusus ketika Maja berhasil naik ke level kultivasi berikutnya.

Bahwa Kultivasi berakhir ketika kita memutuskan untuk berhenti. Bahwa selalu ada jalan bagi mereka yang berusaha.

"Maafkan aku Guru!, Tekadku sudah bulat!" Jawab Maja Tegas

"Dasar Murid keras kepala!, setidaknya tunggulah sampai Ratna kembali, Tidak kuijinkan kau pulang sebelum menemui Ratna! Aku tak mau kau mati dalam penyesalan." Tegas Yudhistira

Mendengar nama Ratna, Sosok wanita cantik berbaju merah muncul dalam pikiran Maja. Rambutnya hitam se hitam tinta, Kulitnya putih seperti salju. Sorot mata merahnya tak akan mampu dilupakan oleh Maja.

Ratna Si Petir Merah!, Salah satu dari 9 Kaisar muda. Generasi terbaik umat manusia. Setiap dari 9 orang tersebut memiliki bakat yang sebanding dengan Rajendra.

Kemunculan 9 pendekar berbakat dalam rentang waktu yang hampir sama memberikan harapan bagi ras manusia, bahwa tidak lama lagi, dominasi Ras Dewa akan berakhir dan Era Manusia akan dimulai!

'Ha~ah, Kenapa aku harus jatuh cinta pada wanita seperti itu?' Ucap Maja dalam hati.

Malang memang nasib Maja dan Jutaan pria lainnya. Jatuh cinta pada orang yang tak mungkin membalas cinta mereka.

Tapi ya itulah cinta, terkadang kita tak bisa memilih pada siapa kita jatuh cinta.

'Pada Akhirnya, Hal yang aku cintai tidak pernah mencintaiku kembali' keluh Maja dalam Hati.

Baik itu kultivasi, keluarga maupun wanita, Apa yang Maja cintai, tak pernah mencintai Maja.

'Tapi Guru benar, akan kucoba nyatakan cintaku pada Ratna, setidaknya puisi cinta yang kubuat susah payah tidak akan sia-sia'

"Siap Guru!, aku akan menemuinya sebelum pulang" Jawab Maja

"Bagus!, Setidaknya puisi buatanmu tidak akan sia-sia!, lalu apa rencanamu selanjutnya ?" Tanya Yudhistira

'Eh?! Tau dari mana dia soal puisiku ?, Si Tua bangka ini terkadang membuatku takut'

"Aku berniat turun gunung selama 1 tahun, banyak hutang yang ingin kulunasi, rencananya besok aku akan berangkat" Jawab Maja

"Eh buru-buru sekali…, Kalau begitu temui aku besok, sekarang istirahatlah"

"Terimakasih Guru, murid izin pulang" Setelah bersujud sekali pada Yudhistira, Maja bergegas kembali ke gubuknya. Malam itu terasa panjang bagi Maja.

Besok, Perjalanan terakhirnya akan di mulai.