Chereads / Maja Tua dari Atas Awan / Chapter 6 - Benang karma yang terputus

Chapter 6 - Benang karma yang terputus

Kontingen Kartasura

Salah satu kontingen terbesar di planet Kumbara, Menurut legenda, Planet ini merupakan kampung halaman dari salah satu patih kepercayaan Rajendra.

Setelah Patih tersebut gugur di medan perang, Rajendra memberi nama planet ini dengan nama patih kesayangannya.

Di Siang hari, ketika surya berada di puncaknya.

Panasnya terik matahari tidak mengurangi keramaian di jalan-jalan pusat perguruan Atas Awan.

Hari ini adalah puncak keramaian dalam 1 tahun belakangan.

Hampir seluruh murid dari berbagai penjuru Bumantara kembali pulang ke perguruan.

Di bagian barat kaki pegunungan, Seekor bangau putih terbang melintasi hutan.

Seorang kakek tua terlihat duduk bersila di atas punggung si bangau, seekor ayam jantan bertenger di atas kepalanya.

"Akhirnya sampai juga, Gerbang barat atas Awan" ucap Maja

Si burung bangao terlihat menukik dengan cepat menuju ke arah gerbang barat.

2 orang penjaga gerbang yang berada di atas dinding memperhatikan si bangau dengan serius.

Kewaspadaan dan kecurigaan merupakan kunci penjagaan.

*SWOOSH* si bangau mendarat dengat sangat mulus, tepat di depan pintu gerbang barat.

2 orang penjaga di bagian bawah berjalan mendekati Maja dengan penuh waspada.

"Salam Sejahtera Tuan!, Siapakah tuan dan apa keperluan tuan di perguruan atas Awan ?" tanya si salah satu penjaga dengan nada sopan.

"Hahahaha! Salam sejahtera saudaraku" sambil tertawa, Maja meloncat dari punggung bangau

Seketika 2 penjaga di dekatnya mundur dengan cepat dan memegang gagang pedang yang ada di pinggang mereka.

"Hahahah, tidak usah takut saudaraku, Namaku Maja, Seorang Murid junior di Atas Awan." Ucap Maja sambil menunjukkan identitasnya.

"Maja ?, Aku belum pernah mendengar nama itu di pegunungan barat" Ucap salah satu penjaga

"Bah!, Tidak ada yang tidak mengenal Maja si tampan dari pegunungan barat!" Ucap maja kesal sambil melemparkan kartu identitasnya pada si penjaga.

Dengan sigap, si penjaga menangkap kartu identitas Maja dan memeriksanya dengan teliti.

"Asli, Hahaha maaf tuan telah meragukan mu, Silahkan masuk!, Buka Gerbangnya!"

*KREK!* Pintu pun terbuka, Melihat itu Maja menjentikkan jarinya dan *PLOP* tiba-tiba saja si bangau berubah menjadi Asap

"EH?!!" Teriak para penjaga terkejut

"HAHAHAHA Hebat bukan ?, Ini adalah salah satu hasil pengembaraanku selama 80 tahun!" Ucap Maja dengan nada sombong.

"Huaaa.. Pantas saja kami tidak pernah mendengarmu, rupanya kau sudah mengembara di luar selama ituu" kata si penjaga dengan nada kagum.

Beberapa murid memang memilih untuk mengembara, namun tidak banyak murid junior yang mengembara di atas 100 tahun.

Terutama murid di pegunungan barat yang dikenal sebagai tempat orang buangan.

Berdasarkan peraturan Perguruan, tidak boleh ada murid junior yang mengembara lebih dari 150 tahun tanpa izin khusus dari perguruan.

"Ada ribut-ribut apa ini ?!" tiba tiba saja seorang penjaga lain keluar dari gerbang dalam

"Ah Bang Budi!, Ini bang, kakek ini hebat sekali, dia membuat bangau kendaraanya menjadi asap dan menghilang!" Balas si Penjaga

"Ohhh, itu belum seberapa, banyak trik yang lebih hebat lagi yang dapat kau lihat di pusat perguruan!" ucap Budi dengan nada sinis.

'Kau masih menyebalkan seperti biasanya' Umpat Maja dalam hati, Wajah Budi memang terlihat menyebalkan.

Wajah Budi sebenarnya biasa saja, dengan bentuk muka yang lancip, Alis, Kumis dan janggut nya yang tipis.

Hanya saja ekspressi dan nada sisnisnya membuat semua orang tidak sabar untuk memukulnya,

"Tch!, Banyak trik yang lebih hebat lagi yang sudah kukuasai dalam pengembaraanku!" Balas Maja dengan nada Arogan

"Hahahaha, berani kau tunjukkan padaku ?, Lagipula ada apa dengan ayam bertengger di kepalamu Hahahaha!" Ledek Budi

"Heeh~ Singa tak perlu membuktikan keperkasaannya pada seekor tikus!, Minggir! aku tak ada waktu meladeni manusia macam kau!" Balas Maja sambil mengangkat Dagu dan mengibaskan lengannya.

"Hahaha, pada akhirnya kau hanya omong besar!, Pengembaraanmu tidak membuatmu sadar diri akan luasnya bumi dan tinginya langit!" Ledek Budi

"Hah! Apalagi seseorang yang tidak pernah mengembara dan bersembunyi di balik tembok seumur hidupnya!, Adios! ~" Balas Maja sambil berjalan masuk ke dalam gerbang

"Hahaha kau lihat saja nanti!" Teriak Budi

"Ngomong-ngomong, siapa nama si kakek Barusan ?" Tanya Budi pada si pejaga

"Namanya Maja bang" Balas si penjaga

"Maja ?, Tidak pernah dengar" Ucap Budi sambil memalingkan wajahnya dan berjalan ke dalam gerbang.

Tak lama kemudian Sugali datang mendatangi budi

"Ada apa ?" tanya sugali

"Tidak ada, Hanya sorang kakek tua pulang dari perjalanannya" balas si Budi

"Oh.." Setelah itu Sugali kembali diam dan melanjutkan tugasnya.

'Mereka benar-benar lupa padaku' Ucap Maja sambil berjalan ke arah gubuknya.

Awalnya Maja sempat bingung apakah dia harus kembali ke Atas Awan atau tidak.

Dirinya tidak mau rahasianya diketahui orang lain, ilmu yang dimilikinya terlalu berharga.

Hingga seminggu lalu, Penguasa langit memberinya kabar bahwa tubuhnya sudah lama diambil oleh orang-orang dari Atas awan.

Mendengar itu Maja semakin khawatir dengan keadaan Nakobon.

Setelah 3 hari berfikir, Maja memutuskan untuk kembali ke Atas Awan.

Dirinya sempat berfikir untuk menyamar sebagai orang lain atau merubah bentuk tubuhnya secara permanen.

Hanya saja, penyamaran terlalu melelahkan, Maja tidak bisa hidup sebagai orang lain selamanya.

Merubah bentuk tubuh pun bukanlah pilihan, tidak ada bedanya dengan penyamaran, Terlebih lagi Maja tidak bisa menemukan bentuk tubuh dan Wajah yang lebih tampan dari wajah aslinya.

Pada akhirnya Maja memilih opsi yang ketiga, Memutus Karma!

Salah satu ilmu kanuragan dari Buku penciptaan adalah Ilmu Hukum Karma.

Dengan memutus karmanya dari orang-orang yang dikenal dan mengenal Maja di Atas Awan dan keluarganya di klan Jaya. Orang – orang tersebut akan melupakan Maja dari ingatannya.

'Tidak masalah semua orang di atas awan melupakanku, Lagipula tak banyak orang yang mengenalku'

Memikirkan hal itu, Maja semakin kasihan pada dirinya sendiri.

Sangat sedikit teman yang dimilikinya di atas awan. Kecuali si Keledai dan gurunya Yudhistira, tidak ada yang bisa disebutnya sebagai kawan.

Seluruh kawannya telah gugur ataupun keluar dari perguruan dan pergi entah kemana.

Kultivasinya yang mandek membuatnya sibuk dengan dirinya sendiri, tak ada waktu untuk berkumpul bersama murid lain dan menjalin pertemanan.

Di keluarga Jaya sendiri.

Sanak saudaranya tidak terlalu peduli padanya semenjak orang tuanya meninggal.

Maja pun tidak pernah pulang pulang ke kampung halamannya sejak berguru di atas awan.

Dengan mantap, maja memutuskan untuk memutus karmanya dengan orang di Atas Awan.

'Setidaknya dengan ini, aku dapat kembali sebagai Maja, hadiah nama dari orang tuaku, serta tubuh dan penampilan yang mereka berikan kepadaku'

'Hubungan yang telah hilang dapat kubangun kembali, Bagaimanapun Akulah Maja dari Atas Awan, Akulah Maja dari keluarg Jaya!'

Seketika Tubuh Maja tebakar dengan Api putih, Membakar sebagian tali karma yang ada pada tubuhnya.

Di perguruan atas awan, Maja hanya menyisakan satu karma, Yaitu sahabatnya, Nakobon.

Walau Maja sangat menghormati Yudhistira, Namun rahasia yang ada dala dirinya terlalu besar.

Terlebih lagi, Maja sendiri tidak tahu terlalu banyak tahu tentang Yudhistira.

*WHOSH* Api putih habis membakar karma hubungan Maja dengan Atas awan dan keluarga Jaya.

Malam itu,

Seorang Guru melupakan muridnya.

Seorang Paman melupakan keponakan.

Tak lama kemudian, Api putih pada tubuh Maja kembali padam.

Sebuah Kuas tiba-tiba muncul di tangan kanan Maja.

Maja menggambar sesuatu di udara dan *PLOP* muncullah sebuah kartu identitas.

Maja melanjutkan untuk menggambar sesuatu yang lain dan *PLOP* Muncullah sehelai pakaian hitam

"Heheheh dengan ini, semua sudah siap!"

.....

Maja terus berjalan melintasi lembah dan bukit kecil, Hari ini pegunungan barat terasa lebih ramai.

Maja setidaknya sudah berpapasan dengan lebih dari 10 orang selama perjalanan.

"Penguasa langit, sebentar lagi kau akan kuperkenalkan pada sahabatku!, Dia seekor keledai tua yang sangat tangguh, Api emasnya sangat misterius!" Jelas Maja kepada Si Ayam

"Hahaha, kuharap dia sehebat yang kau ceritakan!" Balas si Ayam

Si Ayam sudah menguasai bahasa manusia sejak 1 bulan lalu. Begitu pula dengan Maja, Kali dirinya sudah fasih berbicara bahasa Ayam.

Ya inilah salah satu bakat Maja paling menonjol, Dirinya dapat dengan cepat mengerti bahasa binatang.

Sampai detik ini, Maja sudah menguasai bahasa Keledai, Kucing, Burung gagak serta Ayam.

Maja dan Penguasa langit terus berjalan hingga mereka sampai ke sebuah kolam.

Kolam ini adalah tempat favorit Nakobon, bahkan bisa dibilang ini adalah rumahnya.

Setiap Malam, si keledai tua pasti tidur di tempat ini kecuali saat hujan.

"Hmmm, Biasanya dia gemar berendam di kolam ini di siang hari, Nakobon!!! Aku Pulang!!!" Teriak Maja sambil mengeluarkan ilmu pencarin jiwanya untuk mendeteksi keberadaan Nakobon.

"Aneh, Pergi kemana dia ?" Ucap Maja terheran

Walau tidak begitu ahli dalam ilmu yang baru dipelajarinya, namun setidaknya dalam jarak 300 Meter, Maja mampu mendeteksi keberadaan Makhluk di sekitarnya

"Coba kau cari lokasinya dari benang karmanya" Balas si Ayam

"Tidak bisa, Pandanganku hanya mampu melihat benang karma dalam radius 10 meter, Lagi pula benang karma sangat berbelit belit, Tidak seperti garis lurus yang menunjukkan lokasi pemiliknya" Jawab Maja sambil menggelengkan kepalanya.

"Lebih baik kita kembali ke Gubukku sebentar, di belakang gubuk aku menanam pohon Jagung, kau pasti akan menyukainya" Ucap Maja sambil berjalan pergi dari kolam tersebut.

Maja kembali melanjutkan perjalanannya, tak berapa lama dia sampai pada gubuk tercintanya.

Sambil tersenyum Maja berjalan menuju ke halaman belakang gubuknya.

Sesampainya di sana Maja terkejut, Sebuah kuburan lengkap dengan batu nisan muncul dihadapannya.

'Eh ?! Apakah ini Makamku ?' Tanya Maja dalam batinnya

Dengan pelan Maja berjalan menuju makam tersebut, Matanya tertuju bada sebuah tulisan yang ada pada batu nisan tersebut. Tulisan tersebut sangat akrab di mata Maja, itu adalah tulisan tangan Yudhistira!.

'Di sini terbaring Keledai Milik Maja'

Sontak membaca tulisan tersebut Maja menjadi terkejut.

'Tidak Salah lagi!, Ini Makam Nakobon!!' Teriak Maja dalam hati

Dengan cepat Maja mengaktifkan Mata langitnya dan melihat benang karma milik Nakobon.

'Karmanya belum terputus denganku!, Nakobon Pasti Masih hidup!' Ucap Maja yakin

'Hukum reinkarnasi telah ditulis ulang, semoga saja Nakobon benasib baik!' Harap Maja dalam hati.

Rasa krisis dalam diri Maja semakin besar, Menguasai lmu Karma merupakan hal yang sangat sulit meskipun Maja memahami teorinya.

'Aku harus mempelajari lebih dalam ilmu karma!' Tekad Maja dalam hati.

Awalnya Maja ingin mendalami ilmu lain untuk meningkatkan kemampuan bertarungnya, Hanya saja hilangnya Nakobon membuat Maja berpikir ulang.

Saat ini prioritasnya adalah mencari keberadaan Nakobon!.

"Makam ini, Mungkinkah… ? " Tanya si Ayam pada Maja.

"Benar sekali, Ini Makam sahabatku, Nakobon" Jawab Maja pelan

"…Aku turut berduka untukmu kawan" Balas si Ayam, Sahabat si Penguasa langit yang satu ini memang cukup sial. Mendengar cerita Maja, Penguasa langit semakin merasa bahwa masalahnya terasa kecil.

Setidaknya, Takdir mempertemukan sahabatnya ini dengan sebuah buku Sakti.

Walaupun tidak tahu secara detail, Penguasa langit yakin bahwa ilmu yang dipelajari Maja bukanlah ilmu kanuragan sembarangan!.

"Hahaha, terlalu cepat untuk berduka kawan, Nakobon belum mati!, benang karmanya belum terputus denganku!" Ucap Maja tersenyum sambil menatapkan wajahnya ke arah langit.

"Silahkan Nikmati semua jagung yang ada di kebunku, Aku akan kembali bertapa untuk memperdalam ilmuku" Kata Maja sambil berjalan ke gubuknya.

"Ok, Kabar baik untukmu, bilang padaku saat kau siap mencari sahabatmu itu, dengan diriku di sisimu, Tak ada yang tidak mungkin!" Balas Penguasa langit sambil menepukkan sayapnya ke dadanya. Dirinya dengan sigap terbang dari kepala Maja dan pergi mencari Jagung matang siap santap.

"Hahaha, aku akan sangat mengandalkanmu!" balas Maja

2 hari telah berlalu, Siang hari itu sinar matahari tidak terlihat di seluruh perguruan atas awan.

Awan hitam Menyelimuti seluruh pegunungan dan kota disekitarnya.

Badai besar disertai angin kencang melanda seluruh perguruan.

Petir-petir dengan ganas menyambar ke tanah seperti hukuman langit. Suara keras seperti ledakan terdengar di berbagai penjuru.

Badai petir seperti ini bukanlah merupakan hal aneh di daerah ini terutama bagi penghuni perguruan Atas awan dan kaki pegunungan.

Hanya saja badai kali ini datang bertepatan sehari sebelum kepulangan rombongan murid elite perguruan. Seluruh persiapan penyambutan menjadi sedikit terhambat.

Walaupun beberapa pendekar mampu menggeser badai, hal ini dilarang dilakukan di Atas Awan. Yudhistira dan para guru serta tetua perguruan menganggap hal itu dapat menganggu ekosistem di pegunungan.

'Alam memiliki caranya sendiri untuk mencapai keseimbangan. Dan untuk beberapa hal, lebih baik membiarkan sesuatu terjadi secara alami selama tidak mengancam keselamatan manusia.'

Itulah yang diyakini oleh para petinggi perguruan.

Badai terus berlanjut semakin kencang, Gubuk maja terlihat bergoyang-goyang dengan pelan. Hanya saja Maja dan Penguasa langit dengan santai melanjutkan pertapaan mereka, seolah olah di luar tidak terjadi apa-apa.

Hingga secara tiba-tiba, *BOOM* sebuah petir besar menyambar di halaman belakang, tepat di lokasi dimana Nakobon dimakamkan.

Maja dan Penguasa langit yang sedang bertapa tiba-tiba saja membuka matanya.

Kemudian mereka saling menatap satu sama lain.

"Kau merasakannya ?" Tanya Maja

"Ya!, Aku merasakannya!" Balas si Ayam

Kemudian Maja dan Si ayam bergegas bangkit keluar gubuk, air hujan yang deras srta angin kencang seolah tidak berpengaruh kepada mereka berdua. Seperti ada energi yang menghalangi mereka dari serangan hujan dan angin.

Sesampainya di depan Makam, Maja dan penguasa langit menjadi sangat terkejut!

Api emas terlihat membakar makam Nakobon!.

Angin kencang dan Air hujan sama sekali tidak membuat api tersebut padam.

Maja dan Penguasa langit kembali menatap satu sama lain

Tiba-tiba saja suara keledai terdengar dengan keras di depan mereka

"HEE HAWWW !!, Aku kembali HAHAHAHAHA !!!!"

Mendengar suara itu, Maja kemudian tersenyum sampai giginya terlihat.

Penguasa langit terlihat terkejut, paruhnya terbuka, dirinya kehabisan kata-kata.

"HAHAHA, Setelah sepuluh ribu tahun lebih aku berkelana, Akhirnya aku kembali ke semesta ini!!"

Seketika sosok seekor keledai keluar dari api emas tersebut, Penampilannya sama sekali tidak berubah, hanya saja aura yang dikeluarkannya sangat berbeda dari sebelumnya.

"Hahaha, Eh?! MAJA ?!" Ucap si Keledai terkejut ketika meliat sosok kakek tua di depannya.

"Selamat datang kembali kawanku Nakobon" Ucap Maja sambil tersenyum senang

"Hahahahaha Aku kembali!!!" teriak si keledai dengan girang

Dua sahabat kembali dipertemukan.

Seorang Kakek dan keledai tua.

Terpisahkan oleh kematian.

Namun Semesta seolah tidak ingin memisahkan keduanya.

Kematian menjadi titik balik nasib keduanya.

Langit tidak sekejam yang kita pikirkan.

Pelangi muncul setelah hujan.

Semakin gelap langit semakin Indah sinar bulan, semakin terang gemerlap bintang

Benarlah perkataan : "Bersama kesulitan itu ada kemudahan"

Keberuntungan dapat menghampiri siapa saja, Maka bersabarlah.