Pagi hari di pegunungan barat Atas awan
Kabut masih menutupi puncak dan bukit-bukit pegunungan barat
Hujan badai semalam membuat seluruh daratan menjadi basah kuyup.
Maja, Nakobon dan penguasa langit menghabiskan malam mereka dengan bercerita satu sama lain. Terutama Nakobon, pengalamannya membuat Maja dan Penguasa langit kehabisan kata-kata.
Tak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa ada alam semesta lain di luar sana. Rasa terkejut dan penasaran menguasai perasaan mereka berdua. Betapa kecilnya mereka di alam semesta ini, dan betapa luas dan tak terbatasnya seluruh semesta yang ada.
"Hahahaha! Menarik sekali!, Suatu saat akan ku jelajahi seluruh semesta yang ada!" Ucap Maja semangat
"Bersiaplah kalian berdua, hari ini aku akan kembali menjalankan misi perguruan! Setelah bekal kita cukup dan seluruh hutangku lunas, Perjalanan besar akan kita mulai! Hahahaha!" Kata Maja sambil berjalan keluar gubuknya.
Nakobon dan penguasa langit saling menatap, Kemudian berjalan mengikuti Maja.
Sambil menunggangi Nakobon, Maja dan penguasa langit berjalan menuju gerbang barat, di gerbang barat terdapat sebuah bangunan dimana para murid dapat megambil sebuah misi.
Dengan menyelesaikan misi, Para murid dapat mendapatkan berbagai imbalan mulai dari uang, senjata maupun obat-obatan serta hal lain yang dapat mendukung kultivasi mereka.
Sesampainya di gerban barat, Maja terlihat heran dengan keramaian di depannya, pagi ini seolah seluruh penghuni pegunungan barat berkumpul di area sekitar gerbang.
Kebanyakan dari mereka terlihat berkumpul di depan stasiun kereta. Seluruh perguruan atas awan terkoneksi dengan jalur kereta. Walaupun kebanyakan siswa lebih memilih terbang atau menaiki tunggangan untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain, namum kebanyakan murid di pegunungan barat adalah murid miskin.
Maja kemudian turun dari punggung Nakobon dan menghampiri salah satu murid paruh baya yang sedang antri di luar stasiun.
"Salam sejahtera saudaraku, ada apa dengan semua keramaian ini ?" Tanya Maja pada si murid.
"Salam sejahtera kakek, tentu saja ke pusat perguruan" jawab si murid
"Memang ada apa di sana ?" tanya Maja kembali dengan heran
"Tentu saja mengikuti acara penyambutan, hari ini 100 murid terbaik kita pulang, Perguruan mengadakan pesta penyambutan untuk mereka, kau tidak tahu ?" jawab si murid dengan heran juga
"Ahahaha, aku baru saja pulang ke perguruan 3 hari lalu, Terimakasih atas informasinya kawan!" balas Maja
"Ya sama-sama" jawab si murid sambil memalingkan wajahnya
"Nakobon, penguasa langit, Perubahan rencana!, pergilah lakukan yang kalian suka, hari ini aku akan ke pusat peguruan Hahahahaha!" Ucap Maja sambil berjalan menuju antrian
"Haah~ orang ini, Penguasa langit, ikutlah denganku!, akan ku tunjukkan kau tempat menarik di pergunungan barat!" Ajak Nakobon pada Si Ayam
"Ok." Jawab Si Ayam singkat sambil terbang ke punggung Nakobon.
Setelah 10 menit mengantri, Maja akhirnya masuk ke dalam kereta.
Formasi kursi di kereta Atas Awan adalah 4 kursi dengan formasi saling berhadapan.
Terlihat hampir semua kursi sudah diduduki penumpang, Maja terus berjalan ke gerbong depan hingga akhirnya menemukan sebuah kursi kosong.
Malangnya, dari 3 kursi yang sudah terisi, ada 1 wajah yang sudah akrab dengannya.
'Tch! Budi lagi-Budi Lagi…' Keluh Maja dalam Hati
"Hahaha Salam sejahtera kawan, boleh aku duduk di sini ?" Tanya Maja sopan
"Salam sejahtera kakek" "Salam sejahtera tuan" Balas kedua orang di Kursi tersebut.
Sedangkan Budi hanya melihat Maja sejenak dan kembali memalingkan wajahnya ke arah jendela.
"Hahahaha termikasih-terimakasih" Ucap Maja sambil segera duduk di samping Budi.
Tak lama kemudian kereta berangkat meninggalkan stasiun, Maja dan kedua teman sebangkunya terlihat mengobrol dengan antusias. Inilah mengapa Maja memilih tinggal di pegunungan barat, Murid – murid di sini ramah dan tidak arogan, Kecuali Budi.
"Hei – hei, aku tak sabar melihat para wanita cantik di sana, pegunungan barat begitu sepi dan suram" ucap Dio, salah satu teman sebangku Maja. Wajahnya masih terlihat muda, namun badannya terlihat kurus seperti batang pohon singkong.
"Di pegunungan barat tidak memiliki toko kecantikan, tentu saja sulit menarik wanita kemari", Timpal Janu, teman sebangku lain yang memiliki fisik tinggi besar serta wajah sangar penuh berewok.
"Itu karena tidak ada alchemist di tempat kita" Ucap Maja sambil menggelengkan kepalanya
"Ngomong-Ngomong soal wanita, Aku tak sabar melihat Ratna dan Laila hehehe" Kata Dio sambil tertawa seperti orang cabul
Maja dan Janu hanya bisa menggelengkan kepala mereka, walaupun dalam hati, perasaan mereka sama dengan Dio.
Hanya Budi yang terlihat diam sambil menatap ke arah jendela.
Tak lama kemudian, peluit kereta berbunyi tanda mereka telah sampai, suasana di sekitar stasiun pusat terlihat ramai.
Ribuan murid dengan berbagai warna seragam terlihat membentuk sungai manusia menuju ke arah puncak gunung.
Di puncak itulah rombongan murid elite akan mendarat, bersamaan dengan itu, Yudhistira dikabarkan akan memberikan pengumuman penting.
Maja dan rombongan murid pegunungan barat berjalan bersama menuju lokasi, kata-kata hinaan dan pandangan yang merendahkan menemani perjalanan mereka.
"Hei lihat itu, para sampah dari barat" "Cih, untuk apa mereka datang ke sini ? bikin sempit saja"
"Hei kali liat orang itu ?, dia satu angkatan dengan kita, kau tau tidak,...."
Tiba-tiba saja terlihat beberapa murid dengan seragam biru tua datang menghadang mereka. Di Atas awan, seragam biru tua menandakan mereka murid senior di perguruan. Murid senior memiliki tingkat kultivasi "Master" hingga "Grandmaster". Seorang pendekar master mampu mengendalikan senjatanya dengan pikirannya saja, serta mampu merubah Ki nya menjadi elemen.
Seoran pria berbadan tegap terlihat memimpin para murid senior terssebut.
"Kudengar kalian murid junior dari pegungan barat" Ucap si Senior dengan Nada arogan.
"Ya benar" Balas seorang murid yang berdiri di barisan terdepan
"Pulanglah, Kalian hanya semakin mempersempit tempat ini!" Kata si senior sambil mengibaskan tangannya.
"Hahaha ya pulanglah kalian!" "Pulang sana dasar sampah!" "Orang lemah dilarang datang ke sini!"
Ejekan – ejekan pun semakin terdengan lebih keras. Bahkan dari sesama murid junior.
"HAHAHAHA! Sampah kok teriak sampah!" tiba-tiba saja suara tertawa terdengar keras dari tengah rombongan murid pegunungan barat.
"Siapa yang bicara tadi ? Maju kedepan!" Ucap si Senior marah
Seketika seorang pemuda terlihat berjalan menuju ke depan rombongan. Hampir semua orang terkejut melihatnya.
Wajahnya sangat tampan, kulitnya putih seperti kulit seorang wanita, sorot matanya terlihat santai namun dalam.
"Kyaa~ Tampannya~" "heihei lihat itu, ganteng sekali ya~" "Eh~ kenapa bisa ada pria sepertinya di pegunungan barat" "Hey Siapa itu namanya ?"
Berbagai kalimat pujian datang dari para wanita yang ada di tempat itu. Bahkan para murid lelaki terlihat terkejut, kenapa pria setampan itu memilih mengungsi di barat ?. Dengan wajah seperti itu pasti banyak wanita yang akan melindunginya.
"Halo Bang, ada yang kau perlukan dariku ?" ucap si murid tampan sambil tersenyum
"Kyaaaa Manisnya~~" "Hei Tampan~ Siapa namamu ?~" " Ahhh unyu-unyu ~"
'Cih, para wanita binal ini, padahal baru saja mereka menghina para sampah ini' Kesal si Senior dalam hati
"Hahaha, kau tidak hanya tampan, namun juga berani!" Puji Si senior
"Hehehe terimakasih pujiannya bang, tapi kau kurang satu hal" Ucap si Pemuda tampan
"Hmm apa yang kurang ?" Tanya si Senior
"Aku juga seorang jenius dan pendekar yang sakti" balan si Pemuda sambil menepukkan tangan kanannya ke dadanya.
"BWAHAHAHAH!" "HAHAHA Apa dia bilang ?!" "Jiahahaha ternyata hanya seorang idiot!"
Sontak saja murid-murid lain tertawa terbahak-bahak, sedangkan murid dari pegunungan barat terlihat murung, sebagian hanya bisa menggelengkan kepala atau menepuk jidat.
"Hahaha tak mungkin seorang jenius sakti tinggal di pegunungan barat yang suram" Ejek si senior sambil tertawa
"Hehehe akan ku buktikan!" tiba-tiba saja ekspresi pemuda tersebut menjadi serius, Matanya menatap tajam ke arah si senior.
Melihat mata pemuda tersebut Si senior menujukkan ekspresi ketakutan yang mendalam, dirinya seolah melihat jiwanya akan di sedot oleh mata tersebut, Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya.
"Hei, Sugih!, Kau kenapa ?!" "Sugih! Kenapa kau ??"
Melihat sesuatu yang aneh dari sugih, Teman-teman di sampingnya menggoyang-goyangkan badan sugih dan seketika badannya jatuh kebelakang.
"Su - Sugih Pingsan !" Ucap salah seorang temannya panik
"Kurang ajar! Apa yang kau lakuka padanya ?!,Ha- Hajar dia!!" perintah salah seorang temannya kepada murid senior lain.
Sontak para murid senior langsung bereaksi dan bergerak menyerang si pemuda tampan.
Pertarungan pun tak terhindarkan, para murid senior mengeluarkan pukulan dan tendangan pamungkas mereka pada si pemuda, tapi dengan mudah seluruh serangan mereka di tangkis oleh si pemuda.
Para murid lain segera bergerak menghindar dari pertarungan tersebut.
Dengan gesit si pemuda membalas serangan para senior yang menyerangnya, tak sampai 5 menit pertarungan berakhir. Si pemuda tadi dengan cepat menaklukan 10 orang senior yang menyerangnya, Sontak semua orang yang melihatnya menjadi sangat terkejut.
"Hei Budi!, apa kau tahu siapa dia !?" Tanya Maja pada Budi.
"A-Aku tak tahu!, Aku tak pernah melihatnya!" balas Budi
"Namanya Raka!, dia baru saja tinggal di pegunungan barat sekitar 2 tahun lalu, dia tinggal berdekatan denganku!" Timpal Dio si kurus.
"Luar biasa!, dengan ini pegunungan barat akan berubah!" Ucap Maja, akhirnya seseorang melakukan apa yang selalu ingin ia lakukan dari dahulu.
Semua murid yang melihatnya tercengang, Seekor monster muncul dari Pegunungan barat yang terasing.
*Clap**Clap* Tiba-tiba suara tepuk tangan memecah kesunyian
"Hahahah luar biasa! Luar biasa! Tak kusangka seekor monster bersemayam di pegunungan barat!" seorang wanita cantik berbaju putih terlihat menonton keramaian dari atas sebuah bangunan.
Rambut hitamnya diikat dengan gaya kuncir kuda, Wajahnya berbentuk oval, senyumnya sangat manis dengan 2 gigi kelinci terlihat di antara kedua bibirnya. Namun yang paling mencolok adalah seragam putih yang dipakainya. Seragam putih menandakan identitasnya sebagai Murid Elite!
Si wanita kemudian loncat dan mendarat dengan anggun dihadapan si Pemuda tampan.
"Hei junior!, Siapa namamu ?" Tanya si Wanita
"Namaku Raka dari pegunungan barat!" jawab si Pemuda sambil tersenyum
"Raka ya~, salam kenal, namaku Kalya!" Balas Si Wanita
Mendengar Nama tersebut, para murid sontak terkaget!
"Ka-Kalya Si Topan selatan !" "Apaa yang dilakukan orang sepertinya di sini ?!" " Eh?? Bukankah 100 murid elite seharusnya belum sampai di sini ?!"
Mendengar hal itu, Kalya kemudian tersenyum
"Heheheh Siapa bilang mereka belum sampai ?" jawab Kalya
Mendengar hal itu seluruh siswa menjadi kaget!.
"Ja-jadi mereka sudah ada di perguruan ?!" Tanya budi kaget
"Hehehehe" Kalya hanya membalasnya dengan tertawa.
"Hey! Siapa yang berani melakukan ini pada adikku!" tiba tiba saja murid lain berbaju putih muncul di samping tubuh sugih.
Tak ada seorangpun yang sadar bagaimana dia bisa berada di situ.
Sosok dan penampilannya terlihat biasa saja, bahkan sekilas dirinya tidak memiliki Ki.
"Hehehehe, Maaf Aku tak bisa membantumu" Bisik Kalya pada Raka sambil tersenyum, dalam hatinya, Kalya masih penasaran dengan kekuatan sebenarnya dari Raka.
"I-Itu Sudira sang bayangan!" "Wahh! Tak kusangka aku dapat melihat 2 murid elite sedekat ini!"
"Apa kau yang melakukannya ?" Tanya Sudira dengan tatapan dingin kepada Raka
"YA!! Dia yang melakukannya !" Teriak salah seorang pengikut sugih sambil menunjuk ke Arah Raka
"Benarkah itu ?" Tanya Sudira dingin
Namun Raka hanya membalasnya dengan senyuman. Melihat hal itu Sudira memejamkan Matanya sebentar dan *BOOM* dengan cepat Sudira melancarkan tinjunya ke arah dada Raka.
Tubuh Raka terpental 5 meter ke belakang, hanya saja kakinya masih menapak ke permukaan tanah. Raka berhasil menahan tinju Sudira dengan kedua tangannya!.
Namun begitu tinju Sudira terlalu kuat, Raka merasakan kedua tangannya kaku. Darah mengalir dari bibirnya, Akan tetapi sorot matanya tajam menantang.
'Dia terlalu kuat!, Tak ada cara lain selain menggunakan itu!' Ucap Raka dalam hati.
Raka kemudian kembali merapihkan kuda-kudanya, Tangan kanannya diangkat sejajar dengan wajahnya, Tangan kirinya menggengam lengan atas tangan kanannya.
Energi ki berkumpul di ujung kelima jarinya, yang paling mengejutlan adalah, setiap Ki di kelima jarinya bertransformasi menjadi ke 5 elemen yang berbeda. Air, Api, Angin, Tanah dan petir.
Sudira dan Kalya menunjukkan ekspresi terkejut!. Hanya sedikit orang yang mampu menguasai ke 5 elemen alam.
"Jenius!, Kau benar-benar seorang jenius! Hahahaha!" Kalya terlihat gembira melihat hal tersebut, seperti seorang anak-anak yang menemukan mainan baru.
Wajah Sudira terlihat murung, tatapan matanya semakin dingin.
Dengan cepat Raka menerjang ke arah Sudira, Jari 5 elemen adalah salah satu jurus pamungkas terkuat yang ia kuasai saat ini.
Sudira terlihat diam tidak bergerak, akan tetapi tiba-tiba saja sosoknya menghilang dan muncul di hadapan Raka!
*BOOM* secepat kilat dengkul Sudira menghantam wajah Raka, Tubuh Raka terpental ke atas, energi di kelima jarinya menjadi kacau dan menghilang. *BRUG* tubuh Raka terjatuh menghantam tanah tepat di hadapan kumpulan murid pegunungan barat.
Melihat hal itu Maja berlari ke arah Raka dan membantunya berdiri.
"Hai anak muda, Kau tidak apa-apa ?!" Tanya Maja
"*Uhuk* *Uhuk* Hei kakek, apa kau *uhuk*tidak lihat aku babak belur begini ?" Balas Raka terbatuk batuk, Darah segar mengalir deras dari hidung dan dahinya.
"Kyaahhh!! Tidaak !!" "Beraninya kau merusak wajah Raka!!!" "Tolong! Apapun asal jangan wajahnya!" teriak para wanita protes
Seakan tidak mendengar protes tersebut, Sudira terlihat mengumpulkan energi Ki tak terlihat di tangan kanannya.
"Ada kata-kata terakhir ?" Tanya sudira dingin
"Sudira!, Jangan terlalu jauh!" Teriak Kalya memperingatkan
"Bleh~ Matilah kau bersama adikmu di neraka!" Ejek Raka sambil menjulurkan lidah dan menunjukkan jari tengahnya.
Sudira hanya tersenyum dingin, seketika dirinya dengan cepat menerjang ke arah Raka! Kalya berusaha menahan Sudira namun tidak sempat.
'Ah Mati aku…' Pikir Raka Pasrah, tiba-tiba saja sesosok berbaju hitam muncul dihadapannya.
Rambutnya putih seputih salju, kedua lengannya diletakkan dibelakang punggungnya.
Seketika Sudira menghentikan serangannya, Kalya dengan sigap menangkap Sudira yang terdiam.
"Sudira!! Jangan laku….heh?!" Kalya terkejut ketika menyentuh tubuh Sudira, Tubuh Sudira serasa dingin dan Kaku!
Wajah Sudira terlihat terkejut, seluruh otot di tubuhnya tiba-tiba saja berhenti!. Seolah memperingatkan, Maju selangkah saja, Nyawanya akan melayang!
Di hadapannya, Seorang Kakek terlihat tersenyum menatapnya.
Mata Sudira terlihat tenang, namun ketakutan menyelimuti hatinya. Dia mengerti, bila dia tetap melanjutkan serangan, kakek tua dihadapannya akan menghabisi nyawanya!.
Sudira menarik nafas panjang, tubuhnya sudah berhasil dia kendalikan kembali.
"Kalya, lepaskan Aku.." ucapnya pelan
"Eh ?.. Ba-baik" dengan segera Kalya melepaskan cengkramannya.
Sudira kemudian membalikkan badannya, membopong adiknya yang pingsan lalu menghilang ditengah keramaian seperti angin.
Semua murid yang hadir di situ hanya diam tertegun kehabisan kata!, Mereka tidak mengerti kenapa Sudira tiba-tiba saja pergi setelah melihat si kakek.
Melihat hal itu Maja berbalik ke arah Raka sambil tersenyum, Kemudian mengarahkan pandangannya pada murid - murid daerah lain di sekitarnya.
"Hai kalian dengarlah!!, Siapa saja yang berani mengganggu murid pegunungan barat, Akan berhadapan dengan Raka sang Elang Muda dari Barat !!!" Teriak Maja sambil mengepalkan tangannya ke udara.
'Ehhh ? Elang Muda ??' Tanya Raka dalam hati.
"Hidup Elang Muda!!" Teriak Maja sekali lagi dengan keras.
"Hi-hidup Elang Muda! Hidup Raka!" "Hidup elang muda! Hidup pegunungan Barat! Hidup Raka!" teriak para murid pegunungan barat.
Maja kemudian menepuk pudak Raka dan membantunya berdiri.
"Kau tak perlu berterimakasih padaku anak muda" Ucap Maja sambil menunjukkan jempolnya pada Raka serta menunjukkan senyum terbaiknya.
"Hei Kake-"
"Obat!!, Cepat berikan Dia obat!, apa ada ahli pengobatan di sini?!" Teriak Maja pada murid pegunungan Barat lainnya.
Murid lain dengan sigap merespon seruan Maja sambil membawa obat dan keperluan kesehatan lainnya untuk menangani luka Raka.
Murid – murid daerah lain di sekitarnya hanya terdiam melihat hal tersebut. Kejadian hari ini merubah pandangan mereka, Dengan kehadiran Raka, Pegunungan barat tidak bisa di anggap remeh!.
Di tengah keramaian, Kalya terlihat memperhatikan Maja dengan serius.
Kalya melihatnya!
Ketika dirinya menahan Sudira, Kalya melihat sekilas senyuman pada wajah Kakek tua dihadapannya.
Kata-kata Ratna waktu itu kembali terngiang di dalam pikirannnya.
'Kalya, Ingatlah, Waspadalah kepada orang yang menyembunyikan pedang dibalik senyumnya'
….