Bayu dikenakan sanksi sebagai pelaku perselingkuhan, dan diancam pidana penjara paling lama sembilan bulan. Hal ini berlaku untuk Bayu maupun perempuan yang menjadi selingkuhannya tersebut.
Pada kasus perzinahan yang dilakukan oleh seseorang berstatus Pegawai Sipil Negara (PNS), selain hukuman pidana yang termuat dalam KUHP, pelaku juga akan dikenai sanksi disiplin berat.
Seketika dirinya menjadi lemas. Menyesali semua perbuatan bejatnya. Mengapa dirinya tergoda wanita lain. Padahal Asha adalah wanita yang cantik, selalu melayaninya dengan baik. Tidak kurang satupun. Apalagi kini mereka akan memiliki anak, buah cinta mereka.
***
Dua tahun yang lalu ....
"Nak Bayu beneran serius sama anak Om?" tanya Haryanto kala itu. Ketika akhirnya Bayu datang kembali saat dirinya sudah lulus kuliah dan juga lulus ujian tes pegawai negeri. Memiliki pekerjaan agar bisa mengambil tanggung jawab terhadap putri semata wayang lelaki di hadapannya.
Dua bulan setelah lamaran, Asha dan Bayu menikah. Dirinya merasa beruntung sekali akhirnya bisa menikahi gadis yang disukainya sejak Asha baru masuk universitas. Bisa dikatakan cinta pada pandangan pertama.
Keesokan harinya mereka berbulan madu ke sebuah pulau yang terkenal dengan keindahannya.
Setibanya di penginapan, mereka berdua beristirahat sejenak kemudian membersihkan diri. Asha yang lebih dahulu mandi dan mengenakan kimono berwarna merah muda. Sesuai pesan mamanya kala mereka sedang mengepak kopernya.
Terlihat duduk santai di pinggir ranjang, seraya membuka-buka majalah yang ada di sana. Bayu yang melihatnya setelah keluar dari kamar mandi, dengan masih mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. Tersenyum menatap bidadarinya kemudian jalan menghampiri.
Ditamatinya lekat-lekat wajah gadis di hadapannya yang tersipu malu. Darahnya berdesir ketika tangannya menyentuh pipi merona itu. Gadis itu tidak berkata apa-apa hanya balas memandangnya dan tersenyum. Cantik sekali.
Perlahan Bayu mendekatkan wajahnya dan mencium bibir gadis yang kini telah menjadi istrinya. Manis rasanya.
Asha tidak membalas ciuman itu, masih merasa canggung, karena ini yang pertama baginya.
"Takut?" ditanyanya lembut yang langsung digelengkan Asha.
"Ini yang pertama buatmu kan?" yang diangguki Asha. "Juga buatku. Kita akan melakukannya perlahan, oke?"
Malam pertama mereka dilalui dengan indah. Dihapusnya peluh di kening Asha. Diciuminya ubun-ubun sang istri.
"Aku mencintaimu Asha." Seraya mencium bibirnya yang bagai candu. Kemudian mereka mengulang kembali malam indah itu.
***
Menjelang pagi, Asha terbangun dengan posisi membelakangi suaminya. Tangannya yang besar dan kekar terlihat melingkar di pinggangnya. Dirasakannya sang suami bergerak dan menciumi bahunya. Naik ke leher.
"Mas Bayu ...," panggil Asha lirih.
"Hmmm .... " Sambil terus mengecupi leher dan bahu Asha. Meninggalkan tanda-tanda cinta di sana.
"Kamu gak cape?" Yang langsung direspon oleh tawa renyah Bayu.
"Aku gak kan cape bercinta denganmu, Sha."
"Tapi aku cape, Mas,"sungut Asha yang malah makin membuat Bayu bergairah. Kemudian memeluk erat tubuh sang istri.
"Sekali aja. Habis itu kita mandi, okey?" Yang kemudian diangguki olehnya. Terbit senyum di bibir Bayu.
****
Usia enam bulan pernikahan, Bayu mendapat promosi jabatan, namun dia harus mengikuti pelatihan di luar kota selama tiga bulan. Hal ini membuatnya bimbang, karena harus meninggalkan sang istri yang saat itu masih berstatus mahasiswa. Masih ranum-ranumnya hawa pengantin baru katanya.
"Mas janji bakal pulang sepekan sekali." janjinya kala mereka berpisah di stasiun kereta. Dikecupnya mesra ubun-ubun sang istri.
Selama tugas suaminya, Asha tinggal kembali bersama orangtuanya. Dan di akhir pekan Asha kembali ke rumahnya dan Bayu.
***
"Aku minta jatah double, ya, Sayang," Seraya mengecup bibir sang istri ketika baru saja pulang dari pelatihan yang langsung mendapat cubitan mesra.
"Mandi dulu, gih, biar seger. Makan biar greng," goda Asha, membuat Bayu bergairah. Yang kemudian menggendong Asha ke kamar mandi.
"Mas Bayu, aku udah mandi, lho. Turunin gak," katanya galak. Namun tidak digubrisnya.
Di dalam kamar mandi Bayu baru menurunkan Asha dan langsung membasahi tubuh mereka berdua yang membuatnya mendapat pukulan bertubi-tubi dari Asha, meski pelan.
"Sakit, dong, Sayang," ucap Bayu seraya terkekeh, kemudian mendorong tubuh istrinya ke dinding kamar mandi.
***
Tiga bulan masa pelatihan terlewati sudah. Hari-hari pasangan suami istri itupun kembali hangat. Mulai membahas soal anak, yang semakin membuat Bayu semangat.
"Bikin anak yuk, Sayang," rengeknya di akhir pekan. Yang langsung mendapat tatapan tajam Asha.
"Lagi datang bulan," katanya sambil tertawa.
***
"Keluar kota lagi, Mas?" tanya Asha pada suatu malam saat mereka dalam peraduan. Saling bercengkrama.
"Iya. Sepekan paling lama, tiga hari paling cepat."
Dan disinilah Bayu bermalam. Diambilnya telepon genggamnya yang baru dibelinya sebelum berangkat ke kota C, kemudian menekan nomor yang langsung tersambung.
"Halo ...," sahut suara di seberang.
"Sha, kangen kamu," ucap Bayu manja yang langsung membuat Asha tertawa geli.
"Baru juga sehari, Mas."
"Di sini dingin, Sha."
"Pakai baju hangatnya. Selimutan, minum susu hangat, deh."
"Aku pengennya kamu, Sha, lebih anget kamu."
"Ish, Mas Bayu apaan, siy." ucapnya terdengar galak, padahal wajahnya terasa panas karena tersipu mendengar suaminya bicara gombal.
***
"Natasha, kenalkan ini bapak Bayu salah satu pegawai yang akan bantu kamu selama magang di sini." Pak Haris pimpinan Bayu di kantornya di kota C mengenalkan seorang gadis muda berparas ayu. Lulusan D1.
Bayu pun menganggukkan kepalanya. 'Dingin sekali pria ini,' batin Natasha. 'Tapi gue suka.'
Selama lima hari berikutnya Natasha dan Bayu sering berinteraksi, saat jam pulang kantor dan akan kembali ke wisma karyawan. Natasha meminta Bayu menemaninya sebentar karena dia takut kerja sendiri di kantor yang telah sepi itu.
Tiga puluh menit lamanya mereka berada di ruangan yang sama. Tampak Bayu menelepon istrinya sambil menemani Natasha yang membereskan berkas-berkas yang sudah diselesaikannya.
Sesekali Natasha meliriknya namun Bayu terlihat cuek.
"Telpon siapa, Pak?" tanya Natasha saat hendak menaruh berkas di ruangan pimpinan.
"Istriku," jawab Bayu tampak bahagia. Hal ini tiba-tiba membuat Natasha cemburu.
"Bapak udah nikah? Kok gak keliatan, ya, Pak?" ucapnya menetralkan perasaannya yang gundah. Yang hanya dijawab Bayu dengan kekehan.
Di hari ke enam saat Bayu sedang bersiap-siap untuk pulang dari wisma karyawan. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. Dilihatnya Natasha berdiri di balik pintu sambil membawa bungkusan.
"Boleh saya masuk, Pak?" tanyanya sopan, kemudian Bayu bergeser dari tempatnya berdiri agar Natasha bisa masuk. Pintu dia biarkan terbuka, karena di akhir pekan wisma ini biasanya sepi. Para pegawai dari luar kota banyak yang kembali ke kotanya masing-masing.
"Ada apa?" tanya Bayu setelah mempersilahkan Natasha duduk.
"Ini buat Bapak," ucap Natasha seraya menyodorkan bungkusan yang tadi dibawanya.
"Gak usah repot-repot, Nat."
"Gak repot, kok, Pak. Itu saya beli."
"Ok. Saya terima, ya. Makasih, Nat." Melihat Natasha hanya diam saja, "Ada yang lain lagi, Nat?"
Natasha menggeleng. "Bapak mau pulang juga, ya?"
"Iya. Bentar lagi." Natasha kemudian mengangguk. Terlihat ada sesuatu yang mengganjal di wajahnya.
"Bapak bakal balik ke kantor sini lagi gak Pak?" tanyanya kemudian.
"Tergantung atasan. Kenapa?" Tampak Natasha mengurai senyum tipis.
"Nggak, Pak. Hati-hati di jalan, ya, Pak. Saya permisi dulu," pamitnya.
***