"Sayang Kamu di mana?" telepon Bayu saat dirinya hampir tiba di kotanya lagi. Perasaan rindu pada Asha-nya tak tertahan.
"Di mama, Mas. Mas Bayu udah sampai mana?"
"Bentar lagi niy, mas naik angkot dulu ya. Dah Sayang. Love you." Yang langsung disambut kekehan Asha.
"Love You too," ucap Asha geli.
Saat tiba, dipeluknya Asha erat tanpa malu, padahal ada kedua mertuanya di sana. Tapi mereka maklum.
"Jangan kenceng-kenceng meluknya," tiba-tiba Haryanto bersuara. Ekspresinya datar namun kebahagiaan terpancar di wajah mertuanya itu. Seketika membuat Bayu bingung. Dilepasnya pelukannya kemudian memandang Asha yang sedang tersenyum. Matanya tampak berbinar.
'Ada apa?' tanyanya tanpa bersuara yang langsung membuat Asha semakin tersenyum lebar.
"Kasih tau dong, Sha," kata Marisa ikut tersenyum.
"Kasih tau apa, Sha?" tanya Bayu bingung.
"Ini," ucap Asha sambil menyodorkan foto hasil USG 2D kepada Bayu. Bayu yang melihatnya terperangah.
"Kamu hamil, Sha?" ucap Bayu riang. Langsung dipeluknya lagi sang istri, "Aku bahagia banget Sha. Makin I love you deh," seraya mencium bibir istri yang langsung dicubit Asha.
"Mas Bayu! Malu, ada mama papa tau!" yang membuat kedua orangtua Asha tertawa.
Berita kehamilan Ashapun disampaikan kepada orangtua Bayu di kampung. Mereka semua ikut bahagia.
Namun, kebahagiaan itu tak lama. Saat usia kandungan Asha memasuki pekan ke 4-5, ia merasakan sakit di bawah perutnya. Kemudian langsung menelepon Bayu yang saat itu sedang di kantor. Bayupun ijin pulang.
Diagnosa dokter kandungan, kandungan Asha lemah, sehingga harus bedrest total selama minimal 2-3 bulan. Dan Bayu diminta untuk tidak mendatangi istrinya dulu hingga janinnya dinyatakan stabil dan kuat.
Asha dan Bayu akhirnya tinggal bersama orangtua Asha selama Asha bedrest.
Sebulan sudah Asha tinggal di rumah orangtuanya, Bayu tetiba ditugaskan kembali ke luar kota. Kali ini ke kota B. Dengan berat hati akhirnya meninggalkan Asha yang masih harus istirahat total. Kuliahnya ditangguhkan sementara.
***
Bayu tiba di kota B keesokan harinya dan langsung menuju ke wisma karyawan. Untuk beristirahat.
Tak lama setelah itu ada yang mengetuk pintu kamarnya. Dilihatnya Natasha ada di balik pintu itu. "Lho kamu di sini juga, Nat?" tanya Bayu heran.
"Iya Pak. Rumah saya kan di kota ini. Kebetulan ada yang kasih tau kalo Bapak tugas juga di sini. Saya mampir deh," terangnya. "Eh saya boleh masuk kan, Pak?" tanyanya.
Bayu akhirnya mempersilahkan Natasha masuk. Pintu kamarnya dibiarkannya terbuka. Natasha yang menyadari itu hanya tersenyum tipis.
Setelah terdiam lama. "Pak, klo ada yang suka sama Bapak, gimana Pak?" tanya Natasha tiba-tiba.
"Wah terima kasih aja saya siy, tapi saya sudah nikah lho."
"Klo yang suka sama Bapak itu nyatain cintanya gimana?"
"Ya saya tolak. Saya udah beristri." Seakan menyadari ada gelagat tidak biasa dari Natasha, Bayu akhirnya bertanya, "Kenapa tiba-tiba Kamu nanya kaya gini?"
"Saya yang suka sama Bapak!" katanya jujur dan tiba-tiba memeluk Bayu. Bayu yang kaget langsung melepaskan pelukan Natasha.
"Maaf, Nat. Saya gak bisa. Saya udah nikah."
"Saya gak minta dinikahin sama Bapak kok. Jadi simpenan Bapak juga gak apa-apa," katanya nekat.
"Baiknya Kamu pulang aja, Nat. Saya gak mau kena masalah." Seraya menarik Natasha untuk keluar dari kamarnya.
Namun Natasha melawan dan mengancam akan berteriak bahwa dirinya diperkosa jika Bayu mengusirnya.
Karena kuatir ada keributan akhirnya Bayu membawa masuk lagi Natasha dan menutup pintunya.
"Kamu berani ya ancam saya?" ucap Bayu marah.
Tanpa pikir panjang Natasha lalu menjalankan rencana liciknya untuk menjerat Bayu.
Seperti meneguk anggur yang memabukan. Selama sebulan lebih Bayu menahan dirinya untuk tidak mendatangi istrinya. Karena demi janin yang ada di rahimnya. Tiba-tiba ada yang dengan rela memberikan tubuhnya, membuat Bayu kehilangan akal sehat dan membiarkan hawa nafsunya mendominasi.
"Saya gak akan memberikan cinta saya untuk kamu, Nat," ucap Bayu setelah berhubungan.
"Saya gak peduli Pak! Asal saat saya butuh Bapak, Bapak ada," jawab Natasha tidak peduli. Dia hanya ingin bercinta dengan Bayu. Itu sudah cukup.
Dan inilah tujuan Bayu saat kerap kali tugas keluar kota, selama Asha tidak bisa melayaninya, Bayu melampiaskannya pada Natasha. Natasha dengan suka rela menyerahkan dirinya, karena mencintai pria yang sudah beristri itu. Bahkan saat Bayu menyebut nama Asha, Natasha tidak peduli.
Bayupun pandai menutupi perselingkuhannya dari Asha selama beberapa bulan lamanya. Hingga pada satu waktu, ketika kandungan Asha dinyatakan sudah kuat dan janinnya stabil, Bayu yang baru pulang dari luar kota, segera membersihkan diri. Asha memergoki di tubuh Bayu ada bercak kemerahan. Saat itu Bayu beralasan itu bekas kerokan karena masuk angin. Asha pada awalnya tidak percaya, namun Bayu pandai berkata-kata bahkan merayu, hingga akhirnya istrinya percaya dan berakhir dengan percintaan panas mereka.
***
Beberapa bulan kamudian saat Bayu menghadiri pernikahan teman Asha, Nia dan Arman. Natasha kembali menghubunginya. Mengatakan dirinya ada di hotel tempat diadakan resepsi pernikahan dan ingin bertemu. Bayupun memenuhi panggilan itu dan bertemu di lobi.
"Aku kangen Kamu, Mas!" seraya memeluk Bayu mesra.
"Jangan di sini. Kita ke kamarmu aja." Yang langsung diangguki Natasha.
Dan akhirnya terjadilah apa yang sudah terjadi, yaitu ada lelaki asing masuk memergokinya selingkuh dan meninju Bayu hingga tak sadarkan diri.
***
"Rencana Lo habis ini apa, Ngga?" tanya Arman, saat Nia masuk ke dalam ruangan tempat Asha dirawat, menemani Marisa dan Haryanto yang bergegas datang saat dikabari Asha pingsan dan dibawa ke rumah sakit.
Kedua orangtua Asha belum tahu apa yang menyebabkan Asha pingsan, dan Asha sendiri masih belum sadar.
"Gua bakal nungguin Asha," jawab Angga mantab membuat Arman terperangah.
"Jangan bilang klo Lo bakal nikahin Asha setelah dia cerai dari suaminya ...."
"Itu rencana gue."
"Gila Lo! Lo yang udah bikin Asha kaya gini, terus mau langsung nikahin dia setelah dia pisah ma suaminya. Lo kira Asha mau?" tanya Arman tidak habis pikir. "Bakal ada yang berasumsi Lo sengaja bikin mereka pisah."
"Kenyataannya memang gue yang bikin mereka pisah. Karena kelakuan suaminya yang gak setia."
"Gue gak bisa nasehatin apa-apa lagi, Bro. Tapi Lo kudu hati-hati, gue gak yakin orangtua Lo bakal restuin hubungan Lo ma Asha nanti. Gue balik dulu, besok masih ada acara dengan para investor. Dan ada orangtua Lo datang besok. Gue gak yakin berita ini gak bakal diketahui ortu Lo," tutur Arman sambil menepuk pundak Angga dan berlalu memanggil Nia.
Angga duduk termenung. Dirinya serasa enggan untuk pulang. Dua pekan lagi dia harus kembali ke Jerman. Sedang masalah ini tidak mungkin selesai dalam waktu dua pekan jika dirinya tidak turun tangan. Lalu dikeluarkannya telepon genggam dari sakunya, untuk menghubungi seseorang.
***
Sore itu Asha akhirnya siuman. Orang yang pertama kali dilihatnya adalah seorang pria yang berparas rupawan duduk di samping ranjangnya. Pria yang pernah memenuhi hari-harinya kala remaja dulu.
Seketika Angga bangkit dan memencet bel untuk memanggil perawat.
"Asha, apa kabar?" tanyanya kemudian.
Terlihat Asha mengerutkan dahinya, masih setengah sadar. Saat dilihat tangannya berada digenggaman Angga. Sontak ditepisnya. "Jangan sentuh Aku!" teriak Asha yang lebih menyerupai bisikan.
Tak ingin sesuatu yang buruk terjadi, Angga menuruti kemauan Asha. Tak lama perawat masuk untuk memeriksa keadaan Asha. Untuk sementara keadaannya mulai stabil dan masih harus istirahat.
"Bayinya bagaimana suster?" tanya Angga khawatir.
"Kita tunggu visit dokter kandungan ya, Pak. Karena hanya dokter yang bisa memastikan nanti," jawab perawat itu ramah sambil tersenyum. "Istrinya harus banyak istirahat ya Pak, jangan banyak pikiran, tadi tensinya agak sedikit tinggi."
"Dia bukan suamiku!" jawab Asha tinggi yang membuat perawat itu berhenti tersenyum dan salah tingkah.
"... oh maaf, Ibu. Saya tidak tahu. Ibu istirahat ya. Saya permisi dulu."
Angga hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya, sementara Asha membuang muka.
"Kau kembali bersikap dingin padaku Asha."
"—"
"Aku hanya khawatir dengan bayimu. Maafkan Aku." Kemudian Angga pergi meninggalkan Asha sendiri agar bisa menenangkan pikirannya. Dia tahu Asha pasti masih terguncang. Kemudian dia menghubungi Haryanto dan mengabari bahwa Asha sudah siuman.
***
"Terima kasih lho Nak Angga, udah repot-repot nemenin Asha seharian," ucap Marisa ketika jelang malam, mamanya Asha baru datang dan Angga bersiap untuk pulang. Haryanto tidak datang karena ada rapat penting dengan pimpinan.
"Gak repot kok Tan, saya senang bisa bantu. Semoga Asha lekas baikan. Saya pulang dulu. Mungkin lusa baru kembali, ada yang harus saya urus," ucapnya berpamitan sambil melirik Asha sekilas.
Marisa tahu ada sesuatu yang terjadi di antara putrinya dan Angga, sehingga anaknya itu terlihat acuh tak acuh saat melihat Angga.
"Asha, apa yang terjadi? Kok dari kemarin Mama gak liat Bayu? Malah Angga yang nemenin kamu," tanyanya kemudian setelah dilihat putrinya hanya terdiam membisu.
"Asha pengen cerai Ma!" katanya lirih sambil perlahan air matanya jatuh. Marisa kemudian langsung memeluknya.
"Kenapa tho Nak. Jangan mudah bilang cerai. Kamu sedang mengandung anaknya, kenapa ingin cerai? Semua bisa diselesaikan baik-baik." ujar Marisa seraya mengusap punggung Asha.
"Asha jijik Ma! Jijik sama mas Bayu!" teriaknya sambil terus berurai air mata. Tak lama dirinya merasa sesak nafas, kepalanya serasa berputar, dan perut bagian bawahnya terasa sakit. Asha kembali tidak sadarkan diri.
"Asha! Asha!" panggil Marisa seraya menepuk pelan pipi Asha. "Suster, tolong suster anak saya," teriaknya setelah merebahkan Asha.
***