Jhino merasa sangat lelah dan mengantuk karena semalaman dia begadang untuk membantu Allyna membahas judul skripsi yang akan dia ajukan hari ini. Walaupun begitu, Jhino merasa senang asalkan Allyna bersemangat untuk mengerjakan skripsinya. Beberapa hari ini, Allyna sudah tidak ketus dan jutek seperti biasanya. Mungkin, Allyna lambat laun menyadari bahwa Jhino sangat peduli padanya.
Karena merasa sangat mengantuk dan berpikir bahwa akan bahaya kalau menyetir mobil sendirian, Jhino akhirnya mengirim pesan kepada Firza, sekretarisnya untuk menjemputnya di apartemennya. Jhino pun segera bersiap-siap setelah Firza datang.
"Pak Jhino kelihatan mengantuk sekali," kata Firza saat menyetir mobilnya.
"Iya, kemarin saya nemenin istri saya untuk mengerjakan proposal skripsinya sampai larut malam," kata Jhino kemudian menyenderkan tubuhnya di kursi belakang mobil Firza.
"Wah… Saya sungguh kagum dengan rasa cinta Pak Jhino kepada Bu Allyna. Semoga pernikahan Pak Jhino langgeng ya, Pak," kata Firza. Sebenarnya dia tahu kalau Allyna dan Jhino dijodohkan dan bukan rahasia lagi kalau Allyna sebenarnya masih belum menerima perjodohan ini.
Jhino tersenyum, "Aamiin. Terima kasih, Firza."
Firza tersenyum balik dan mengangguk. Dia benar-benar berharap Allyna suatu hari nanti bisa menerima Jhino. Mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Jhino untuk Allyna.
"Oh ya, barusan Bita mengirim pesan kepada saya kalau kita akan ada rapat dadakan dengan klien penting. Semuanya sudah siap kah?" tanya Jhino.
"Sudah, Pak. Bita sudah mempersiapkan semuanya," jawab Firza.
"Baiklah. Karena ini klien penting, saya harap semuanya berjalan dengan lancar dan tertib," kata Jhino.
"Baik, Pak," kata Firza.
***
Allyna keluar dari ruangan Prof Zahra dengan bahagia. Akhirnya judul untuk skripsinya di ACC oleh dosen pembimbingnya. Allyna yang sangat bahagia, rasanya ingin membagi kebahagiaan ini bersama Jhino. Suaminya itu sudah turut andil dalam menentukan judul apa yang akan dia ajukan ke Prof Zahra. Allyna pun segera mengambil hpnya di tas untuk menelpon Jhino.
Allyna berjalan menjauh dari deretan ruangan dosen agar bisa menelpon dengan bebas tanpa harus takut berisik.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif…"
"Ha? Nggak aktif? Tumben banget hpnya nggak aktif?" gumam Allyna yang bingung karena dia tidak bisa menelpon Jhino.
Allyna pun mencoba menelpon Jhino kembali.
Dan tidak aktif. Hp Jhino sepertinya memang non aktif. Entah sengaja dimatikan atau tidak. Karena Allyna tadi teringat kalau Jhino belum berangkat ke kantornya saat Allyna ke kampus, mungkin saja Jhino masih di apartemen mereka.
"Kayaknya aku pulang aja deh. Mungkin dia belum berangkat ke kantor," kata Allyna akhirnya menemukan ide.
Dengan cepat Allyna segera berjalan ke parkiran mobil mahasiswa untuk mengambil mobilnya dan segera pulang. Dia berharap bisa bertemu dengan Jhino dan membagikan kebahagiaan ini bersamanya.
***
"Aku pulang…" kata Allyna begitu membuka pintu apartemennya.
Dia sangat kaget saat melihat apartemen mereka sudah sepi. Dia mencoba mencari-cari ke seluruh ruangan, bahkan dia membuka kamar Jhino. Tapi Allyna tidak menemukan Jhino disana.
"Apa dia udah pergi ke kantor ya?" gumam Allyna.
Dia pun mencoba untuk menelpon Jhino lagi. Tapi tidak bisa, hpnya Jhino masih saja non aktif. Karena merasa bingung dan khawatir, Allyna kemudian berpikir kalau dia sebaiknya pergi ke kantornya Jhino saja. Dan ini adalah pertama kalinya Allyna pergi ke kantor Jhino. Sebelumnya, dia tidak pernah pergi kesana. Punya niatan saja tidak.
Allyna pun mengemudikan mobilnya menuju kantor Jhino dengan hati-hati. Di tengah kemacetan ini, dia berharap segera sampai dan mengatakan semuanya kepada Jhino. Allyna merasa kalau rasa terima kasih mungkin sudah cukup untuk membalasnya, walaupun sebenarnya itu sederhana dan mengena kalau Allyna bisa mengatakannya dengan tulus.
Setelah bermacet-macet ria di jalanan, Allyna akhirnya sampai di kantor Jhino. Perusahaan Gliserra Food itu ternyata cukup besar. Allyna tidak menyangka suaminya adalah CEO di perusahaan ini. Tentu saja Allyna tidak bisa merasakannya karena Jhino yang hidup terlalu sederhana. Tidak semewah para petinggi perusahaan pada umumnya.
"Selamat pagi, Bu Allyna," sapa seseorang yang kebetulan berpapasan dengan Allyna saat dia akan masuk menuju ruangan Jhino.
"Iya… selamat pagi…" kata Allyna yang tampak bingung karena sekarang hampir semua orang yang ada di kantor itu menyapanya dengan sopan dan penuh rasa hormat.
Allyna jadi bingung, apakah semua orang disini tahu kalau dia adalah istrinya Jhino? Mungkin mereka tahu dari berita konferensi pers yang diadakan Jhino beberapa waktu yang lalu. Tapi, sikap para pegawai disana seperti sudah mengenal Allyna dengan baik. Akhirnya Allyna sampai juga di ruangan Jhino setelah diantar oleh resepsionis.
"Pak Jhino sedang ada rapat. Silahkan Bu Allyna menunggu di ruangan beliau," kata Bita kemudian membukakan pintu ruangan Jhino untuk Allyna.
"Baik, terima kasih," kata Allyna kepada Bita.
"Bu Allyna ingin minum apa? Biar saya siapkan," tanya Bita menawarkan minuman.
"Tidak usah. Terima kasih," jawab Allyna dengan sopan. Dia sungguh kagum dengan kesopanan para pegawai di kantor Jhino.
"Baik kalau begitu. Saya permisi dulu. Jika ada yang dibutuhkan, bisa panggil saya di depan," kata Bita lagi.
Allyna hanya mengangguk dan tersenyum. Bita pun keluar dari ruangan Jhino dan menutup pintunya kembali.
Allyna melihat-lihat isi ruangan Jhino. Ruangan kerjanya itu sangat rapi. Mendadak Allyna penasaran dengan meja kerja Jhino. Dia pun mendekat. Allyna sungguh kaget saat mendapati ada foto pernikahan mereka yang dipajang disana. Tidak hanya ada satu, tapi ada beberapa. Jhino meletakkannya dengan rapi.
"Kenapa ini ada disini? Memangnya ini bisa menyemangatinya untuk bekerja?" tanya Allyna dengan suara yang lirih.
Allyna memperhatikan foto pernikahan mereka itu. Entah kenapa Allyna jadi berpikir, apakah mungkin Jhino menyimpan ini di meja kerjanya karena Jhino sebenarnya mencintai Allyna?
"Ah… nggak mungkin. Masa sih dia cinta sama aku? Kita kan baru kenal," kata Allyna kemudian meletakkan bingkai foto itu lagi.
Dia kemudian menunggu Jhino di sofa. Sekitar 1 jam kemudian, Jhino sudah selesai rapat. Jhino pun cukup senang karena Allyna akhirnya berkunjung ke kantornya.
"Maaf membuatmu menunggu lama," kata Jhino saat melihat Allyna duduk di sofa.
Allyna mau protes tapi dia melihat mata Jhino yang sedikit merah dan dia tampak lelah. Dia jadi merasa tidak enak.
"Enggak kok. Oh ya, aku kesini cuma mau ngasih tahu kalau judulku sudah di-ACC sama Prof Zahra. Makasih ya," kata Allyna.
"Oh ya? Wah, selamat ya," kata Jhino terlihat sangat senang.
Allyna bisa merasakan ketulusan di dalam senyuman dan wajah bahagia Jhino.
"Kamu kelihatan ngantuk. Gimana kalau kita makan sambil minum kopi?" tanya Allyna. Entah kenapa dia mendadak ingin makan bersama Jhino. Mungkin sebagai ucapan rasa terima kasihnya.
"Boleh. Kita bisa pergi ke cafe yang ada di dekat sini," jawab Jhino.
"Oke, ayo," kata Allyna, "Biar aku aja yang nyetir mobilnya. Kamu… kelihatan capek dan ngantuk."
"Baiklah kalau gitu," kata Jhino kemudian tersenyum.