Setelah mengantarkan bubur dan menyuapi Allyna, Jhino keluar dari kamar Allyna walaupun sempat ngobrol sebentar. Belum pernah dia ngobrol dengan Allyna setenang ini. Tanggapan Allyna juga tidak seperti biasanya yang ketus dan marah-marah. Mendadak hati Jhino terasa hangat. Dia cukup senang karena Allyna sudah tidak seperti dulu. Setidaknya tidak marah dan ketus pun sudah lebih baik.
Jhino kemudian mencuci mangkok yang berisi bubur untuk Allyna tadi. Setelah itu, dia makan malam. Dia memakan sisa bubur yang masih ada. Benar saja, rasanya cukup enak. Jhino sambil berpikir kira-kira apa yang bisa dia lakukan untuk Allyna agar dia bisa menemukan judul skripsi yang tepat.
Karena dulu Jhino kuliahnya di jurusan Manajemen, bukan jurusan Kesehatan Masyarakat, maka Jhino berpikir untuk melakukan riset terlebih dahulu. Setelah selesai makan malam, Jhino bergegas untuk ke kamarnya. Dia menyalakan laptopnya dan mulai berpikir judul apa yang menarik.
Setelah terhubung dengan internet, Jhino mulai mencari referensi dari beberapa penelitian yang sudah ada. Dia menulis beberapa topik dan bahasan yang sekiranya menarik dan relevan untuk diteliti oleh Allyna. Jhino tidak sadar kalau dia sudah berjam-jam mencari referensi untuk Allyna hingga larut malam.
***
Keesokan harinya, Jhino bangun sedikit terlambat. Dia baru teringat kalau Allyna sedang sakit. Dia buru-buru bangun untuk melihat keadaan Allyna. Tapi, mendadak hpnya bergetar. Ada telepon dari sekretarisnya, Firza.
"Halo, Firza."
"Selamat pagi, Pak Jhino. Mohon maaf mengganggu, Pak. Saya ingin bertanya apakah meeting hari ini jadi dilaksanakan, Pak? Bita sedang sakit dan izin tidak masuk. Dia sudah mengirim pesan kepada Pak Jhino tapi belum ada balasan."
"Oh iya, maaf. Istri saya sedang sakit. Meetingnya dibatalkan saja ya. Dan, tolong sampaikan maaf saya ke Bita karena belum sempat membalas pesannya. Saya memberinya izin untuk istirahat terlebih dahulu. Untuk sementara kamu back up semua tugas-tugas yang ada ya. Mungkin besok saya baru ke kantor, setelah istri saya sembuh."
"Baik, Pak Jhino. Terima kasih atas konfirmasinya, Pak."
"Sama-sama. Terima kasih, Firza."
"Iya, Pak. Selamat pagi."
"Pagi."
Setelah telepon dari Firza selesai, Jhino segera keluar dari kamarnya. Dia sangat kaget saat melihat Allyna yang tampaknya sudah mandi dan duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Dia menonton televisi.
"Kamu sudah bangun daritadi? Maaf aku bangun terlambat," tanya Jhino saat mendekat ke arah Allyna.
"Iya. Gapapa kok. Oh ya, maaf aku sarapan duluan karena lapar banget. Itu, aku sudah pesan sarapan untukmu. Aku juga sudah minum obat," kata Allyna.
Sebenarnya, dia ingin masak sesuatu. Karena tidak bisa memasak, Allyna akhirnya pesan makanan untuk sarapan mereka. Awalnya, Allyna ingin sarapan bersama. Tapi karena takut canggung, akhirnya dia sarapan duluan. Allyna juga ingin ngobrol dengan Jhino soal proposal skripsnya.
"Oh iya, makasih. Keadaanmu sudah membaik?" tanya Jhino.
Allyna mengangguk. "Makasih karena kamu udah merawatku kemarin."
Jhino tersenyum. "Sudah seharusnya aku merawatmu. Kalau begitu, aku akan mandi dulu setelah itu baru sarapan."
"Baiklah. Oh ya, kamu ke kantor hari ini?" tanya Allyna.
"Enggak. Ada yang ingin aku bahas denganmu. Tunggu aku setelah selesai sarapan ya," kata Jhino kemudian tersenyum.
Mendadak hati Allyna merasa deg-degan. Apa yang akan dibahas Jhino dengannya? Mungkin ini terkait dengan proposal skripsinya.
Allyna lalu mengangguk. Dia melanjutkan menonton TV dengan perasaan penuh tanya dan penasaran. Jhino sudah selesai mandi dan kini berjalan ke meja makan. Dia sarapan sendirian. Allyna mendadak merasa kalau sebenarnya dia ada kewajiban untuk menemani Jhino makan. Tapi, dia masih gengsi. Akhirnya Allyna menunggu di sofa depan TV sambil bermain hp.
"Kamu masih sibuk?" tanya Jhino beberapa saat kemudian.
"Oh… enggak. Kenapa?" tanya Allyna balik.
"Aku sudah mencari beberapa referensi dan menurutku bisa kamu pikirkan lalu pilih mana yang bagus untuk dijadikan judul. Tunggu, aku akan mengambil tabletku," kata Jhino. Dia kemudian berjalan ke kamarnya.
Dia nyari referensi untukku? Niat banget, batin Allyna.
"Ini," kata Jhino yang beberapa saat kemudian datang menghampiri Allyna sambil membawa tabletnya, "Kamu bisa membaca rangkuman itu."
Allyna sangat kaget karena catatan milik Jhino sangat rapi. Dia membacanya.
"Sepertinya topik yang kita bahas kemarin itu bagus dan relevan dengan masa kini. Kamu mau coba?" tanya Jhino.
"Ya… sepertinya menarik. Bagaimana dengan sasaran responden penelitiannya?" tanya Allyna.
"Kemarin kita bahas anak SMA kan? Bagaimana kalau sampelnya kamu mengambil data di SMA-mu dulu?" tanya Jhino.
"Wah iya, kenapa aku nggak kepikiran ya?" tanya Allyna mendadak moodnya merasa sangat baik.
Mereka berdua lalu berdiskusi panjang lebar hingga TV yang menyala itu seolah menonton mereka berdiskusi dengan menyenangkan. Keduanya mengobrol dengan seru dan akhirnya sampai memesan makanan. Allyna tidak menyangka berdiskusi dengan Jhino ternyata sangat seru. Dan, pada akhirnya Allyan sudah menemukan judul yang akan diajukan kepada dosen pembimbingnya esok hari.
***
Setelah ngobrol dengan Allyna kemarin, Jhino bangun sangat pagi. Walaupun dia merasa mengantuk setelah dua hari begadang, Jhino masih sempat bangun pagi untuk memasakkan sarapan untuk Allyna. Hari ini Allyna akan ke kampus untuk mengajukan judul yang baru. Tentu saja, Jhino merasa bersemangat. Dia berharap hari ini adalah hari yang baik untuk Allyna.
Setelah sarapan siap, Allyna membuka pintu kamarnya. Dia melihat Jhino di meja makan dan segera menghampirinya.
"Aku udah janjian dengan Prof Zahra untuk bimbingan hari ini," kata Allyna. Entah kenapa dia mendadak canggung lagi. Padahal kemarin dia baik-baik saja.
"Baguslah kalau begitu. Ayo sarapan dulu," kata Jhino.
Allyna mengangguk. Mereka sarapan dalam diam. Jhino tidak tahu harus berkata apa, dia senang tapi dia ngantuk sekali. Sementara Allyna mendadak merasa canggung. Setelah selesai sarapan, Allyna mau membantu Jhino mencuci piring. Tapi, Jhino mengatakan agar Allyna berangkat saja.
"Oh ya, do'akan aku ya. Semoga judulnya di-ACC sama Prof Zahra," kata Alllyna.
Jhino merasa tersentuh karena Allyna meminta do'a darinya. Dia pun tersenyum. "Aamiin. Semoga semuanya lancar ya."
Allyna mengangguk. Dia pun kemudian segera pergi ke kampusnya.
***
"Bagaimana, Bu?" tanya Allyna setelah mengajukan judul skripsinya kepada Prof Zahra.
Pagi itu, dia bisa sampai ke kampus lebih awal. Dan untung saja Prof Zahra juga sudah datang. Allyna sengaja menunggu di depan ruangan beliau agar bisa tahu kalau Prof Zahra sudah datang ke kampus.
"Menarik. Saya rasa ini memang relevan. Karena saat ini sudah banyak minuman kemasan yang beredar di pasaran dan konsumsinya juga meningkat. Tapi, nanti kamu harus membuat batasan penelitiannya. Jenis minuman kemasan apa yang kamu maksud ya," kata Prof Zahra.
"Baik, Prof," kata Allyna. Dia merasa deg-degan apakah judul yang dia diskusikan bersama dengan Jhino akan di-ACC atau tidak.
"Baik. Saya ACC judul kamu. Kamu bisa mulai mengerjakan proposalnya," kata Prof Zahra.
Allyna tidak bisa menahan rasa senang dan syukurnya. "Baik, terima kasih, Prof."
Setelah berpamitan dengan Prof Zahra, Allyna keluar dari ruangan beliau. "Yes, akhirnya."