Chereads / Unwanted Husband / Chapter 12 - Tersebar

Chapter 12 - Tersebar

Sudah sebulan Allyna tidak ke kampus dan akhirnya dia harus menambah semester baru, yaitu semester 9. Dua minggu lalu, Allyna membayar UKT untuk semester 9. Mau tidak mau, karena dia harus mengulang untuk membuat proposal skripsi, dia harus mengambil semester tambahan. Entah sampai berapa semester.

Tapi Allyna ingin dia lulus paling lambat di semester 10. Dia tidak mau kalau sampai di DO dari kampus. Walaupun kebijakan dari kampusnya mahasiswa masih diberi kesempatan untuk menjalani kuliah sampai maksimal di semester 14, tapi tetap saja Allyna tidak mau seperti itu. Dia sudah bertekad untuk lulus di tahun pelajaran ini.

"Permisi, Mas Ito," sapa Allyna saat masuk ke ruang TU.

"Ya, silahkan masuk," kata Mas Ito kemudian mendongakkan kepalanya dari komputer yang ada di hadapannya. Dia kemudian melihat siapa yang datang. "Eh… Allyna, udah lama nggak ketemu. Apa kabar?"

Allyna tersenyum, mendadak semangatnya bangkit lagi setelah bertemu dengan Mas Ito. Walaupun dia harus mengambil semester tambahan, tapi Mas Ito selalu memberikan vibes agar mahasiswa di Fakultas mereka tetap semangat.

"Baik, Mas. Mas Ito apa kabar?" tanya Allyna balik.

"Aku juga baik, Lyn. Ada yang bisa aku bantu?" kata Mas Ito kemudian tersenyum ramah.

"Hmm… akum au minta surat keterangan aktif mahasiswa, Mas. Kira-kira bisa jadi kapan ya?" tanya Allyna.

"Nggak bisa janji hari ini sih, soalnya Pak Kepala Departemen sama Pak Dekan lagi ada rapat sama pimpinan kampus. Gimana, Lyn?"

"Hmm… ya udah gapapa, Mas. Nanti bisa chat nggak mas kalau suratnya udah jadi?" Allyna meminta bantuan dari Mas Ito.

"Iya, bisa. Nanti aku chat kamu kalau suratnya udah jadi. Kamu tinggal ambil disini ya," jawab Mas Ito.

"Makasih banyak ya, Mas," kata Allyna.

"Iya, sama-sama. Oh ya, tadi aku lihat Rana sama Rino di dekat kantin. Kayaknya mereka baru aja bimbingan sama Prof Koko," kata Mas Ito.

"Ya udah kalau gitu aku kesana dulu, Mas. Udah lama nggak ngobrol sama teman juga," kata Allyna kemudian berpamitan.

Mas Ito mengangguk. Allyna kemudian keluar dari Ruang TU. Dia bergegas ke kantin yang ada di dekat Fakultasnya, benar saja disana ada Rana dan Rino yang sedang duduk berdua sambil membawa setumpuk kuesioner yang kini ada di meja depan kursi mereka. Allyna segera menghampiri mereka.

"Rana! Rino!" sapa Allyna dengan ceria.

"Allyna! Ya ampun… udah lama banget nggak ketemu," kata Rana kemudian memeluk Allyna.

"Lo kemana aja dah? Mendadak hilang," tanya Rino.

"Gue nggak kemana-mana kok. Cuma… ya lagi persiapan aja, gue harus ngulang proposal skripsi gue. Gue harus menyiapkan mental sih sebenarnya," jelas Allyna.

Menyiapkan mental kalau gue udah nikah sih sebenarnya. Ini lebih menjadi beban bagi gue daripada harus ngulang proposal skripsi, batin Allyna.

"Gapapa gapapa, masih ada kita kok di kampus. Kalau lo butuh bantuan, kita pasti bantu lo kok," kata Rana yang disambut anggukan oleh Rino.

"Iya, makasih banyak ya. Lo pada udah makan?" tanya Allyna. Mendadak perutnya lapar karena tadi dia buru-buru ke kampus dan nggak sarapan dulu.

"Belum. Mau makan bareng? Disini aja tapi ya, gue masih sibuk ngurusin ini nih," kata Rana sambil menunjuk kuesioner yang ada di depannya.

"Iya boleh. Lo juga mau makan, No?" tanya Allyna pada Rino.

"Gue mau beli minum aja deh, belum laper," jawab Rino.

"Oke, gue ambil buku menunya dulu ya," kata Allyna. Rana dan Rino mengangguk.

Baru saja Allyna mau berdiri, ada sekelompok anak dari Fakultas mereka yang datang menghampiri bangku Allyna, Rana, dan Rino. Awalnya Allyna merasa biasa saja, hanya saja melihat wajah mereka yang tampak julid, Allyna pun mengantisipasi apa yang akan terjadi.

"Allyna, lo kok nggak ngomong sih kalau udah nikah?" tanya salah satu dari mereka.

Allyna sontak kaget bukan main. Dari mana teman-temannya tahu kalau dia sudah menikah? Padahal Allyna tidak mengundang satu pun dari teman-temannya. Dia juga tidak mengatakan kepada orang-orang di kampusnya.

Rana dan Rino juga sangat kaget saat mendengar ini.

"Lo udah nikah, Lyn? Kenapa nggak bilang sama kita?" tanya Rino. Rana juga ingin menanyakan hal yang sama.

"Gue… gue…" Allyna bingung harus ngomong apa. Dia tidak ingin orang-orang tahu kalau dia sudah menikah.

"Bukannya lo dulu pacaran sama kak Fredie? Lalu kenapa lo nikah sama orang lain? Lo dicampakkan sama kak Fredie? Kasihan banget," sahut temannya yang lain.

Mereka kemudian tertawa kecil.

Allyna rasanya malu banget karena kini banyak teman-temannya di kantin yang melihatnya sambil berbisik-bisik. Sementara Rana dan Rino masih bingung dengan situasi ini.

"Kenapa lo diam aja? Jangan-jangan…" kata teman Allyna yang sengaja menghentikan omongannya untuk membuat mereka penasaran.

"Jangan-jangan apa? Lo mau ngomong apa, ha?" kata Rino menggertak mereka.

Rino dan Rana sepertinya ada di pihak Allyna. Walaupun mereka belum tahu kebenarannya, tapi keduanya merasa Allyna pasti punya alasan belum menceritakan ini kepada siapapun.

"Jangan-jangan lo melakukan hal yang buruk makanya lo nikah duluan," sahut teman Allyna.

"Iya… bener juga ya, jangan-jangan Allyna hamil. Makanya dia nikah duluan dan nggak bilang-bilang," teman Allyna yang lainnya ikut menyahut.

"JAGA OMONGAN LO YA!!" bentak Rana dengan marah.

Rino rasanya sudah ingin menghajar teman-teman Allyna itu. Sementara Allyna sudah ingin menangis.

"Gue nggak melakukan hal yang buruk dan gue nggak hamil. Gue nggak melakukan hal apapun yang buruk. Gue bisa aja menuntut kalian semua atas pencemaran nama baik gue. Jadi, jaga ucapan lo pada," kata Allyna dengan tegas.

Mereka bukannya takut tapi malah tertawa.

"Menuntut kami? Lo mau sampai kapan menutupi fakta kalau lo udah nikah? Mungkin Rana dan Rino nggak tahu, tapi kita semua udah tahu. Siapa suami lo? Jangan-jangan om om ya?" tanya salah satu teman Allyna.

"Kurang ajar lo pada," kata Rana udah mau melayangkan tangannya untuk menampar teman Allyna yang mengatakan hal buruk kepadanya.

"Jangan Ran!" cegah Allyna. Dia tidak mau nanti Rana dihukum karena berkelahi dan melakukan hal yang buruk.

"Manusia kayak dia harus diberi pelajaran, Lyn," kata Rana dengan marah.

"Iya, gue tahu, Ran. Tapi nggak dengan cara ini," kata Allyna. Sebenarnya dia juga ingin marah, tapi dia tidak mau membuat masalah dan sampai di DO karena masalah ini.

Rana dan Rino akhirnya diam dengan geram. Mereka berdiri disamping Allyna dan menatap garang teman-teman Allyna yang sebenarnya tidak layak untuk dipanggil 'teman'.

"Gue akan memaafkan kalian hari ini. Tapi gue nggak akan tinggal diam kalau sampai kalian membuat berita hoax tentang diri gue. Gue akan menuntut kalian semua," kata Allyna mengancam.

Mereka hanya tertawa kecil.

"Silahkan, kami nggak takut," kata sekelompok teman-teman Allyna kemudian pergi.

"Lyn, coba lo jelasin semuanya biar kita ngerti," kata Rana pada Allyna.

"Gue akan jelaskan nanti ya. Sekarang gue mau pulang dulu," kata Allyna kemudian mengambil tasnya.

"Lo gapapa kan, Lyn?" tanya Rino.

"Gue gapapa, No. Gue duluan ya," kata Allyna kemudian pergi berjalan menuju ke parkiran.

Sepanjang jalan dia sudah menahan air matanya. Dia tidak bisa terima berita tentang dia sudah menikah ini tersebar walaupun faktanya dia memang sudah menikah. Tapi berita bahwa dia hamil atau menikah dengan om om? Rasanya sangat menyedihkan. Allyna sudah siap mengamuk kepada Jhino kali ini.