Chereads / Unwanted Husband / Chapter 14 - Kesabaran Jhino

Chapter 14 - Kesabaran Jhino

Sejak kejadian hari itu, Allyna terus menyendiri di kamarnya. Jhino sudah menawarkan untuk makan bersama tapi Allyna tidak mau makan bersama. Jhino juga sudah memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Allyna dan menyuruhnya makan. Tapi yang ada Allyna malah mengamuk setiap kali Jhino mengetuk pintu kamarnya. Jhino jadi merasa bersalah. Tapi dia tetap mengetuk pintu kamar Allyna karena dia harus memastikan kalau Allyna sudah makan.

"Allyna, akau tahu kamu sedang marah denganku. Tapi kamu juga tidak boleh menyakiti dirimu dengan tidak makan seperti itu. Ayo makan! Nanti kamu sakit," kata Jhino dari balik pintu Allyna. Dia berusaha membujuk Allyna agar dia mau makan makan malam bersamanya.

Allyna membuka pintunya. Ini pertama kalinya dia membuka pintu kamarnya saat Jhino ada di apartemen. Sebelumnya, Allyna tidak pernah melakukannya.

Jhino sangat kaget saat melihat Allyna. Dia tampak kacau. Dan… sekilas Jhino bisa melihat kalau kamar Allyna sangat berantakan. Sepertinya Allyna meluapkan kemarahannya dengan mengacak-acak kamarnya.

"Aku akan makan di luar. Jangan pedulikan aku," kata Allyna sudah membawa kunci mobilnya.

"Tidak! Kamu nggak boleh keluar jam segini. Ini sudah larut malam, Allyna!" kata Jhino dengan tegas.

"Kenapa kamu melarangku? Bukankah kamu ingin aku makan? Jadi, bairkan aku makan di luar. Aku tidak nafsu makan kalau aku harus makan disini," kata Allyna dengan nada mencemooh.

Jhino rasanya tertusuk dengan perkataan Allyna. Tapi dia masih berusaha untuk tetap sabar. Dia tidak mau marah kepada Allyna.

"Iya, aku tahu kamu tidak mau makan karena aku. Jadi, kamu makan saja disini. Aku akan keluar sebentar," kata Jhino memberikan solusi.

Allyna tertawa dengan kasar. "Apakah itu membuat perubahan? Aku berada disini malah semakin ingat kalau kita dijodohkan. Aku semakin ingat kalau kita sudah menikah. Dan… begitu aku ingat kita sudah menikah, aku harus teringat ucapan-ucapan sadis yang membuatku muak. Apa kamu pikir aku kan nafsu makan? Ha?" tanya Allyna dengan marah.

Jhino tidak tahu kalau Allyna akan sangat marah seperti ini. Walaupun jika Jhino yang berada di posisi Allyna, tentu saja dia akan marah dengan perkataan teman-temannya. Tapi larut dalam kemarahan tentu saja tidak akan mengubah apapun. Seharusnya Allyna mengatakan dengan tegas. Jhino pun pasti akan bertindak secepatnya. Masalahnya, Allyna tidak mau berdiskusi. Jhino tidak tahu bagaimana kronologis kejadiannya.

"Baiklah, aku paham maksudmu. Sebaiknya kamu tidak makan di luar atau makan di sini kalau kamu tidak berkenan. Aku akan menelpon supirmu di rumah agar menjemputmu. Mungkin, kamu butuh waktu untuk menenangkan diri. Aku minta maaf karena aku sudah membuat keadaanmu seperti ini. Aku akan mengizinkanmu pulang sementara agar kamu lebih tenang," kata Jhino akhirnya.

"Ya… tentu saja kamu harus minta maaf. Semua ini tidak akan terjadi kalau bukan kamu yang menerima perjodohan ini," kata Allyna dengan ketus.

Dia kemudian masuk ke kamarnya lagi dan mengambil tasnya. Sementara Jhino langsung menelpon supir di rumah Allyna untuk menjemput Allyna. Jhino bukannya tidak mau mengantar Allyna, hanya saja dia tahu kalau mereka tidak mungkin semobil karena Allyna bisa saja mengamuk setiap saat. Jhino tahu betul emosi Allyna masih labil. Dan Jhino tidak mau Allyna semakin marah karena dirinya.

Beberapa saat kemudian, supir di rumah Allyna sudah datang dan menjemput Allyna. Dia tidak berpamitan dengan Jhino. Tapi Jhino mengantarkan Allyna ke depan gedung apartemen mereka dan mengatakan kepada sang supir untuk berhati-hati. Dan, mobil Allyna kini melaju menuju rumahnya.

***

"Kamu kenapa pulang, sayang? Ada masalah apa?" tanya Bu Aida begitu Allyna sampai di rumahnya.

"Jhino bilang, kamu pengen pulang sebentar. Dia udah ngasih kamu izin. Kalian bertengkar?" tanya Pak Aldo.

Kedua orang tua Allyna jelas saja memberondong Allyna dengan berbagai pertanyaan. Bagaimana bisa seorang pengantin baru malah pulang ke rumah orang tuanya beberapa hari setelah mereka menikah? Tentu saja ini menimbulkan tanda tanya kepada orang tua Allyna. Walaupun sebelumnya, Jhino sudah mengatakan kalau Allyna sedang ingin pulang sebentar karena ingin makan masakan rumahnya.

"Nggak ada apa-apa kok, Ma, Pa. Allyna cuma kangen masakannya Bi Ijah," jawab Allyna kemudian berjalan ke dapur.

Pak Aldo dan Bu Aida mengikuti putri semata wayangnya itu ke dapur. Mereka masih tidak yakin kalau itu saja yang menjadi alasan kenapa Allyna pulang malam-malam.

"Jangan bohong sama Papa, Allyna. Kamu bertengkar kan sama Jhino? Kamu pasti bikin masalah kan sama dia?" tanya Pak Aldo yang masih ragu dengan alasan kepulangan Allyna.

"Pa… jangan berpikir yang aneh-aneh deh. Allyna nggak ada masalah sama dia. Udah ah, Allyna mau makan dulu, laper banget nih," kata Allyna.

Pak Aldo rasanya sedikit kesal dengan sikap Allyna. Tapi Bu Aida berusaha untuk menahan Pak Aldo agar tidak memarahinya. Mereka kemudian sepakat untuk membicarakan ini dengan Jhino nanti.

***

Jhino merasa tidak enak orang tua Allyna yang sekarang juga resmi menjadi mertuanya. Jhino sudah mengatakan kalau dia memberi izin Allyna untuk pulang sejenak karena dia merindukan masakan di rumahnya. Tentu saja Jhino belum mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Rencananya, Jhino ingin bertemu dengan mereka dan membahas ini semua.

Karena tahu kalau Allyna sempat mengamuk, Jhino membuka pintu kamar Allyna. Dia tidak bermaksud untuk melanggar privasi dan kesepakatan yang sudah mereka buat. Hanya saja, Jhino tidak suka melihat kamar yang berantakan. Jhino benar-benar kaget saat membuka kamar Allyna. Disana banyak sekali barang-barang yang berserakan di lantai. Baju-baju kotor dan baju yang masih bersih bercampur jadi satu. Sepertinya Allyna benar-benar mengamuk.

Dia pun segera membereskan tempat tidur Allyna terlebih dahulu. Jhino dengan sabar menata tempat tidur Allyna. Jhino tidak menggunakan jasa bersih-bersih apartemen. Dia membersihkannya sendiri dengan sabar. Dalam hati, Jhino merasa kasihan dan bersalah dengan keadaan Allyna. Tapi, ada juga perasaan bahwa inilah yang terbaik untuk mereka berdua. Entah apakah ini hanya perasaannya saja atau memang sudah dari sananya.

Setelah selesai membersihkan tempat tidur Allyna, Jhino segera membersihkan meja nakas, barang-barang yang ada di lantai, baju-baju Allyna, hingga membersihkan kamar mandi. Sepertinya Allyna sangat marah sampai membuang semua peralatan mandi dan kosmetiknya hingga berserakan di lantai. Malam itu, Jhino dengan kesabarannya berusaha memahami apa yang dirasakan istrinya. Dan… dia akan melakukan tindakan yang tegas untuk orang-orang yang sudah menyakiti hati Allyna.

Sekitar pukul 23.15, Jhino baru saja selesai membersihkan seluruh isi kamar Allyna. Dia sangat lelah. Jhino kemudian mengambil air mineral di kulkas dan meneguknya hingga habis. Dia duduk di sofa yang ada di ruang tengah sambil berpikir. Dia sudah menyiapkan rencana. Semoga saja ini berhasil.