Jhino sangat panik saat mendengar Allyna sakit. Dia segera mengemudikan mobilnya menuju kampus Allyna. Sekitar 20 menit dia sudah sampai disana. Jhino lalu menjemput Allyna. Dia sangat merasa khawatir saat melihat wajah Allyna yang pucat. Jhino dan Allyna tidak menghiraukan teman-teman Allyna disana yang sepertinya kaget saat melihat Jhino menjemput Allyna.
"Kita langsung ke rumah sakit ya," kata Jhino saat sudah berada di mobil dan bersiap untuk pulang.
"Iya," jawab Allyna singkat. Dia sudah merasa sangat kesakitan. Perutya terasa sangat sakit dan melilit.
"Kamu kenapa sampai sakit begini? Pasti kamu belum makan," kata Jhino sambil menyetir mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat.
"Udah jangan bawel. Sakit banget nih," kata Allyna yang mendadak merasa kesal.
Jhino akhirnya diam saja. Dia pun segera mencari rumah sakit terdekat agar bisa memeriksakan keadaan Allyna. Dan akhirnya mereka sampai ke sebuah rumah sakit yang tak jauh dari lokasi apartemen mereka.
"Ayo, pelan-pelan," kata Jhino saat akan membawa Allyna ke IGD.
Allyna sangat lemas dan merasa kesakitan. Sekarang dia dan Jhino segera pergi ke IGD. Disana, Allyna menjalani rawat jalan. Ternyata Allyna menderita maag akut karena seharian belum makan dan dia tegang serta stres. Setelah diberikan obat, Allyna dan Jhino pun segera pulang.
Sesampainya di apartemen, Jhino menyuruh Allyna duduk di sofa dan meminum obatnya yang harus diminum sebelum makan.
"Duh, aku lupa kalau harus beli bubur," gumam Jhino.
Allyna baru kali itu melihat Jhino benar-benar khawatir. Selama ini Jhino selalu tenang apapun keadaannya. Dia pun diam saja sambil memperhatikan Jhino.
"Kamu tunggu sebentar ya, aku masak bubur dulu buat kamu," kata Jhino kepada Allyna.
"Oh… iya. Kalau gitu, aku mandi dulu," kata Allyna kemudian berdiri dan berjalan ke kamarnya.
"Tapi… kamu… gapapa kan, mandi sendiri?" tanya Jhino.
Allyna mendadak bingung dengan pertanyaan Jhino. Memangnya kalau nggak mandi sendiri, mandi sama siapa, dia? batin Allyna.
"Maksudku, kamu kan masih lemas. Aku khawatir kamu pingsan di kamar mandi," kata Jhino meluruskan apa yang dia maksud tadi. Dia bisa melihat Allyna berpikir yang tidak-tidak dari raut wajahnya.
"Oh… aku nggak akan lama kok. Tenang aja," kata Allyna.
"Ya udah kalau gitu," kata Jhino.
Allyna kemudian masuk ke kamarnya dengan canggung. Dia membiarkan Jhino memasak bubur untuknya. Sementara Allyna mandi dengan air hangat dan tidak lama-lama karena perutnya masih sakit. Saat dia sudah selesai mandi, Allyna segera ganti baju dan duduk di tempat tidurnya. Dia sungguh ingin rebahan dan tidur.
Allyna hampir saja tertidur. Dia sangat kaget saat mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Dia pun segera terbangun. Ternyata Jhino mengantarkan bubur untuknya. Jhino sudah ganti baju.
"Buburnya sudah matang," kata Jhino kemudian masuk ke dalam kamar Allyna.
"Oh… iya, makasih. Kamu taruh aja di meja. Nanti aku makan sendiri," kata Allyna.
"Enggak. Kali ini aku akan memastikan kamu makan dan minum obat. Jadi, biarkan aku menyuapimu bubur ini. Aku tidak tahu apakah rasanya sesuai dengan seleramu, tapi aku harap kamu mau memakannya," kata Jhino kemudian mengambilkan sesuap bubur untuk Allyna.
Allyna mendadak gugup dan bingung. Jhino menyuapinya? Ada apa dengan Jhino hari ini? Kemarin dia mengatakan kalau dia tidak akan mengganggu hidup Allyna. Ya, walaupun ini tidak mengganggu, tapi dia mulai mendekatinya dengan serius. Apakah Jhino benar-benar serius dengan perkataannya bahwa dia akan berusaha mempertahankan pernikahan mereka? Allyna mendadak merasa bingung.
"Kenapa kamu diam aja? Ayo, buka mulutnya," kata Jhino.
Allyna mengerjapkan matanya. Dia kemudian membuka mulutnya dan Jhino pun memberikan suapan pertama bubur untuknya. Allyna memakan bubur itu sambil melihat Jhino. Jhino sedang menyiapkan suapan yang selanjutnya. Entah kenapa hati Allyna mendadak deg-degan. Mereka tidak pernah sedekat itu. Rasanya aneh dan membuatnya salah tingkah.
"Apakah rasanya enak?" tanya Jhino sedikit khawatir.
Allyna mengangguk. "Enak. Seperti bubur di abang-abang tukang bubur pada umumnya."
Jhino tersenyum karena kejujuran Allyna.
"Baguslah, setidaknya aku tidak gagal membuat bubur untukmu. Kamu harus makan yang cukup. Lalu minum obat," kata Jhino. Dia kemudian memberikan suapan yang kedua.
Allyna merasa mendadak terbiasa disuapi oleh Jhino. Dia memakan bubur itu dengan lahap. Tak terasa dia sudah menghabiskan satu mangkok bubur.
"Sekarang, kamu minum obatnya yang diminum setelah makan ya," kata Jhino yang kini mencari obat mana yang harus diminum oleh Allyna.
"Iya," kata Allyna.
Dia tidak banyak berkomentar. Karena mendadak dia merasa sangat gugup karena perhatian yang diberikan oleh Jhino. Sementara Jhino tetap tenang. Dia sudah tidak khawatir seperti tadi. Mungkin karena kondisi Allyna yang sudah cukup membaik. Hal ini membuat Jhino merasa lebih tenang.
"Ini, minumlah," kata Jhino memberikan obat kepada Allyna.
Allyna menerima obat itu dan segera meminumnya. "Terima kasih."
Jhino tersenyum. Dia kemudian duduk di pinggir tempat tidur Allyna. "Kamu kenapa nggak makan seharian sampai sakit maag begitu?"
Allyna merasa gugup karena Jhino bertanya dengan nada yang lembut.
"Aku… aku harus nyari judul untuk proposal skripsiku. Prof Zahra minta aku untuk mencari judul yang baru. Aku terlalu panik dan berpikir untuk segera menemukan judul. Jadi, aku lupa kalau belum makan," kata Allyna.
Jhino manggut-manggut. "Aku paham kamu pengen cepat dapat judul. Tapi, jangan lupa makan. Oh ya, memangnya kenapa harus mencari judul baru?"
"Kata Prof Zahra, judul proposalku yang kemarin kurang bagus dan kurang menarik. Selain itu, juga nggak nyambung sama peminatanku di Gizi Masyarakat. Kan kalau program studi Kesehatan Masyarakat itu ada beberapa peminatan. Nah, aku ambil peminatannya itu Gizi Masyarakat," jelas Allyna.
"Hmm… kalau Gizi Masyarakat… ada kaitannya sama konsumsi makanan dan kebiasan makan ya? Aku nggak tahu banyak sih, hanya saja dulu aku pernah ikut seminarnya temanku yang jurusan Gizi," kata Jhino.
Allyna mendadak merasa aneh. Sepertinya, Jhino cukup nyambung untuk membahas ini. "Konsumsi makanana dan kebiasaan makan ya? Iya sih, memang salah satu topik yang bisa dibahas itu. Kenapa aku nggak kepikiran ya?"
"Mungkin… kalau memang topiknya seputar itu, kamu bisa mencari judul yang berkaitan dengan itu. Misalnya nih ya, untuk saat ini kan banyak tuh siswa SMA yang minum minuman kemasan yang manis-manis. Nah, kamu bisa meneliti tentang itu. Untuk detailnya aku masih belum tahu, tapi sepertinya itu menarik dan relevan untuk saat ini," kata Jhino memberikan saran.
Allyna merasa ide yang diberikan oleh Jhino sangat cemerlang. Dia tidak menyangka ngobrol dengan Jhino itu menyenangkan. Allyna manggut-manggut. Dia baru saja mau melanjutkan obrolannya tapi Jhino mendadak melihat jam beker yang ada di meja nakas disamping tempat tidur Allyna.
"Sebaiknya kamu istirahat. Kalau sudah ada ide nanti kita bahas lagi. Kamu harus istirahat agar bisa cepat sembuh," kata Jhino kemudian tersenyum.
"Iya… baiklah. Makasih ya," kata Allyna.
"Iya," kata Jhino. Dia kemudian keluar dari kamar Allyna kemudian menutup pintu kamar Allyna.