Jhino bangun pagi-pagi sekali. Hari ini dia harus segera pergi ke kantornya karena ada banyak pekerjaan yang sudah menunggunya. Tapi, sebelum dia berangkat, Jhino sudah memasak dan menyiapkan sarapan untuk dia dan Allyna. Jhino tahu mungkin Allyna tidak mau sarapan bareng dengan Jhino. Hanya saja, entah kenapa Jhino merasa harus mencobanya. Siapa tahu Allyna mau makan bersama dengannya.
Karena sudah hampir waktunya sarapan dan Allyna belum bangun, Jhino pun segera mengetuk kamar Allyan.
Tok… tok… tok…
Tidak ada jawaban, Jhino mengetuk pintu kamar Allyna lagi, tapi tidak ada jawaban. Akhirnya, Jhino sarapan duluan karena Firza sudah menelponnya agar segera datang ke kantor. Ternyata kliennya datang setengah jam lebih awal dari jadwal janjian mereka. Sebenarnya, dia bisa saja tetap mengikuti jadwal sesuai perjanjian mereka, hanya saja ada pesan dari Pak Jonathan agar segera bertemu dengan klien tersebut.
"Allyna, aku berangkat kerja ya. Jangan lupa sarapan," kata Jhino setengah berteriak agar Allyna bisa mendengarnya. Sayangnya tidak ada jawaban, sepertinya Allyna masih tertidur pulas.
Jhino pun segera berangkat ke kantor. Tapi sebelum itu, dia mengirim chat kepada Allyna kalau dia sudah menyiapkan sarapan untuknya.
"Semoga kamu suka dengan masakanku, Allyna," gumam Jhino kemudian segera turun ke bawah gedung apartemennya.
***
Allyna terbangun karena jam bekernya yang baru berdering dengan kencang. Sebelumnya, jam beker yang lama tidak sekencang ini suaranya. Allyna mendadak menggerutu karena terbangung dalam keadaan sangat ngantuk. Dengan cepat dia meraih jam beker di meja nakas dan mematikan alarm otomatis yang sudah dia setting kemarin malam.
Sambil mengantuk, Allyna meraih hpnya dan melihat apakah ada chat atau pesan dan yang lainnya. Allyna melihat ada chat dari Jhino. Dia tidak membacanya. Allyna men-scroll lagi notifikasi di hpnya. Ada beberapa email promosi, pesan dari operator, dan yang membuatnya terkejut adalah chat dari Prof Zahra.
"Eh… eh… kenapa nih Prof Zahra chat gue pagi-pagi?" tanya Allyna lebih kepada dirinya sendiri. Dia langsung terbangun dan rasa kantuknya hilang seketika.
Allyna membaca isi chat dari Porf Zahra.
Prof Zahra : Allyna, sekarang juga kamu ke kampus menemui saya untuk bimbingan.
Chat itu singkat tapi ber-damage. Masalahnya chat itu sudah 45 menit yang lalu sementara Allyna baru saja bangun dan belum mandi.
"Ah… mampus. Harus buru-buru nih," gumam Allyna.
Dia pun segera membalas chat dari Prof Zahra.
Allyna : Mohon maaf Prof baru membalas. Chatnya baru saja masuk. Saya akan segera ke kampus sekarang. Terima kasih.
Allyna terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa chatnya baru saja masuk. Karena dia tahu kalau Prof Zahra akan kesal dan tidak suka kalau Allyna terlambat atau ada mahasiswa bimbingannya yang lelet.
Setelah membalas chat dari Prof Zahra, Allyna segera pergi mandi. Dia memilih baju seadanya namun diusahakan tetap sopan dan rapi sesuai standar aturan pakaian di kampusnya. Tanpa sarapan, Allyna segera berlari keluar dari apartemennya dan turun ke bawah untuk mengambil mobilnya. Dia tidak membaca chat dari Jhino yang menyuruhnya untuk sarapan dulu karena Jhino sudah membuatkannya sarapan.
***
Allyna sedikit ngebut agar sampai di kampus dengan cepat. Sayangnya, macet di Bogor tidak mungkin membiarkan dia lolos begitu saja. Hampir setengah jam dia harus menyetir mobilnya dari apartemen menuju kampus. Padahal seharusnya, jika tidak macet, dia bisa sampai sekitar 15 menit saja.
Sesampainya di kampus, Allyna segera memarkirkan mobilnya dan berlari menuju ruangan Prof Zahra. Sambil sedikit ngos-ngosan, Allyna mengetuk pintu Prof Zahra.
Tok… tok… tok…
Allyna mencoba mengatur nafasnya agar tidak ngos-ngosan saat bertemu dengan Prof Zahra. Karena tidak ada jawaban, Allyna mengetuk pintu itu lagi.
"Allyna! Kamu baru datang?" tanya Prof Zahra yang kini berjalan mendekat ke arah Allyna.
Allyna yang kaget langsung menatap Prof Zahra dengan tatapan minta maaf. "Iya, Prof. Mohon maaf, tadi chat dari Prof baru masuk. Lalu waktu saya berangkat jalannya macet."
"Lain kali jangan diulangi. Ayo masuk," kata Prof Zahra kemudian membuka pintu ruangannya dan mengajak Allyna masuk ke ruangannya.
"Saya dapat laporan dari Pak Kepala Departemen kalau kamu nambah semester untuk mengerjakan skripsi ini. Hanya tinggal beberapa mahasiswa saja yang belum lulus dan kamu adalah satu-satunya mahasiswa bimbingan saya yang belum lulus. Jadi, saya harap kamu serius mengerjakan skripsi ini agar bisa lulus tahun ini," kata Prof Zahra begitu mereka duduk.
"Iya, Prof. Saya usahakan lulus tahun ini. Mohon maaf sebelumnya," kata Allyna.
"Ini bukan salah kamu. Tapi kamu harus lebih serius. Seharusnya kamu bisa saja menyelesaikan proposalmu dalam sebulan lalu, tapi ternyata kamu malah menghilang dan tidak memberi kabar kepada saya kalau kamu sudah menikah. Tapi, sekali lagi itu keputusan kamu. Saya hanya meminta kamu untuk lebih serius tahun ini," kata Prof Zahra memberikan nasehat.
"Baik, Prof," kata Allyna.
"Saya minta kamu cari judul yang baru saja. Setelah say abaca proposal kamu yang mengulang kemarin itu, memang masih kurang baik. Jadi, saya berpikir sebaiknya kamu mencari judul baru saja. Peminatanmu Gizi Masyarakat, kan? Setelah ini, kamu cari referensi dan segera ajukan judul yang baru. Saya akan segera memberikan ACC jika judul kamu lebih baik daripada yang sebelumnya," imbuh Prof Zahra.
"Iya, Prof. Setelah ini saya akan mencari dan mengajukan judul yang baru," kata Allyna. Di kepalanya sekarang ada banyak rencana.
"Ya sudah kalau begitu. Nanti setelah kamu menemukan judul, kamu bisa menghubungi saya untuk bimbingan lagi," kata Prof Zahra.
"Baik, Prof. Terima kasih. Kalau begitu saya pamit dulu," kata Allyna.
Prof Zahra mempersilahkan Allyna keluar dari ruangannya. Allyna yang ambis pun segera pergi ke perpustakaan Fakultasnya. Disana lebih mudah menemukan referensi penelitian karena ruang lingkup bacaannya seputar Fakultasnya saja. Allyna dengan semangat mulai mencari referensi penelitian dan judul untuk skripsinya hingga dia lupa kalau dia belum makan.
Allyna merasa buntu karena tidak juga menemukan judul, dia merasa stres. Tentu saja ini membuat asam lambungnya naik dan Allyna akhirnya terserang maag. Saat merasa kesakitan, tiba-tiba Jhino menelpon Allyna.
"Halo, Allyna. Kamu kok nggak baca chat aku-"
"Aku… perutku sakit banget."
"Sakit? Kamu dimana sekarang?"
"Aku di perpustakaan Fakultasku. Aku… aduh sakit banget…"
"Tunggu disana ya. Aku akan jemput kamu."
"Iya."
Allyna menutup teleponnya. Dia lalu menunggu Jhino datang menjemputnya. Selama itu, Allyna hanya diam sambil menyenderkan tubuhnya di kursi. Tidak ada yang tahu kalau dia sedang sakit karena dia duduk sendirian dan saat telepon tadi, dia berbicara dengan pelan.
Sekitar 20 menit kemudian, Jhino mengirim pesan kalau dia sudah ada di depan perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jhino tentu saja tidak punya akses untuk masuk kesana. Semua orang kemudian heboh karena Allyna pulang bersama Jhino. Allyna sudah tidak peduli lagi dengan teman-temannya yang berbisik-bisik tentang dirinya. Lagipula, Jhino sudah menjelaskan semuanya. Kalau Allyna adalah istri sahnya.