Malam telah datang dengan menampilkan puluhan bintang yang berkilauan dan bulan yang menemani para bintang disana, acara penobatan Albur telah usai dengan perasaan meriah dan sukses. Para bangsawan telah kembali ke kerajaan mereka masing-masing, mereka semua berpamitan kepada Putri Granola sebelum kembali
Aula kerajaan yang tadinya ramai seketika sunyi dan tersisa para maid yang bertugas untuk membersihkan aula utama, Putri Granola berpamitan kepada Albur untuk beristirahat. Ia meninggalkan aula dan berjalan dengan anggun menuju kamarnya, bisa dibilang lomba berkuda dengan pangeran Meirion ternyata mengasyikkan dari yang ia bayangkan. Putri Granola tersenyum mengingat pertandingannya dengan pangeran Meirion yang dimenangkan olehnya, pangeran Meirion ternyata tidak pernah berubah
"sepertinya kencan dengan pangeran Meirion benar-benar mengasyikkan" Putri Granola terkejut dan Delinos terlihat sudah berada disisinya, "apanya yang kencan,hanya mengobrol biasa" ucap Putri Granola yang hanya dibalas kekehan oleh Delinos
setelah perlombaan tadi sore, Delinos sempat melihat pangeran Meirion yang tersenyum bahkan tertawa didekat putri Granola. Dan juga banyak para bangsawan yang setuju jika pangeran Meirion dijodohkan dengan putri Granola, ia setuju namun sepertinya hatinya tidak. "apa kau tidak ingin istirahat Delinos? ini bahkan sudah tengah malam" Delinos hanya tersenyum dengan lebar yang membuat putri Granola merinding seketika, meyadari raut muka putri Granola ia mengalihkan tatapannya karena malu
"y-yaaa jaga-jaga saja yang mulia, lagipula anda baru bertemu dengan orang baru. Takutnya ada serangan tiba-tiba" ujar Delinos, putri Granola hanya tersenyum dan menepuk bahu Delinos dengan lembut, "terima kasih sudah mengkhawatirkanku, apa kau ingin mencoba teh buatanku? kebetulan aku ingin membaca buku malam ini" putri Granola akan membukakan pintu kamarnya dan seketika ia membeku karena melihat seseorang didalam kamar orang tuanya, cahaya dari kilatan petir memantul dikamar orang tuanya dan dapat terlihat bayangan orang dikamar itu. Putri Granola berteriak dan ia terduduk dengan lemas, Delinos menopang tubuh putri Granola dan melihat arah tatapan putri Granola yang menuju ke arah kamar yang mulia Raja dan Ratu
"jj-jangan m-mendekatinya, dia pembunuhnya" Putri Granola memegang erat lengan Delinos seolah tidak mengizinkannya pergi untuk memeriksa, para maid berdatangan beserta Albur dan penjaga kerajaan. Delinos menggendong Putri Granola untuk meletakkannya ke kamar dan menenangkannya, "apa yang terjadi?" tanya Albur, "saya rasa yang mulia kelelahan, dan mungkin ia melihat bayangan orang yang telah membunuh yang mulia Raja dan Ratu di kamar beliau" ucap Delinos, Albur mengalihkan pandangannya pada putri Granola yang sedang ditenangi para maid. Ia dapat melihat Putri Granola yang ketakutan, Albur mendekatinya dan memeluk Putri Granola dengan lembut
Ia tau rasanya dimana orang yang ia sayangi dibunuh didepan matanya dan meninggalkan bekas luka yang begitu besar, trauma masih benar-benar membekas di pikiran itu benar-benar menyakitkan. 10 tahun hidup dalam kesendirian dan selalu merasa bersalah karena kematian orangtuanya, mungkin bagi orang-orang Putri Granola sudah mengikhlaskan semuanya padahal nyatanya tidak. Ia hanya berusaha untuk baik-baik saja karena ia adalah satu-satunya pewaris kerajaan, ia harus berusaha.
Putri Granola menangis dipelukan Albur, tangisan yang terdengar begitu pilu oleh semua orang. Memori yang sudah 10 tahun tidak diungkit-ungkit kembali telah keluar dan kita hanya berharap agar putri Granola tidak mendiam diri di kamarnya lagi, "padahal barusan saja yang mulia merasa bahagia, kenapa kesedihan selalu menimpa orang yang baik" ucap salah satu maid. Delinos menatap Putri Granola dengan sendu, ia jadi khawatir jika Putri Granola seperti ini lagi apakah ia bisa seperti Albur?
Para maid dan penjaga istana berpamitan untuk pergi agar putri Granola dapat beristirahat, "kumohon jangan tinggalkan aku sendirian" ucap putri Granola. Albur menggelengkan kepalanya karena ia harus menata ruang kerjanya yang baru dan besok pagi-pagi ia sudah mendapat beberapa laporan dari beberapa menteri kerajaan lain, "Bagaimana jika Delinos saja yang menemani anda?"
Putri Granola menganggukkan kepalanya, ia tidak peduli siapa itu yang penting dirinya tidak ketakutan lagi. Ia bahkan belum mengganti bajunya, Albur berpamitan kepada Putri Granola dan tersenyum kepada Delinos berusaha meyakinkan semua akan baik-baik saja
"Yang mulia, bukankah lebih baik anda ganti baju agar nyaman saat anda pergi tidur nanti?" Delinos mendekat ke arah putri Granola dan menyulurkan tangannya, Putri Granola menerimanya dan berganti baju tanpa berbicara sepatah kata pun. Delinos yang melihat itu gundah karena ia yakin putri Granola masih terkejut dan takut, itu adalah memori lama yang benar-benar membuat orang ketakutan seketika. "apa yang membuat orang seketika merasa tenang dan merasa lebih baik? berkuda? ahhh tidak mungkin berkuda malam-malam, pangeran Meirion mungkin bisa membantu tapi itu tidak mungkin karena beliau pasti sudah berada di kerajaan Bolters"
Delinos terus berpikir dan berpikir, ia bahkan tidak bisa memikirkan apapun seketika idenya buntu. Ia lalu melihat teko teh yang terdapat di laci meja sebelah ranjang tidur Putri Granola, Delinos membuka isi teko itu dan tercium teh lemon yang benar-benar nikmat. "ah iya teh! Teh bisa menenangkan orang seketika, tetapi jika teh lemon dikonsumsi saat perasaan gundah maka rasanya akan hambar" Delinos berpikir lagi dan ia tiba-tiba teringat sesuatu, ia memanggil maid yang melintas untuk meminta teh hitam
Teh hitam adalah perpaduan yang khas untuk pikiran yang gundah, rasa pahit yang ada di teh hitam tidak akan terasa jika memiliki perasaan yang gundah dan tertekan. Lagipula teh hitam sangat Bagus untuk kesehatan, maid itu datang membawa semangkuk teh hitam dan air panas. Delinos mengucapkan terimakasih dan bersiap untuk membuat teh hitam yang biasa ia minum, "apa yang kau lakukan Delinos?" tanya Putri Granola
Ia mendekat ke arah Delinos untuk melihat apa yang ia lakukan, sebenarnya ia sudah tau jika Delinos akan membuat teh tapi itu rasanya tidak mungkin. "ah yang mulia, aku sedang membuatkan anda teh agar lebih tenang" Delinos menyaring teh hitam dengan sangat hati-hati, putri Granola menduduki dirinya di sofa dan mengambil beberapa cemilan di meja
"aku terkejut jika kau bisa membuat teh, bahkan sampai menyaringnya pun tidak tumpah. Aku benar-benar kagum" ucap Putri Granola dengan senyuman, Delinos merasa tersanjung karena dipuji olehnya. Ia memberikan teh hitam pada Putri Granola, putri Granola menerima dengan senang hati. Tetapi ia familiar dengan baunya, karena penasaran ia mencicipi teh itu dan tersedak. Delinos memberikan sapu tangannya pada putri Granola, ia tau pasti putri Granola terkejut dengan rasanya
"teh hitam? kenapa menggunakan teh hitam? itu teh terpait yang pernah aku rasa" Putri Granola membersihkan mulutnya dan menatap Delinos dengan bingung, "kakek saya selalu membuatkan teh hitam jika saya memiliki perasaan gundah dan pemikiran yang rumit, karena rasa pait teh hitam akan jauh lebih menenangkan daripada teh biasa"
Putri Granola terkejut karena dirinya juga baru tau jika teh hitam adalah teh yang benar-benar spesial untuk kondisinya saat ini, "bisakah kau menambahkan gula sedikit?, ini benar-benar pahit Delinos" Delinos menanggukkan kepalanya dan memberikan setengah sendok gula kedalam cangkir, putri Granola mencicipinya dan menganggukkan kepalanya untuk memberitau Delinos jika rasanya pas
Hujan tiba-tiba turun dengan sangat deras, semua orang benar-benar menikmati hujan dimalam hari yang begitu tenang. Ditemani teh hitam yang hangat, Putri Granola tidak menyia-nyiakan waktu untuk membaca buku. Ditemani Delinos yang ikut serta membaca buku didepannya yang sesuai ia harapkan, "bagaimana kau bisa tau jika teh hitam dapat menenangkan pikiran?" Delinos menegakkan kepalanya dan menutup buku yang ia baca, ia membuat pse seolah sedang berpikir yang memberikan kesan lucu di mata Putri Granola
"dari kecil orang tua saya selalu menyediakan teh hitam sebagai pendamping sarapan dan makan malam, teh hitam biasa disebut oleh orang-orang teh murahan mungkin karena dikonsumsi oleh orang yang tidak memiliki uang hahahaha" ujar Delinos diakhiri dengan tawa yang menyakitkan, "hingga suatu malam ayah saya terlihat benar-benar tertekan dan saya bingung harus berbuat apa, dan saya melihat teh hitam yang masih tersisa di mangkuk. Saya menyediakan teh hitam dan ayah saya terkejut karena rasanya benar-benar nikmat, beliau tidak merasakan rasa pait sama sekali. Dari situ saya menyimpulkan bahwa teh hitam adalah teh yang khas, karena teh ini benar-benar terlihat spesial disaat tertentu saja" Putri Granola tersenyum mendengar cerita masa kecil Delinos yang baginya benar-benar menyenangkan walaupun hanya tinggal dilingkungan kecil, Delinos melihat raut muka Putri Granola yang sendu berinisiatif untuk menanyakan pengalaman masa kecil putri Granola tapi ia takut merubah momen indah ini
"ah tidak kau harus tanya Delinos" batin Delinos, "yang mulia sendiri? momen apa yang benar-benar anda sayangi dan tidak akan pernah anda lupakan?" Putri Granola tertegun dengan pertanyaan Delinos, ia menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan Delinos. Ia terlalu takut untuk menceritakannya, ia takut jika semua memori yang sudah ia simpan baik baik terbuka lagi. Delinos menepuk jidatnya dengan keras sehingga menimbulkan suara yang menggema, Putri Granola menatap Delinos khawatir "a-apa yang kau laku-" "maafkan saya yang mulia, saya telah lancang bertanya hal seperti itu. Harusnya saya tidak bertanya hal itu, yang mulia bisa menghukum saya" potong Delinos sambil membungkukkan badannya, "hahahahaha, aduhh maaf aku malah tertawa. Kenapa harus sampai seperti itu Delinos hahahaha, aku tidak tersinggung kau bertanya hal itu walaupun awalnya sih iya. Tegakkan badanmu lalu duduk lah, kita berbicara dengan santai" ucap Putri Granola diakhiri dengan senyuman
Delinos tersenyum kikuk dan menuruti Putri Granola untuk duduk, ia meminum teh hitam sebentar untuk mengurangi kegugupannya. "aku mulai ya,momen yang paling indah dan berkesan bagiku adalah beberapa hari sebelum kejadian itu datang" Delinos terkejut, ia jadi merasa bersalah karena menanyakan hal ini. Menyadari raut muka Delinos berubah ia hanya tersenyum "hari itu ayah membawaku ke taman istana untuk berlomba menaiki kuda, diumur ku yang masih muda ayah sudah mengajarkanku dasar-dasar kerajaan walaupun sebatas aktifitas diluar ruangan. Apa kau sempat melihat aku keluar dari dahan pohon dan mendarat ke kudaku?" Delinos menganggukan kepalanya, "aku belajar dari ayahku, setelah perlombaan selesai ayah memelukku dengan sangat erat seolah olah itu adalah pelukan terakhir. Kami berdua bahkan menghabiskan waktu di taman rahasia sampai menjelang sore, terakhir kali yang kulihat ayah menggendong ku masuk kedalam istana dan ibu ku yang menangis. Aku terbangun dari tidurku dan tiba-tiba saja aku sudah dikamarku, aku keluar dan berlari menuju ke kamar orang tuaku. Dan aku melihat orangtuaku bertengkar entah karena apa aku tidak mengingatnya, ibuku menghampiriku dan membawaku kekasur untuk menenangkanku mungkin. Ibuku membacakan buku cerita kesukaan ku "the beautiful hearts", setelah itu ibu dan ayahku memelukku dan lagi lagi aku merasakan itu adalah pelukan terakhir. Dan itu benar terjadi Delinos, ibu dan ayahku mati dihadapanku" Putri Granola hanya mampu tersenyum sendu, ini pertama kalinya ia menceritakan kenangan terakhir bersama kedua orangtuanya
Delinos bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju Putri Granola, ia mengusap pelan bahu Putri Granola untuk menguatkannya secara batin. Putri Granola terhenyuk dengan tindakan Delinos yang membuatnya benar-benar merasa nyaman untuk berkeluh kesah, "Delinos terimakasih sudah mendengarkan ceritaku. Aku jauh lebih tenang sekarang, terimakasih banyak" Delinos menundukkan kepalanya dengan hormat, "kapanpun anda merasa gundah, yang mulia bisa bercerita dengan saya. Tapi yang mulia yang membuat anda jauh lebih tenang adalah teh hitam bukan aku" Ujar Delinos yang direspon dengan tawa
"D-delinos, aa-a..pakah kau keberatan jika tidur disini?" Delinos terkekeh dan membuat Putri Granola menutup muka nya yang sudah semerah tomat, "ini benar-benar memalukan, aku bahkan tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya" batin Putri Granola. "yang mulia tidak istirahat?" tanya Delinos, Putri Granola mengambil buku nya dan pergi dari hadapan Delinos. Ia membuka pintu kamarnya dan masuk kedalam, "semoga mimpi indah yang mulia" gerakan Putri Granola terhenti seketika, ahh ayolah wajahnya sudah semerah tomat dari tadi. 'y-ya kau juga" ia membanting pintu kamarnya karena malu nya benar-benar sudah tidak bisa ia kontrol. Delinos yang melihat itu berusaha menghampirinya tapi teriakan Putri Granola mengurungkan niatnya, "tidak perlu masuk, udah sana tidur". Delinos hanya tersenyum dibalik pintu karena ia tau, pewaris Kerajaan Gerk sedang menahan malu. Sama halnya Putri Granola, dirinya sedang tersenyum dibalik pintu. Walaupun wajahnya sudah benar-benar memerah tapi ia tidak melewatkan senyumannya yang mengartikan rasa bahagianya malam ini.
"Delinos kau ini benar-benar aneh hahahaha" ucap Putri Granola diakhiri dengan tawa bahagia