"Apa yang..." Lay terkejut ketika mendengar suara bising dari ruang utama.
Keadaan ruangan sangat kacau, bathup berguling-guling di anak tangga hingga ke lantai dasar, dinding, lantai dan langit-langitnya retak, air tumpahanan dari bathup membanjiri lantai, hingga wastafel berada di atas sofa.
"Kai! Ya Tuhan apa yang terjadi padanya?" seru Lay berlari menghampiri Kai ketika melihatnya menangis tersedu-sedu dengan Amber di pelukannya
"Tolong dia...." pinta Kai, "Aku..aku tidak tau apa yang terjadi padanya"
Lay berlari memanggil yang lain untuk membantu.
"Amber... sadarlah Amber... Ayo sadarlah" rengeknya tersedu-sedu.
Semua Force memasuki ruang utama-kecuali Kris, Sehun dan Chen yang masih di hutan-mereka membeku sejenak, kemudian langsung bereaksi. Tapi tidak dengan Chanyeol, ia masih syok, ia belum sepenuhnya mencerna apa yang sesungguhnya terjadi.
"Oh, Tidak," Chanyeol berlari dan jatuh berlutut dilantai ketika melihat Amber dipelukan Kai. Lay berdiri mundur dari mereka, tertegun menatap Amber yang kaku.
"Lepaskan! Menyingkir darinya" bentaknya pada Kai seraya mendorong tubuhnya dengan kasar.
Kai mengepalkan tanganya dan menggigit buku tanganya, menahan kesedihan yang begitu memilukan. Kai menangis terisak-isak matanya terus menatap lurus ke tubuh kaku Amber yang kini berada di lengan Chanyeol.
"Apa yang terjadi padamu, sayang?" bisiknya. Suaranya bergetar karena menahan tangisnya. Chanyeol beralih menatap Forces.
"Apa yang kalian lihat? Lakukan sesuatu!" teriaknya kasar hingga menggema ke seisi ruangan. "Lay, kau Healer, tolong dia, selamatkan dia"
Lay menggeleng pelan "Maafkan aku, aku tidak bisa menyembuhkan sesuatu yang diakibatkan oleh mantra" Jawab Lay parau dengan penuh penyesalan.
Lay termenung memikirkan momen - momen buruk yang terjadi hari itu. Seharusnya dia bisa menyelamatkan Kyungsoo, Baekhyun bahkan Amber seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya pada Kai. Tapi ini lain, Lay dibuat tidak berdaya melawan rasa sakit hingga kematian yang datang tanpa dapat dihentikan oleh mantra.
"Jenderal, kau adalah Force penyihir yang terhebat, kau pasti dapat lakukan sesuatu untuk melawan mantranya,"
Jungkook hanya tertunduk sejenak, bibirnya terkunci membentuk garis kaku sebagai jawaban bahwa ia pun tidak sanggup mematahkan mantra.
Chanyeol terdiam, matanya kembali menatap Amber dengan putus asa karena tak dapat menemukan solusi dari penderitaan kekasihnya. Kai merangkak mendekat kembali, matanya memandangi ke sekujur tubuh kaku Amber, air matanya terus berlinang. Kai menggenggam tangan kaku Amber kuat-kuat. Semua Forces terdiam memandangi Amber diujung kematianya
Karena penasaran dengan apa yang terjadi pada Amber, Jungkook mendekat dan berlutut. Ia meletakkan sebelah tangannya di kening Amber. Kemudian ia menggeleng.
"Jenderal?," desah Chanyeol tak berdaya.
"Fluch des todes, De la mort" bisiknya "Dia sekarat, tapi rohnya tidak akan meninggalkan tubuhnya, dia akan terus seperti ini, selamanya"
"Maksudmu dia akan terus menderita?" tanya Kai parau.
Jungkook mengangguk pelan. Mantra yang Irene berikan adalah mantra kutukan yang dapat membuat korbannya merasakan sakit luar biasa pada jiwanya namun tetap tertidur
"Amber... Amber, jangan tinggalkan aku, sayang" Chanyeol mengusap-usap wajah dan rambut Amber, mata Amber masih membelalak, namun tubuhnya mengejang pelan karena menahan sakit.
Lampu-lampu yang menyinari cemerlang dan putih membuat kulitnya putih pucat di bawah terangnya cahaya. Tubuhnya terus menggelepar-gelepar, seperti ikan di pasir. Chanyeol berusaha menyadarkan Amber. Kai tidak tega melihatnya.
Bercak-bercak merah mulai bermunculan di area matanya menahan sakit. Dalam dirinya menjerit, namun Amber tidak bisa mengeluarkan jeritannya.
Sekarang mata gelap Amber membelalak dan berapi-api. Di bawah cahaya, kulit Amber mulai lebih terlihat ungu dan hitam, bukan putih. Amber mengentak-entakan tubuhnya diatas lengan Chanyeol, tapi tidak dapat menjerit. Ia masih terus tersedak seperti ada sesuatu yang mencekiknya. Wajah Amber sudah berubah biru, matanya membelalak lebar, jantungnya mulai berdetak tak beraturan.
Amber merasakan setengah dari tubuhnya sudah mati rasa dari perut hingga kaki, sisanya terasa sangat menyakitkan lebih sakit dari, di gergaji menjadi dua, di lindas bus, di injak-injak segerombolan banteng, di tusuk 1000 pisau ketubuh dan tenggelam dalam cairan asam. Bahkan bila semua itu bersamaan tidak bisa mengalahkan rasa sakit yang ia rasakan hingga tubuhnya sulit digerakkan karena terlampau sakit.
Namun Amber menyadari ada kenyataan yang jauh lebih penting daripada semua siksaan ini, kenyataanya adalah ia akan mati dikelilingi orang-orang yang ia cintai, Chanyeol dan Kai.
Sehun, Kris dan Chen yang baru tiba langsung tercengang dengan atmosfer berduka yang tak asing ketika berlalu melewati pintu masuk. Kris dan Chen mendekati Amber dan berlutut.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Kris panik sambil mengusap pipi Amber yang dingin.
"Dia melakukannya" jawab Jungkook datar.
"Sleeping beauty cursed" Chen menanggapi pernyataan Jungkook.
Chen langsung memahami apa yang terjadi dan akibat dari semua ini. Tentu Irene tidak akan membiarkan Chanyeol hidup bahagia dengan hasil pertempuran apapun. Entah itu Chanyeol pada akhirnya mati, menyerahkan diri, atau memenangkan pertempuran. Irene tetap akan memberikan luka dalam ke Chanyeol untuk membukitkan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkannya.
Chen dan Jungkook ahli dalam melihat kelemahan dari suatu sistem, termasuk anomali yang diakibatkan dari mantra. Apalagi Chen hidup lebih lama dari Force penghuni reservasi, ia pernah melihat hal seperti itu sebelumnya pada jaman perang Klan Scorpion dan Klan Aries.
"Kau bisa menyembuhkannya?" rengek Chanyeol pada Chen ketika ia mendekat dan mulai memeriksa kondisi Amber.
"Aku tidak dapat menjanjikanmu apa-apa, Chanyeol," Chen menjawab dengan nada menggantung yang tersirat dari matanya. Tentu Chen tau sesuatu.
"Ayo sadarlah... Amber sadarlah" Kai terus menangisi Amber tangannya masih mencengkram erat tangan Amber.
Matanya mendelik ke Kai sebelum tubuhnya mendadak diam di atas tangan Chanyeol, walaupun deru napasnya semakin cepat dan jantungnya terus berdetak. Sadarlah Chanyeol diam itu berarti semuanya akan berakhir. Entakan-entakan dari dalam tubuhnya sudah berhenti.
Kai hendak menyentuh pipi Amber, melihat matanya yang bebercak-bercak merah, tapi Kai merasakan kedua tangannya terangkat lemah. Kai mengerjapkan mata mengusir air mata yang terus menghalangi pandangannya.
"Tetaplah bersamaku, Amber!" seru Chanyeol padanya. "Kau dengar aku? Kau tidak boleh meninggalkanku!"
"Bertahanlah" ujar Kai. Suaranya terdengar aneh, lirih, dan mirip erangan terdengar dari bibirnya.
Kemudian Amber terkesiap-kesakitan untuk terakhir kalinya. Matanya kembali membelalak ke atas. Nafasnya terputus-putus. Nafas Amber mulai melambat, begitu juga dengan detak jantungnya, sampai tak terasa lagi detak jantung dan nafasanya. Mata Amber terpejam, tubuhnya melemas, bibirnya berubah pucat.
Chanyeol meletakan sebelah tangannya diatas dada Amber untuk merasakan detak jantungnya, detak lemah jantung Amber menghilang perlahan-lahan.
Setelah jantung Amber tak berdetak selama sedetik, Chanyeol tidak bisa melihat. Matanya basah dan kabur.
"Amber?" Chanyeol menatap kosong wajah Amber yang sudah tak bernyawa.
Chanyeol mendongak mengalihkan pandangannya dari wajah pucat Amber ke arah Forces berharap ada yang bisa menolong Amber. Ia mentap Chen, kemudian Jungkook cukup lama, Jungkook hanya memberikan tatapan iba dan perasaan yang sangat bersalah karena tak mampu menyelamatkan Amber.
Chanyeol kembali pandangi wajah Amber, air mata meleleh dan jatuh ke pipinya melihat kekasih yang amat sangat ia cintai meninggalkannya untuk selama-lamanya. Mereka sadar semua sudah terlambat. Amber sudah pergi.
"Amber... Jangan... kumohon" Chanyeol mendekap tubuh Amber.
"You're not dead Amber, you're not dead" Chanyeol mengguncang-guncang pelan tubuh Amber. Kai menangis sejadi-jadinya, Kai tak sanggup melepaskan tanganya dari sahabat yang ia cintai.
"Amber don't leave me, please... please... please" Air mata panasnya tak henti-hentinya membanjiri pipinya, tanganya mencengram erat tubuh Amber. Forces menatap nanar jasad Amber.
Dengan lemah Kai berdiri, beberapa saat Kai tak sanggup mengatakan apa-apa lagi. Bagi Kai tidak alasan lagi untuk berada di sampingnya. Ia sudah tidak ada di sini. Dia tidak akan pernah kembali. Tak ada gunanya. Ia takkan pernah bisa menyelamatkan Amber dan ia takkan pernah kembali kesisinya.
Sejak dulu pun ia tak pernah benar-benar berada disisinya entah dalam banyak hal dan di dalam benaknya. Dan Amber benar-benar takkan pernah menjadi miliknya, sehingga ia bisa mengatakan ia benar-benar kehilangan dia.
Tapi yang berbeda adalah, tak satupun diantara mereka yang benar-benar memenangkan cintanya. Karena hanya itulah yang tertinggal dari gadis yang sama-sama mereka cintai.
"Dia belum mati," geram Chanyeol. "Dia akan baik-baik saja."
Kai tidak tahu apakah Chanyeol berbicara padanya atau dengan dirinya sendiri.
"Maafkan aku Amber, maafkan aku, ini salahku, maafkan aku, kembalilah kumohon"
Wajah Kai hanya mengeras ketika Chanyeol mengatakan itu.
"Ini memang salahmu, semua kematian ini datang karena salahmu" geram Kai.
Chanyeol mendongak, menatapnya dengan tatapannya yang mengharu biru.
"Aku tahu, aku seharusnya tidak datang kesini, aku seharusnya tidak menerima tawaran Kris untuk membantuku, seharusnya aku yang mati, bukan Amber, bukan Baekhyun atau Kyungsoo" Chanyeol gemetaran mengatakannya.
Kai berapi - api, seolah - olah tidak sabar ingin menendang kepalanya yang tak berdaya "Ya, seharusnya kau saja yang mati"
"Sudahlah Kai, hentikan" Kris mendinginkan Kai dengan merangkulnya menjauhi mereka dan berdiri di sebelah Luhan.
Chanyeol mengingat - ingat kembali memori ketika pertama kali memutuskan untuk meninggalkan Amber dan segala kehidupan yang dia dapatkan sebelum kemunculan kemampuan pertamanya. Seharusnya dia sudah mati kelaparan di pegunungan dan di terkam oleh singa betina, namun ia malah menyelamatkan singa betina dan anak- anaknya dari kebakaran hutan. Seharusnya dia menolak tawaran Kris dan lebih memilih menabrakan diri ke kereta dari pada ikut dengannya di hari itu. Namun kali ini tidak ada hal apapun yang Chanyeol inginkan kecuali Amber dapat kembali atau dia yang mati saja.
"Aku, menyesal" jawabnya dengan nada letih dan tersiksa.
"Simpan penyesalanmu Chanyeol, sudah terlambat untuk itu," geram Kai tidak sabaran. Wajahnya keras dan getir.
Walau sudah di berikan jarak antara mereka berdua dan ditenangkan oleh Kris namun tetap saja amarah Kai yang memuncak membuat Kai perlahan - laha maju kembali mendekatinya.
"Aku mau melakukan apapun agar dia kembali, apapun itu" Chanyeol menjawab dengan suara bergetar
Kai mengepalkan kedua tangannya yang gemetar berusaha melawan untuk tidak meninjunya, karena ia masih kelewat sedih menerima apa yang terjadi. Ekspresinya sinis dan penuh kebencian. Matanya menyala-nyala oleh kebencian saat ia memberengut marah pada Chanyeol.
"Kau pantas mendapatkannya hidup seperti ini, Yeol" tuntutnya dengan rahang terkunci.
Inilah dia samudera kepedihan mereka. Namun Kai tidak ingin tenggelam di dalamnya, sesungguhnya ia tak sanggup berlama-lama disana, tak sanggup melihatnya.
Luhan, apakah ucapan Chanyeol serius? Tanya Kris tanpa menoleh ke Luhan, langsung ke dalam pikirannya agar yang lain tidak mendengar.
Luhan mendesah pelan Dia serius, bahkan tanpa berpikir lagi. Apakah kau akan memberitahunya?
Tidak, selama Jungkook masih ada disini.
Bagaimana dengan Chen?
Dia paling bisa diandalkan, dia pasti dapat menutup mulut. Kris mengembuskan nafas keras - keras dan hal itu membuat Jungkook menoleh ke arahnya dengan menautkan alisnya, seolah - olah dia tau ada yang tidak beres. Perilaku Kris saat ini sepertinya kurang peduli, tidak seperti biasanya ia selalu ikut campur.
Kris dia telah menilamu. Luhan menatap Jungkook sedetik kemudian memandang Chanyeol lagi.
Aku tidak suka dia berlama - lama disini, kita harus menyingkirkannya dari sini. Kris melakukan kamuflase dengan terus menatap Chanyeol dan Amber, sedangkan Jungkook masih menatapnya.
Sudah terlambat, dia akan mengintrogasi kita.
Sejenak Kris tertunduk belagak sedih menatap nanar lantai basah dikakinya, yang kelihatannya seolah Kris terlihat frustasi dan berduka.
Chanyeol merasa hampa, karena sekarang ia telah kehilangan tujuan utamanya selama ini. Menjaga Amber adalah sesuatu yang telah ia perjuangkan sekian lama. Merasakan perjuangannya sia-sia. Semua sudah berakhir.
Akhirnya Kris mendekat kembali dan Jungkook masih menatapnya hingga ia berlutut di samping Amber. Chanyeol terus bicara sendiri pada jasad Amber yang sudah tak bernyawa, mendekapanya. Ia terus menyesali dirinya sendiri, menyesali takdirnya yang membawa orang yang ia cintai mati sia-sia. Chanyeol bagaikan Api yang membeku saat ini.
"Oh Amber, maafkan aku, maafkan aku telah gagal melindungimu."Chanyeol membelai wajah Amber mengecup ringan bibir Amber berharap itu bisa membangunkannya.
Tentu saja ciuman ini tidak mengubah apa-apa. Cinta sejati telah hilang selama-lamanya. Sang pangeran takkan pernah dapat membangunkan kembali sang putri dengan mengecupnya. Lagi pula, aku juga bukan seorang pengeran manapun, aku monster. Jadi apa fungsi protokol cerita dongeng yang selalu berakhir dengan ciuman-ciuman yang mengubah segalanya? Ini hanya ciuman sepele yang tidak memusnahkan mantra? Itu hanya dongeng anak-anak. Dia takkan kembali, dan aku sangat menyesali takdirku.
Kris mengusap - usap lengan Chanyeol "Mari Chanyeol, kita baringkan Amber ke tempat yang lebih baik, kami akan membantumu mencari cara dari semua ini, benarkan Jungkook?" Kris menatap langsung ke mata Jungkook yang masih menatapnya.
Tatapan antisipasi Jungkook cukup mengganggu Kris yang menatapnya, hingga ia menatap Chanyeol kembali.
Jungkook menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari Kris "Tentu, kita lihat saja nanti"
Chen yang menyadari situasi tersebut langsung mengalihkan situasi dengan mengajak Chanyeol bangkit dan menyingkir dari tubuhnya, karena ia merasa suhu disekitarnya mulai tinggi
"Ayo Chanyeol" ajak Chen dengan penuh hati-hati.
Panas yang terpancar dari tubuh Chanyeol mulai membara menyebarkan hawa panas ke ruangan itu, suhu tubuhnya meningkat karena emosi dan penyesalah yang sangat dalam. Jelas itu pertanda buruk, panas tubuhnya akan membakar tubuh Amber pelahan-lahan didekapannya.
Cepat-cepat Xiumin mendinginkan suhu ruangan yang mulai terasa seperti berada ditengah lapangan di musim panas. Lay dan Suho membujuk Chanyeol untuk menyingkir dari jasad Amber, atau jasadnya akan rusak.
Tapi ia memberontak seperti orang gila. Bahkan Luhan dan Jungkook berusaha menenangkan Chanyeol. Namun tetap saja, Chanyeol tidak sedang dalam kondisi yang sanggup untuk ditenangkan tidak ada yang tau bagaimana cara menenangkan Chanyeol dalam kondisi seperti saat ini.
Akhirnya dengan terpaksa, mereka merebut Amber dari dekapannya dan mengamankan Chanyeol yang terus meronta-ronta, memaksa agar terus berada disampingnya dan mulai berteriak-teriak. Belum-belum dia sudah seperti orang yang tidak waras, dan membuat khawatir Force yang lain.
***
Mereka duduk di sana nyaris seharian, seperti patung-patung yang dipahat sedang dilanda kebingungan dan keresahan, mencari jalan keluar.
Kondisi Chanyeol sudah mulai sedikit membaik ketimbang tadi, tetap dalam pengawasan Xiumin dan Suho. Jungkook masih belum pergi, ia memutuskan ingin terlibat lebih jauh dengan kelompok itu, karena ia mencium kecurigaan dan akan menyimpan pertanyaannya nanti.
Kini mereka bingung bagaimana memecahkan masalah soal bagaimana memberitahu kabar tentang kematian Amber pada keluarganya.
"Kita harus mengabari keluarganya secepatnya". Ungkap Chen.
"Tapi kita tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya terjadi" Luhan mengingatkan. Ia dan Kris bertemu pandang dari seberang ruangan, wajah mereka sama nampak putus asa.
"Ya, benar. Tidak mungkin juga kita menyabotase kematiannya dengan mengatakan bahwa ia hilang begitu saja." Kris menimpali.
"Apalagi selama ini yang Daniel tau, Amber selalu bersama Kai atau Chanyeol. Daniel tidak akan percaya dan akan terus mencarinya, lalu akan memberikan dampak psikis yang lebih hebat dari pada kabar kematiannya" lanjut Luhan.
"Biar aku saja yang bertanggung jawab dan mengatakannya pada Daniel nanti," Kai berdiri menawarkan diri "akan lebih baik dan mudah bila aku yang memberitahunya dan bertanggung jawab "
Mereka terdiam dan menatap Kai seolah-olah ia baru saja berbicara dalam bahasa yang tidak mereka pahami. Luhan langsung masuk ke dalam pikiran Kai, di lihatnya semua rencana dan setiap kalimat yang hendak ia ucapkan.
"Kalaupun bila nantinya ia marah padaku. Kubiarkan dia marah-marah sampai hatinya lega. Dan bila ia masih marah dan perlu memenjarakan aku, aku akan menerimanya," Kai menjelaskan dengan enteng.
"Kalian tenang saja. Pokoknya, Aku bisa mengatasi bagian yang itu."
Mereka masih bertukar pandang dengan ide Kai, bukan meragukan keseriusannya, tapi mereka malah bingung bagaimana Kai menghadapi Daniel nanti, seperti : Apa yang akan ia katakan? Sejauh mana ucapannya? Dan mereka menghitung kemungkinan lain, apakah Kai cukup meyakinkan Daniel? Tapi yang terpenting adalah, apakah Kai akan menjelaskannya dengan benar lalu tak sengaja memberi cela Daniel untuk menyelidiknya sendiri karena tidak cukup yakin. Lalu yang terburuk terjadi, ketika Kai mengungkit hal lain yang tidak seharusnya dikatakan. Yaitu jati diri mereka. Karena bisa dibilang Kai dan Ayah Amber sangat dekat, pasti ia akan sangat terbuka walau hanya memberikan jejak kecil dalam ceritanya nanti.
"Kalian tidak usah khawatir, aku tidak akan mempertaruhkan jati diri kaum ini" ujar Kai memecahkan keheningan. Setelah ia mengerti arti pandangan mereka yang seolah - olah mengkhawatirkan dirinya dengan apa yang akan ia ucapkan nanti.
Kai mengerti ia tidak boleh sampai salah bicara, karena sesuatu yang pasti akan berakibat merugikan kelangsungan kaum mereka dan mematahkan mitos yang selama ini berkembang. Bagi mereka memberitahu jati diri mereka pada orang lain sama saja seperti menelanjangi diri sendiri dan membuka aibmu ke khalayak banyak.
Bagaimanapun juga kehidupan mereka sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Kecuali bila orang itu sudah berkomitmen dengan pilihannya. Seperti membuka jati diri mereka ke seseorang yang mereka cintai.
Sementara itu, Jungkook memikirkan rencana lain dikepalanya.
"Aku punya rencana lain," Jungkook membuka pendapat.
Mata Luhan berekelebat ketika mendapati rencana Jungkook.
"Aku tidak tau apa yang seperti itu masih ada...?" kata Luhan dengan suara rendah, menginterupsi apa pun yang hendak dikatakan Jungkook.
"Apa?" tanya Kris sambil menatap Jungkook dan Luhan secara bergilir.
"Jungkook berencana akan mencari golden tongue" ungkap Luhan
"Atau kita bisa minta pertolongan Tao" lanjut Jungkook "Apabila dia tidak dapat mengubah realitas akan hal ini, dia tetap bisa menjadi silver tongue pada dimensi lain"
Segalanya kembali senyap ketika mereka berusaha menyimpulkan rencananya. Luhan membeku dalam renungannya ketika memahami apa yang sudah lebih dulu ia tangkap dari pikiran Jungkook.
"Kau mau membawa dia hidup kembali?" tanya Chen.
"Itu akan melanggar undang - undang" Kris mengingatkan.
"Tidak" protes Kai "Dia belum mati, dia hanya terperangkap dalam mantra kutukan kematian, dia masih berada di dimensi kehidupan entitas, disana sendirian, kesakitan".
"Ya, ini tidak akan melanggar hukum apapun, dia hanya butuh dilepaskan dari penjara mantra kematian" Jungkook membenarkan.
Kai baru ingat, Kyungsoo pernah bercerita tentang hukum yang diterapkan bagi prajurit abadi dan beberapa harus ditaati tanpa kompromi. Namun, Kai meragukan yang satu ini, apa ada hukum yang menjelaskan tentang menggunakan kemampuan untuk melepaskan mantra kematian, karena secara harfiah Amber tidak mati.
"Tentu apa yang akan kita lakukan tidak akan melanggar hukum Athanatoi." Kai membuka suara, tidak bisa dipungkiri ia mulai menorehkan senyuman.
"Beberapa minggu terakhir, aku mempelajari mitologi tentang Prajurit Abadi dan hukum - hukum yang berlaku, aku juga membaca tentang Tao setelah kami bertemu waktu itu. Aku rasa ini akan berhasil, tergantung bagaimana nanti kita benegoisasi dengannya. Karena terakhir aku lihat, sepertinya dia tidak senang akan kedatanganku dan Kris"
"Aku setuju dengan rencana ini, bagaimana denganmu, Kris?" Chen bertanya secara terang - terangan, Kris sedikit tersentak ketika semua mulai memandangnya. Beberapa menunggu jawaban atas putusan perintah Kris, beberapa menatapnya dengan skeptis, sedangkan Jungkook sangsi menatapnya.
"Aku rasa itu ide yang bagus" Kris memberi pendapat seraya perintah.
"Baiklah, Kai, Chen, Luhan ikut denganku" nama yang disebutkan langsung bergegas merapat ke Jungkook, namun Kris bergerak mendekati Jungkook untuk menahan yang lain.
"Aku rasa kau dan Kai saja yang pergi sudah cukup, harus ada yang menjaga Chanyeol disini untuk menahan fisik dan psikisnya apabila terjadi serangan yang tak terduga"
Jungkook memicingkan mata menatap Kris curiga, kemudian memandang ke seluruh Force dengan tidak sabar.
"Kau punya pertahanan barikade untuk menahannya," gumam Jungkook.
"Setelah apa yang bisa dia lakukan hari ini dengan kemampuan kinetiknya," sergah Kris cepat - cepat "dia membutuhkan lebih dari sekedar bunker untuk menahannya di saat seperti ini"
Jungkook menghembuskan nafas keras - keras, jengah dengan omong kosong Kris "Tapi Luhan harus ikut di penawaran ini dan setelah itu, kita selesaikan kebobrokan ini"
Tanpa mengatakan sepatah katapun Kris mengenyahkan pandangannya dari Jungkook dan menyingkir darinya.
Kai membayangkan kembali kediaman Tao yang masih diingatannya dalam detail sempurna, ingatan itu bercampur dengan sorot mata misterius milik Tao.
Setelah Force pergi untuk bernegoisasi, kesunyian yang lebih lama menyambut rencana itu. Di tengah kesunyian yang menyesakkan itu, diam-diam Chen mendekati Kris.
"Aku tidak ingin terlibat, Kris" bisik Chen pada Kris. Wajah Kris mulai memucat seperti menahan muntah.