Sinar matahari mulai menyembul dari balik awan yang kelabu. Amber membuka matanya sedikit untuk mengintip Chanyeol. Kemudian Amber cemberut ketika mendapati Chanyeol sudah tidak ada disisinya.
Amber memberengut "Dia pergi tanpa pamitan dulu denganku," gerutunya.
Amber bersiap-siap melakukan aktifitasnya seperti biasa. Semua sudah kembali seperti biasa, bulan depan Daniel akan kembali ke Korea dengan membawa gelar Master dan dia akan menahan rindunya pada Chanyeol untuk dua hari kedepan.
Bel berbunyi, Amber langsung berlari meninggalkan dapur setelah mengecilkan api kompornya.
"Tunggu sebentar!" Amber mengintip dari jendela rumahnya melihat siapa yang datang.
"Kai! Masuklah" sapa Amber buru-buru. Amber berlari kecil kembali ke dapur untuk meneruskan memasak sarapannya.
Kai mengikutinya ke dapur sambil meninmbang-nimbang apa dia harus memberikan suratnya sekarang atau besok.
Tapi Kai yakin semakin ia mengulur-ngulur waktu semakin berat juga ia untuk memberikan surat Chanyeol pada Amber. Seperti yang Luhan katakan semakin cepat Amber diberitahu maka rasa sakit itu akan lebih cepat disembuhkan ketimbang tidak diberitahu sama sekali.
Kai memasukan tangannya ke kantong hoodienya, bersandar pada konter sambil memandang lantai lenolium dan meremas-remas surat di tangannya. Ia terus berpikir bagaimana cara menyampaikannya pada Amber. Sudah siapkah ia menyaksikan kesedihan Amber lagi.
"Kau sudah sarapan?" tanya Amber memecah lamunannya. Kai mengangkat kepalanya dengan tatapan kosong.
"Aku sudah, makan,"
"Kau kenapa? Wajahmu seperti baru saja mendapatkan nilai jelek"
"Tidak apa-apa, aku hanya sedikit mulas, mungkin karena sosisnya nyaris busuk" Kai purapura mengusap -usap perutnya.
"Jadi kau pagi-pagi ke rumahku cuma mau numpang buang air?" Amber menuding Kai dengan sendok mayonaise.
"Tidak... tidak"
"Memangnya kau tidak kuliah?" tanyanya sambil meletakkan piring ke meja makan.
"Tidak ada mata kuliah hari ini,"
"Lalu ada apa?"
Kai berjalan lambat-lambat melintasi dapur "Aku ingin memberikan ini padamu, tepat selepas tengah malam Sehun datang ke rumahku memesan memberikan ini kepadamu. Aku tidak tau apa itu, sepertinya penting sekali" Wajah Kai muram ketika ia mengulurkan kertas terlipat.
"Sehun?" Amber membuka lipatan kertas itu dan membacanya. Lagi-lagi hal itu membuat Amber membeku.
"Ya, dia memberikan itu kemudian ia pergi dengan begitu terburu-buru, dia juga tidak mengizinkanku membukanya isi suratnya" Matanya melirik surat itu, bibirnya terkatup rapat, membentuk garis lurus.
Amber maafkan aku, aku hanya berpikir ada banyak hal yang harus kupertimbangkan bila harus bersama denganmu. Sebenarnya, aku sedang berpikir tentang apa yang benar dan yang salah. Aku pikir kesalahan terbesarku adalah mempertahankanmu agar selalu bersamaku. Dan dari semua yang aku pikirkan tidak ada satupun yang dapat membuatmu bahagia disisiku, aku akan selalu mencintaimu. Jaga dirimu baik-baik, demi Kai dan Ayahmu. Kau lebih baik hidup tanpaku, maaf aku menyesal dengan segala yang pernah aku perbuat. Aku berjanji, Aku tidak akan kembali. Aku tidak akan mambuatmu mengkhawatirkanku lagi. Kau bisa melanjutkan hidupmu tanpa gangguan dariku lagi.
Maaf aku membohongimu, dan aku sangat menyesal-menyesal karena menyakitimu, menyesal karena semua upayaku sia-sia. Menyesal karena aku tidak bisa melindungimu dari diriku yang sebenarnya. Sekali lagi maafkan aku. Perasaanku terhadapmu takkan pernah berubah. Tentu saja aku cinta padamu-dan itu tak bisa diganggu gugat lagi!
Kepala Amber pusing; sulit rasanya berkonsentrasi. Setiap kalimat yang ia baca berputar-putar dalam pikirannya. Amber berusaha bernapas normal. Amber perlu berkonsentrasi, mencari jalan keluar dari mimpi buruk ini.
"Dia pergi" kaki Amber gemetar, kemudian menyadari fakta bahwa segala alasannya itu tak ada gunanya.
"Dia tidak akan kembali," Amber tersadar. Entah Kai bisa mendengarnya atau tidak-mulutnya tidak mengeluarkan suara hanya udara-tapi sepertinya ia mengerti. Kai menggeleng pelan, matanya tak pernah lepas dari wajah Amber.
"Mereka semua sudah pergi. Ia meninggalkanku! Chanyeol meninggalkanku." Amber mundur perlahan, mencari sandaran dibelakangnya.
"Chanyeol dan Force lain sudah pergi?" Suara Amber hampa oleh rasa tak percaya.
"Kenapa ia bohong padaku? Kenapa dia meninggalkanku?" Amber memaki pada surat itu dengan suara keras, nadanya mengecam. Kertas itu gemetaran ditangannya.
Kai yang tak tega memegangi tangannya menatap Amber dengan ekspresi lebih lembut dan memeluknya.
"Maafkan aku," sesalnya-untuk hal lain, maaf karena ia sudah tau akan begini, maaf karena telah membohonginya juga. Karena hanya ini yang terbaik untuk mereka bedua. Karena keseimbangan dunia ini harus dijaga.
"Seharusnya kita tidak meninggalkan reservasi... kita harus kembali Kai, kita harus mencarinya... aku tidak mau dia meninggalkanku... ayo kita cari dia Kai... temukan dia" rengeknya.
Rasanya seakan-akan jantung hatinya hilang-seolah-olah rongga dadanya kosong. Seakan-akan, segala sesuatu dalam dirinya dibawa pergi bersamanya.
Malam ini dan seterusnya akan selalu sama seperti malam - malam kelam yang telah lalu. Kai hanya berharap bahwa waktu dapat menyembuhkan lukanya dan janjinya ia tidak akan pernah meninggalkannya. Walaupun ia tidak tau harus memulainya dari mana lagi untuk menyembuhkan luka permanen itu.