7 Years later
Mereka berjalan menuju pesawat Jet berwarna putih dan biru dibagian avioniknya. Dibagian sayap belakang pesawat terdapat nomer pesawat dan logo yang asing untuk Amber, seperti milik perusahaan tertentu. Amber pun tidak dapat mengira-ngira apapun saat ini-tujuan Kai-hanya beberapa pertanyaan yang terus berputar-putar dikepalanya. Berkali-kali Amber menoleh kearah Kai.
Pria berpakaian rapi dengan kemeja dan vest membukakan pintu pesawat. Mereka masuk ke bagian tengah pesawat dan Kai mengarahkan Amber ke salah satu kursi di bagian paling depan.
"Duduklah," perintahnya saat Kai menyusul dibelakangnya. Di ruangan jet tersebut memiliki penerangan yang terang dan hangat. Terdapat 7 kursi berwarna krem yang saling berhadapan, sofa panjang, tv plasma, lantai berkarpet merah dan memiliki interior kayu. Terlihat sangat eksklusif.
Kai duduk di kursi dihadapan Amber dengan memasang ekspresi yang menambah daftar pertanyaan di benak Amber. Suara pilot bergaung melalui interkom, mengumumkan dalam bahasa Korea, bahwa mereka akan segera lepas landas. Lampu sabuk pengaman menyala dengan suara berdenting.
Pesawat lepas landas yang entah kemana Amber tidak tau. Kai terus tersenyum memandanginya, seperti menikmati lelucon pribadinya. Beberapa saat mereka terus terdiam sebelum pesawat benar-benar lepas landas.
Akhirnya pesawat bergulir pelan, sedikit demi sedikit menambah kecepatan dan perlahan-lahan meninggi. Amber memandangi keluar jendela kecil. Amber merasa sudah lama sekali tidak merasakan naik pesawat, terutama pada malam hari. Itu terlihat benar-benar menakjubkan. Seoul pada malam hari, dari langit sungguh menakjubkan. Semua lampu dari gedung, lampu mobil dan rumah berkelap-kelip dengan manis di bawah mereka dan semakin samar. Setelah pesawat terbang lebih tinggi dan tidak ada lagi yang bisa dilihat Amber kembali memosisikan duduknya kambali. Di luar gelap gulita, bahkan bulan tak menumpahkan cahaya apa pun untuk mengiringingi perjalanan mereka. Bagaimana bisa Amber melihat kemana pesawat ini akan menuju?
"Sejauh ini Apakah kau terkesan?" Kai membuka suara.
"Ya, tapi Aku tidak mengerti, mau kemana kita dan untuk apa kita naik pesawat, yang kelihatannya seperti jet pribadi-" tiba-tiba Amber terkesiap dengan mata membelalak lebar "-Kau menyewa jet pribadi untuk membuatku terkesan?"
"Kau menyukainya,"
"Oh My God, aku merasa seperti di novel Fifty Shades of Grey" Amber memberikan reaksi yang selalu Kai sukai hingga membuatnya tersenyum lebar.
"Tapi untuk apa? Kau kan bisa-" Amber mengangkat sebelah alisnya keheranan.
"Ssst... jangan keras-keras," Kai meletakkan telunjuknya di bibir Amber. "Aku hanya ingin mengajakmu berputar-putar di atas langit Korea. Aku sudah menunggu kesempatan ini." Kai membuka sabuk pengamannya dan merogoh sesuatu dari saku mantelnya dan berlutut disamping kursi Amber.
Amber mencengkeram sisi kursi pesawat. Udara terasa berat entah mengapa. Benar-benar sulit untuk menghirupnya. Apakah Kai benar-benar akan...
Kai meraih tangan Amber, tapi Amber tidak bergerak.
"Menikahlah denganku." Pintanya tanpa ragu. Di tangannya memegang kotak hitam kecil dan menyodorkannya ke hadapan Amber.
Kai melamarnya. Amber tidak menyangka Kai benar-benar melakukannya. Gelombang sukacita menyambut dan menghempaskannya tinggi-tinggi, dan mendadak saja suara Kai terdengar jauh. Amber lupa bernafas.
"Amber?"
Amber mengerjap cepat.
"Kai, Aku-"
"Aku percaya kau akan menjadi istri konvensional yang hebat. Aku ingin menikahimu karena aku ingin meneriakkan cintaku untukmu kepada seluruh dunia. Aku ingin semua orang tahu betapa beruntungnya kita. Aku akan menjadi teman debatmu yang paling asyik, dan menjadi lawan yang hebat diranjang." Kai mentertawakan kaliamat terakhirnya "Dan aku ingin-sebenarnya, bila kau siap-memiliki bayi_secepatnya"
Amber melepaskan tangannya dari genggaman Kai.
"Aku mungkin akan menjadi ibu yang amatir, Kai." Suaranya gelisah dan gemetar.
"Tidak, sayang. Jika kita memiliki seorang bayi-atau dua-" Kai tertawa ketika membayangakannya, sedangkan Amber membayangakan kengerian di matanya, "Aku akan selalu membantumu sepanjang waktu, ayah sempurna yang siap siaga. Dan tidak ada yang lebih kusukai daripada Amber junior yang merepotkan"
"Atau Jongin Junior." Timpal Amber.
Amber menarik napas dalam-dalam dan membiarkan kata-katanya keluar. "Oke, Sayang. Kau sudah berusaha menyakinkanmu. Aku mencintaimu dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Kim Jongin. Aku akan bangga dan merasa terhormat untuk menjadi istrimu"
"Kalau begitu terimalah ini," Kai menyodorkan kotak kecil hitam itu pada Amber.
Sulit rasanya meraih kotak hitam kecil itu, dengan perasaan gemetar Amber meraih kotak kecil itu. Permukaanya halus berbahan beludru. Ragu-ragu Amber mengangkat penutup kotak dengan ibu jari dan telunjuknya. Di tengah-tengah satin putih, cincin dengan Black Diamond gemerlapan dibawah cahaya temaram. Cincinnya terbuat dari emas, halus dan mungil. Lingkaran emas tipis merangkai sebuah berlian hitam ditengahnya. Belum pernah Amber melihat berlian seperti itu. Tanpa berpikir, Amber membelai-belai permata antik itu.
"Ulurkan tanganmu." Kai mendorong cincin emas dihiasi dengan berlian hitam ke jarinya yang gemetar dan menciumnya. Kai melihat cincin di jari manis Amber, tertegun.
"Aku tau kau tidak suka sesuatu yang berkilauan dan mencolok,"
Amber mengusap berlian itu lantas tersenyum. "Ini benar-benar indah, ini cantik sekali. Jauh lebih indah dari berlian yang pernah aku lihat," gumamnya pada diri sendiri terperangah.
Dalam hati Amber mengungkapkan ternyata tidak semengerikan yang ia kira bila mengenakan cincin bertahtakan berlian di jari manisnya.
"Ya batu yang cantik bukan? Tapi kalau kau merasa tidak nyaman memakainya, pakailah ketika kau berada di rumah?"
"Tidak, aku akan memakainya, selalu,"
"Sungguh?"
Amber mengangguk.
Kai menariknya mendekat dan membungkusnya dalam pelukan. "Kau membuatku menjadi pria paling bahagia di dunia ini, kau tahu."
"Aku harap begitu, Dan aku bersyukur mendapatkan kesempatan ini, untuk membuktikan" Air mata mengalir di kedua belah di pipinya. "Betapa besar cintaku.padamu" Amber terisak dan Kai tersenyum.
Tangannya terangkat untuk meraih dan membelai pipi Amber. Kemudian Kai memberikan ciuman singkat di bibirnya.