Sesampainya di perkarangan rumput basah kediaman rumah Tao, mereka langsung melihat Tuan rumah keluar dari rumahnya tergesa - gesa dengan langkah mantap menghampiri mereka bertiga.
"Berhenti disitu!" Tao menggumamkan perintah dengan terburu-buru, menyisakan jarak 5 meter dari mereka.
"Tao, kami butuh bantuanmu!" Jungkook maju selangkah namun Tao langsung melayangkan tangannya untuk memerintahkannya berhenti melangkah.
"Aku tahu" jawabnya datar. Lalu ia melanjutkan tanpa memberi celah. "Aku tahu hasil pertempurannya dan niat kalian kemari"
"Kris memberitahumu?" tanya Kai bingung.
Tao tersenyum mengejek "Aku tahu apa yang kalian inginkan dariku," Tao maju satu langkah kearah Kai sebelum melanjutkan "Apapun yang kalian inginkan dariku akan berakhir kemusnahan umat manusia"
Alis Kai dan Jungkook berkerut, saling memandang satu sama lain bingung dengan penjelasan Tao. Sedangkan Luhan sudah sedari tadi semenjak menginjakan kaki disana dia hanya diam, kemudian ia tercengang ketika membaca seluruh pikiran Tao.
"Apa yang terjadi?" tanya Jungkook tenang.
Luhan merangkai kalimat dalam benaknya sebelum bicara "Dia telah menejelajahi waktu"
Tao melirik ke Luhan dan menatapnya seolah - olah Luhan baru tiba disana, Tao tidak pernah menyukai seorang telepatis. Baginya telepatis sama hinanya dengan koruptor, karena mereka mengambil lebih banyak dari yang harus diterima.
Tao tersenyum lebar ke Luhan seperti menyepelakannya.
"Ambil," tantangnya "Ambil semua informasi yang kau butuhkan, aku akan berikan semuanya untukmu dan jangan lupa sampaikan hal ini pada Kris"
Perlahan - lahan Luhan merasa getir karena harus melihat pikiran Tao yang seharusya tidak perlu ia lihat. Seberapa kuatpun Luhan menahan dirinya untuk tidak melihat pikiran Tao saat ini rasanya tidak mungkin, karena Tao saat ini sedang memikirkannya dengan jelas dan dengan alur yang kasar.
Luhan tidak sangup menatap Tao, ia mengkeret seperti santapan singa yang siap diterkam. Luhan merasa kepalanya mulai pening dan berputar - putar ketika terlalu banyak informasi yang diterima, semua memori berputar - putar dengan cepat dikepalanya, kematian, pemusnahan, eksekusi, penderitaan. Itu sepenuhnya bukan kesalahan Tao, karena Luhan memang tidak bisa menahan pikirannya untuk mendengar dan melihat lebih banyak ke dalam pikiran seseorang.
Namun Tao sengaja melakukan serangan psikis ke seorang telepatis agar dia dapat melihat penderitaan yang tidak pernah seorang telepatis bayangkan. Luhan jatuh berlutut di tanah rumput basah sambil memegangi kepalanya kuat - kuat, berharap hal itu dapat mengurangi rasa sakit di kepalanya.
"Luhan?" Jungkook mengguncang - guncang pundak Luhan yang mulai meringkuk.
"Kau sudah melihat semuanya?"
"Tao, hentikan! Kau melukainya". Nada suara Jungkook tiba-tiba meninggi karena kesal dengan tindakannya.
"Baik, Jenderal" Tao menunduk belagak menghormatinya, lagi - lagi ia terkesan meremehkan. Tao menghentikan serangan pikirannya ke Luhan dan melenggang mundur satu langkah.
Tao telah mengetahui banyak sejauh mana kehidupan para Force berlangsung. Sudah menjadi tugasnya untuk tetap menjaga keamanan kaum Athanatoi dengan kehidupan umat manusia. Bisa dikatakan Tao tidak akan memberikan celah sedikitkpun mengenai apapun yang akan berakibat merugikan kelangsungan hidup atau keseimbangan umat manusia dan kaum Athanatoi, karena itulah tugasnya sebegai Peace Keeper untuk menjaga kedua belah pihak.
"Dengar, ini penting, aku tidak tau apa yang akan terjadi tapi aku mau memastikan, apakah kau mau menolong kami atau tidak?" Tanya Kai sambil terus bergerak-gerak gelisah.
Tao berusaha keras menggubris permintaan Kai dengan terus memandang ke pepohonan. Ia menggeleng lambat-lambat, bahunya tegang, ia terlihat kesal walau dengan wajah yang terlihat seperti selalu marah.
"Kai yang muda dan budiman," -Kai mengerutkan alisnya ketika Tao menggunakan kata-kata itu, kata-kata yang tak cocok digunakan pada zamannya sekarang- "apa yang terjadi hari ini, suatu saat nanti kau akan mengucapkan terimakasih padaku dengan apa yang terjadi hari ini"
"Aku ulangi lagi, kau mau menolong kami atau tidak?" Suara pelan Kai terdengar parau bercampur marah karena tidak sabar.
"Sudahlah Kai" Jungkook berusaha menenangkannya, karena ia mulai memahami maksud dari Tao bahwa suatu hal akan berakhir dengan buruk apabila Amber kembali. Apapun itu yang Tao peringatkan sudah sepatutnya di terima oleh Force, karena apapun keputusan Peace Keeper adalah suatu yang mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat.
"Atau, bisakah kau jelaskan padaku apa yang terjadi?" pinta Kai bersungguh - sunggu tak ingin merasa kecewa dengan janji-janji yang mungkin takkan terkabul. Lagupula Kai memang tidak memahami bahaya apa yang sebenarnya terjadi. Jungkook bersiap untuk menyimak penjelasannya.
Suasana senyap, ketika Tao memikirkan pertanyaan Kai. Dengan cepat Tao merubah pikiran dan akan mengungkapkan situasi yang sebenaranya terjadi.
"Apakah ada kaitannya dengan Chanyeol?" lanjut Kai lambat - lambat masih menunggu jawaban Tao dengan tidak berdaya, karena pada akhirnya tidak ada yang bisa menyelamatkan Amber.
"Tunggu dulu," Jungkook menyipit mata curiga, setelah tersadar dari benang merah yang saling bertautan "Jujurlah padaku, siapa Chanyeol sebenarnya? Apakah Amber?"
Jungkook dan Kai menunggu Tao membuka suara, lalu ia menyeringai sebelum menjelaskan.
"Gadis itu bukan manusia biasa, apabila kau mengetahui apa yang ku maksudkan" Akhirnya Tao mengakui. Kai bergeming mengingat - ingat semua buku yang pernah ia baca diam - diam dari perpustakaan Kris, sedangkan Luhan masih gelisah karena memikirkan masa depan yang Tao tunjukan di pikirannya tadi.
Jungkook menggeleng sekali "Ini tidak bisa dibiarkan" ia memperingatkan dengan nada kaku.
***
Setibanya kembali dirumah putih yang kini tampak benar-benar seperti rumah yang tak berpenghuni. Kai melompat menaiki tangga teras mendahului Tao untuk membukakan pintu. Belum sempat menyentuh gagang pintu, pintu sudah terbuka. Kris berdiri di ambang pintu, matanya muram.
"Halo, Master Tao, Apa kabar?" sapa Kris, dengan perasaan sedikit tertekan. "Silahkan masuk"
Tao membalas dengan tatapan menghujat, namun ia harus menahannya sampai saatnya waktu pengungkapan. Kris langsung merasa tidak nyaman menatap Tao langsung.
"Ahh...Sudah lama sekali aku tidak kemari, terakhir aku kemari ketika kalian masih bertiga, dan rumah ini tidak seluas dan semewah ini" ujar Tao sambil matanya menyapu seisi ruangan yang tampak berbeda menurutnya.
Mereka berlima menuju ruang perawatan. Semua ada disana, seluruhnya. Beberapa sekelompok orang yang berdiri memandangi tempat tidur pendek dengan seprai putih, tempat Amber berbaring disana.
Kris berdiri di dekat pintu, dengan perasaan pasrah. Tao mengabsen semua Force yang ada disana sambil mengingat-ingat kemampuan apa yang mereka miliki dalam hati. Mata Tao terpaku melihat seseorang yang berlutut disisi tempat tidur.
"Chanyeol," tegur Luhan pada Chanyeol dengan menyentuh lembut pundaknya.
Chanyeol menoleh dengan ekspresi sama seperti sebelumnya. Tampak lingkaran hitam di bawah matanya yang terlihat sangat mencolok karena wajahnya begitu kuyu. Kemudian ia berdiri terhuyung-huyung. Bibir Tao perlahan terbuka, matanya membelalak sewaktu ia melihat Chanyeol untuk pertama kalinya diluar dunia dimensi yang ia jelajahi, seolah-olah ia seperti melihat keajaiban yang terjadi didepannya.
Ia memandangi Chanyeol dari atas hingga ke bawah kemudian ke atas lagi. Menatap wajahnya dengan seksama, seperti mengingat-ingat sesuatu. Kemudian Tao menoleh ke arah Kris sesaat dan menatapnya kembali, hal itu membuat Chanyeol sedikit bingung dibalik selubung dukanya. Lalu sekonyong-konyong tatapan Tao berubah biasa-biasa saja dan mengintip seseorang yang berbaring dibalik bahu Chanyeol.
"Kau pasti Tao yang melagenda itu" ujar Chanyeol parau dengan suara beratnya hingga membuat Tao tersentak, ia terkejut orang itu bicara padanya untuk pertama kalinya. Kemudian reflek Tao mundur selangkah menjauhi Chanyeol.
"Tidak juga," tandasnya berusaha berendah diri.
"Dan Kau terlalu jinak untuk Dark Force berumur dua tahun" penilaian Tao agak ganjil karena ia menatap Chanyeol dengan segan. Ia berdiri dengan posisi sangat aneh- sebelah tangannya terangkat, seperti orang menunggu disemprot.
"Aku tidak akan melukai siapapun" ujar Chanyeol dengan perasaan tak berdaya ketika melihat pertahanan diri Tao dari peringatan yang tidak jelas artikulasinya.
"Aku tau," bisiknya belagak apatis "untuk saat ini, mungkin".
Chanyeol memiringkan tubuhnya menatap Amber yang pucat. Lalu menatap Tao kembali.
"Aku tidak akan meragukan kemampuanmu" bisiknya dengan sorot mata yang tampak tersiksa.
Tao menepuk-nepuk bahu Chanyeol dengan sikap menabahkan. Sorot mata Chanyeol terlihat memohon. Sebelas pasang mata menyorot waswas, Tao balas memandangnya. Melihat situasi yang ia baca bahwa ia seperti satu-satunya harapan. Akhirnya, ia berpaling pada Amber.
Tao memicingkan mata, menatap keadaan jasad Amber dengan berbagai spekulasi. Kemudian ia meletakkan sebelah tangannya diatas kening Amber.
"Verso Fenom"
"Ya, kurasa The Blink Warlock telah mencuri mantra kematian dari Klan Scorpion dan mempelajarinya" Chen mengoreksi
Tao memandang Luhan, Kai dan Jungkook dengan tatapan isyarat untuk memulai rencananya.
Tao meletakkan kedua tanganya di kanan dan kiri pelipis Amber. Tao menghela napas dalam-dalam, memejamkan mata, berkonsentrasi. Chanyeol bergidik ketika Tao memulainya,
Tao terkesiap, matanya kembali berkelana. Matanya sesaat kembali menerawang. Kemudian kepalanya tersentak, matanya sekeras batu.
"Ada apa?" tanya Chanyeol panik.
"Seharusnya dia sudah kembali, tapi ayat-ayat itu terus menggangguku, aku tidak bisa mengembaliknnya ke masa ini." jawab Tao dengan nada biasa-biasa saja.
Peringatan itu membungkam Chanyeol sesaat.
"Apa maksudmu?" Seru Chanyeol tidak sabar "Dia tidak ada di dimensi manapun?"
"Jiwanya sudah pergi dan terkurung selamanya bersama ayat-ayat itu, aku tidak bisa membawanya kembali"
"Itu artinya dia belum ke alam baka kan? Dia masih disini..." Chanyeol menyemburkan kata-katanya.
"Aku tidak yakin" sela Tao
"Apa yang kau lihat Luhan?" tanya Chanyeol kali ini.
Luhan agak kaget karena Chanyeol memanggil namanya "Aku tidak melihat apa-apa, sebelumnya hanya gelap dan ia terus berteriak, tapi aku tidak tau dia dimana, dia seperti tersesat."
Sementara Chanyeol hanya bisa diam menanggapi penjelasan Luhan, ia langsung membeku.
"Kau harus coba kembali, ayo Tao kau bisa melakukannya" Chanyeol memaksa.
"Ini akan menyakitinya," Tao memperingati.
Chanyeol mengerang sangat pelan. Ia berlutut, kepalanya terkulai ke samping tangan Amber, ia membelai lembut pipi Amber. Seolah-olah menghiburnya.
"Seberapa sakit?" tanya Chnyaeol penasaran sambil menimbang-nimbang.
"Tak ada satu katapun yang dapat menjelaskannya,"
"Apakah Lay dapat mengurangi rasa sakitnya?" sergah Chanyeol tidak sabaran.
"Mungkin" jawab Tao singkat, berlagak tidak yakin.
"Lalu apa lagi yang bisa dilakukan selain ini?" tanya Chanyeol dengan nada datar
Dalam hati, Chanyeol memohon dan berjanji melakukan segala kemungkinan yang bisa ia lakukan. Chanyeol tidak akan menyerah untuk meminta dan mencari sampai kapapun hingga Amber kembali. Luhan dapat merasakan ketulusan hati Chanyeol yang tidak terkontaminasi dengan pikiran apapun, yang ia inginkan hanya agar Amber kembali.
Tao menatap Luhan sekilas dengan tatapan meyakinkan, dan Luhan menggangguk sekali mengisyaratkan pembenaran.
"Sebenarnya kesempatan ia bisa kembali dengan cara seperti itu hanya lima puluh persen," Tao kembali menerangkan dengan perasaan berat karena setelah ini ada banyak hal yang harus dikorbankan. Mulai dari intergritas dan loyalitas.
"Cuma lima puluh persen?" Chanyeol semakin mengharu biru.
"Hanya seorang Golden Tongue yang dapat membebaskannya dan membawanya kembali"
"Tapi Golden Tongue mana?" tanya Chanyeol gemas.
Tao menoleh ke arah Kris dengan terang - terangan, membuat semua Force yang ada disana beralih memandangnya "Kris, mungkin mau memberitahunya"