Jam menunjukan pukul 2:05 pagi, matahari mulai menyembul dari ufuk dan Chanyeol masih menunggu Asher datang untuk menolongnya dengan perasaan gelisah.
Asher masuk kekamar dengan membawa tas anti air dari bahan taslan dan baju bersih. Chanyeol bertanya-tanya untuk apa tas itu.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanyanya sambil merogoh tas itu.
"Sudah sedikit lebih baik"
Asher mengecek luka dan bekas jahitan di kening dan bahunya, lalu membersihkan lukanya yang mengering.
"Ya, luka jahitanmu sudah mulai mengering, daun binahong memang lebih cepat menutup jaringan epidermis yang rusak" ujarnya dengan suara pembawa kedamaian itu. Asher mengeluarkan jarum suntik logam dari sebuah kotak berwarna hitam.
"Apa itu?"
"Ini painkiller X-NSAID kategori C, untuk berat badanmu itu tiap dosis seharusnya butuh enam jam. Itu lebih dari cukup" Asher menyuntikan obat itu ke bagian lengan atasnya. Perlahan-lahan ia menekan plunger dan melepaskan jarum dari kulitnya dengan lembut.
"Kandungan protein dalam obat itu akan menundamu lapar dan ketoprofin dalam obat ini akan membuatmu tidak merasakan sakit selama 6 jam dan memberikan efek doping untukmu, jadi kau bisa terus berlari. Tapi kau harus dapat berlari secepat biasanya agar kau dapat sampai kepemukiman sebelum persediaan painkiller-mu habis" Seperti biasa suaranya tenang-lembut, merdu ketika menjelaskan.
"Aku perkirakan perlu tiga puluh dua jam untuk sampai ke pemukiman, dan kau punya dua jam saja untuk beristirahat dan lanjutkan hingga sampai kepemukinan dan meminta pertolongan pertama, kau akan aman disana. Aku akan memberikanmu persediaan painkiller untukmu, suntikan lagi ke tubuhmu setiap enam jam sekali" Asher menunjukkan empat suntikan yang terbuat dari logam yang diletakan pada kotak kecil dan memasukannya kembali ke dalam tas.
Chanyeol mempertanyakan profesi Asher sebenarnya, bagaimana ia dapat mengetahui hal soal obat-obatan, pertolongan pertama dan kandungan komposisi pada obat dan tumbuhan tertentu.
"Kau terlihat sangat terlatih soal ini, dan dari mana kau mendapatkan obat-obatan itu? Apakah kau dokter?"
"Aku bukan dokter, tapi aku ahli biologi, aku bekerja untuk bangsa Ilumitare, tidak banyak yang tahu tentang profesiku, termasuk Irene, begitupun kemampuan telepatiku"
Ternyata Asher selain cantik, mungkin juga seksi, memiliki intelejensi tinggi, dia juga pintar. Sangat sempurna.
Asher meninggalakan ruangan dan menyuruh Chanyeol menunggu sampai sepuluh menit setelah obatnya sudah bekerja dengan baik, barulah dia bisa keluar dari kamar.
Setelah sepuluh menit berlalu Chanyeol menggerakan tangannya yang patah, untuk mengetes apakah obat sudah bekerja dengan baik. Ternyata sudah tidak ada lagi rasa nyeri, begitu juga perasaaan tertarik pada rusuknya. Obat itu sudah bekerja sekarang. Ia merasa seperti sehat, seperti tidak pernah mendapatkan luka-luka yang hampir membuatnya mati itu.
Asher menunggu di saluran pembuangan utama, tempat pertama kali mereka bertemu. Chanyeol memakai kaos wol lengan panjang dan jubah hitam yang Asher berikan. Ia tau itu adalah jubah yang dipakai para penjaga istana.
Chanyeol melongok keluar kamar untuk melihat keadaan. Sepi. Saat itu juga Chanyeol melarikan diri, berjalan santai menuju tempat yang dijanjikan tidak lupa memakai tudung jubahnya agar penyamarannya lancar. Chanyeol sampai di lorong sempit menuju saluran pembuangan. Asher sudah menunggu disana.
"Ini tasmu". Asher menyodorkan tas itu padanya.
"Dengar Kau harus berenang ke dasar gorong-gorong, lalu ambil lorong sebelah kanan, lalu berenang ke atas ikuti gorong-gorong itu sampai kau menemukan bibir pantai, 250 meter dari bibir pantai itu kau menemukan Dark Forest itu" Asher memetakan arah untuknya dengan rinci.
Chanyeol berkonsentrasi dan hati-hati mendengarkan rute-rute yang akan ia ambil. Seolah-olah lokasinya sangat mudah di jangkau. Namun ini jelas berbeda, dia harus menyelam ke_entah kemana dan apa yang akan dia temukan di dalam saluran pembuangan.
"Seberapa lama kau dapat menahan nafasmu dalam air?"
Chanyeol berpikir sejenak "Mungkin 30 detik".
"Kah harus menahan nafasmu sampai satu menit, kau bisa menahan nafasmu lebih dari itu?
Chanyeol tidak yakin apa dia bisa menahan nafas dalam air selama itu. Maksudnya, di dalam sana jelas tanpa cahaya, tanpa warna, tanpa arah. Dan Asher memberitahunya seolah-olah ada pintu terbuka lebar disana.
"Entahlah" jawabnya tanpa nada, dan suaranya sarat akan ketidakyakinan.
Asher menarik tangan Chanyeol "Kau harus yakin pada dirimu sendiri. Manusia dapat menahan nafas lebih dari satu menit, yang penting jangan panik bila persediaan oksigen diparu-parumu menipis," Lagi-lagi suaranya terdengar menenangkan dan meyakinkan tekadnya.
"Akan aku coba" serunya agar dapat meyakinkan dirinya sendiri.
"Kau harus berlari terus ke arah barat daya istana dan melewati Dark Forest, dan jangan membuat kontak apapun dengan apa yang kau lihat, kau harus terus berlari, apakah kau mengerti"
"Ya aku mengeti"
"Cepat, kita kau tidak banyak waktu. Lakukan persis seperti apa yang aku beritahukan padamu, dan kau akan selamat" suara merdunya mengalun membakar semangatnya.
"Dan kenakan ini" Asher memberikan kalungnya yang berliontin seperti taring macan. Ia memutar pada taring itu, taring itu menyala.
"Didalam sana akan sangat gelap, kau akan membutuhkan ini," Asher berjinjit untuk menyematkan kalung itu ke leher Chanyeol reflek Chanyeol menunduk untuk memudahkannya.
"Chanyeol, setiap tindak tanduk yang kau buat akan menjadi hidup dan matimu"
Ucapan Asher benar, ia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini, ia harus memperhitungkan setiap langkahnya.
"Saat ini kita berada di Utara Norwegia,"
"Norwegia?" sela Chanyeol nyaris terkejut.
"Ya, air di laut akan sangat dingin, aku tidak sempat membuat obat agar kau kebal terhadap sengatan dingin," Ujarnya dengan nada sesal yang amat dalam
"Istana ini dibangun di punggung bukit di atas pesisir, dan ujung gorong-gorong jaraknya tidak akan jauh dengan bibir pantai, kau pasti bisa berenang sampai ke bibir pantai dan terus berlari semampumu. Kau harus berlari enam puluh kilometer sampai di pemukiman aman pertama."
"Kau pernah ke Dark Forest sebelumnya?"
"Belum, tapi aku tau tempat itu satu-satunya tempat yang tidak bisa Dark Queen lewati" Ada secercah nada tidak yakin dalam suara lembutnya.
"Kau yakin tidak mau ikut?" Suaranya benar-benar tulus menawarkannya untuk ikut melarikan diri.
Asher menggeleng pelan sambil mundur selangkah sebagai sikap penolakan.
"Pergilah. Aku akan disini untuk mengecohkan Irene. Make her pay for it." suaranya halus berbisik dengan nada mengancam ketika mengatakan kata-kata terkahir. Chanyeol mengangguk sekali.
"Chanyeol! Good luck!" serunya seperti seorang ibu yang merelakan anaknya merantau. Sebelum Chanyeol menyeburkan tubuhnya ke dalam air. Chanyeol mengampirinya dan memeluk tubuh mungilnya sesaat untuk terakhir kalinya dan mengucapkan terima kasih. Ia tidak akan melupakannya terlebih suaranya sesuatu yang teramat manis untuk dilupakan.
Ia menyelam ke dasar gorong-gorong itu untuk menemukan saluran pembuangan menuju bibir pantai. Didalam air sangat gelap, untung cahaya yang ditimbulkann dari kalung ini sangat menolongnya menemukan jalur yang akan ia ambil, atau dia akan menabrak tembok beton didepannya, memperlambat laju renangnya.
Ia berhasil keluar dari dalam air dan menemukan cahaya terang diujung lorong. Matanya dibutakan cahaya matahari terbit dari balik awan tebal yang menyorot tajam ke ujung lorong.
Suara deburan ombak terdengar mengerikan hingga menambah rasa dingin yang terasa menyakitkan. Angin laut menderu menerpanya. Air yang gelap kelihatannya tidak mengundangnya untuk melompat. Tebing-tebing curam di sekitar bahkan terlihat lebih menakutkan daripada yang biasa ia lihat, itu karena perasaan dingin mencekam.
Kabut tipis menyelimuti lautan, seolah-olah itu pertanda bahwa dinginya air laut akan menusuknya seperti seribu pisau tajam yang menghujamnya. Ia meringis membayangkan suhu air yang pasti sangat dingin. Tapi itu takkan menghentikannya.
Angin bertiup semakin kencang sekarang, membuat butiran embun berpusar-pusar di sekelilingnya dan menerpa rambut basahnya. Bajunya yang basah kuyup seolah-olah ia akan melakukan lompatan keduanya. Yang kali ini lebih menyakitkan.
Ia membungkuk dan bertumpu pada kakinya. Ia berharap tidak ada batu karang dibawah sana. Karena pikirannya begitu terpusat pada suhu air laut, bukan pada bahaya nyata ketinggiannya yang curam dan karang yang bersembunyi dibawah air yang gelap itu. Tak terbayangkan olehnya bahwa bahaya sesungguhnya mengintai jauh di bawahnya. Chanyeol berusaha keras tidak memikirkan air gelap dan dingin yang menanti.
Ia melangkah mundur, mengarahkan mata ke ruang kosong di hadapannya untuk melompat. Ia menghela napas dalam-dalam dan menahannya lalu Chanyeol terjun dengan kaki terlebih dulu. Tubuhnya menghunjam ke dalam air hitam yang membekukan. Seperti dugaan. Air terasa seperti es, lebih dingin dari pada yang ia harapakan, namun kedinginan itu justru membuatnya puas, karena ia sudah keluar dari istana itu.
Chanyeol berusaha naik kepermukaan melawan dingin yang memilukan. Kepalanya menyembul kepermukaan dan berenang, tidak peduli air laut yang membekukan tubuhnya, membuat jari-jarinya mulai mati rasa, ia terus berenang hingga ke bibir pantai. Ia bersyukur ombaknya tidak begitu ganas dan gelombang membantu membawanya dengan cepat ke bibir pantai.
Cepat-cepat ia berlari, sampai ia tidak menyadarinya tulang keringnya memar karena menabrak batu, tapi toh tidak terasa, karena obat itu mengurangi sakitnya.
Angin menampar wajahnya dan membakar matanya, rambutnya membeku saking dinginnya. Dentang lonceng dari menara jam kapel mulai menggemuruh bergaung ke segenap penjuru menandakan jam 3 pagi.

Ia berlari sekencang-kencangnya tidak menggubris apa pun di bawah kakinya. Tidak peduli ranting-ranting menyabet wajahnya. Ia terus berlari memasuki hutan lebih dalam. Walau hutan itu dikelilingi oleh kabut tebal yang menyebar diantara pohon - pohon. Chanyeolpun tidak bisa melihat lebih dari lima meter didepannya..
Setelah beberapa jam ia berlari, ia mulai melambat. Ia mulai merasakan kelelahan bukan main karena efek dopingnya mulai hilang. Ia duduk disebuah batang pohon tumbang. Terengah-engah dan berusaha mengatur nafasnya, sepertinya ia harus beristirahat untuk beberapa menit. Ia merasa kakinya tidak sanggup berlari lebih jauh lagi.
Ia melihat keadaan sekitarnya. Ia tersadar bahwa hutan itu benar-benar gelap. Padahal jam ditangannya baru menunjukan pukul tujuh pagi, tapi awan mendung seperti bermusuhan dengan matahari, menutupi cahaya yang memaksa masuk ke dalam hutan.
Tanah disini berwarna hitam dan tandus, batang-batang pohon yang hitam mengering dan cabang-cabangnya seperti membentuk cakar raksasa. Sejauh mata memandang semuanya gelap, seperti hutan menjelang malam.

Hutan itu seperti tempat magis. Lebih gelap daripada yang ia harapkan. Seketika Ia gelisah mendapati keadaan itu dan ia sendirian disana membuat susana semakin mencekam. Tekanan udara di hutan itu hangat bahkan nyaris panas, seperti dekat sumber mata air panas.
Dengan keadaan lelah dan berkeringat karena suhu yang tidak biasa ia merasa sedikit pusing, cairan tubuhnya menurun drastis. Ia mengambil botol minum dari tasnya dan melanjutkan perjalanannya lagi, sepanjang perjalanan ia terus minum hingga persediaan airnya habis.
"Sial".
Chanyeol terus berjalan di ke dalaman hutan gelap. Ia terhenti disana, di antara pepohonan lebat ada turunan lereng yang cukup curam yang harus di lalui. Ia duduk miring memosisikan dirinya untuk meluncur menuruni lereng tanah yang tandus itu. Chanyeol merosot ke dasar yang sudah pasti akan meninggalkan luka goresan dan akan terasa menyakitkan ketika efek painkillernya selesai.
Ketika sampai didasar Chanyeol memasang mata tajamnya sebelum melanjutkan perjalanan. Di titik terendah pada hutan tersebut suasana semakin gelap, selama perjalanan, matanya berusaha menembus kabut yang tebal.
Ia memandang ke sekitarnya seperti ada yang aneh. Ia seperti sudah melewati tempat itu sebelumnya. Ia tidak yakin apa ia tersesat, karena jalur yang ia ambil sepertinya benar, berjalan lurus saja tanpa berbelok. Tapi suara ketakutan di hati kecilnya mengingatkannya bahwa ia benar-benar tersesat. Ia mengenyahkan pikiran terburuk itu.
Sekitar tiga puluh meter dihadapannya ada gundukan batu besar dan Chanyeol pikir ia butuh pijakan yang lebih tinggi dan kokoh agar bisa melihat lebih jauh atau sekedar pencerahan untuk mencari jalan keluar yang dituju karena kompas tidak dapat berfungsi di hutan kelam itu.
Ia berjalan kesana memanjati gundukan batu besar itu. Namun sejauh mata memandang, semua hanya kabut tebal yang menyelimuti hutan. Chanyeol benar-benar tidak tau arah ujung jalan keluar hutan kelam itu.
Tiba-tiba ia mendengar suara berkeletak. Ia tersentak. Mungkin hewan. Tapi lagi-lagi suara ketakutan dalam benaknya mengatakan bagaimana kalau itu hewan buas yang sedang kelaparan kemudian dengan sialnya ia melintas.
Ia berusaha menenangkan benaknya yang mulai dihantui ketakutan. Chanyeol menyadari ada yang tidak beres dengan hutan itu sama seperti yang Asher ceritakan, sepertinya menghindari rasa takut sangat tidak mungkin di lakukan. Karena hutan ini telah mengetahui ketakutan terkecilmu.
Sepertinya hewan itu sudah pergi. Ia turun dari baru besar itu dan mencoba duduk bersandar dan mendongak ke arah dahan - dahan pohon yang tertutup kebut putih tebal, kepalanya mulai berputar makin menjadi, kepalanya pusing sekali. Ia benar-benar kehausan dan sebentar lagi efek dari painkiller-nya habis. Tiba-tiba ia mendengar ada suara orang berbisik dari pohon besar didepannya.
"Halo?" panggilnya ke asal suara itu.
Ia berdiri dan mendekati pohon itu perlahan. Ia melongok ke balik pohon itu, ternyata hanya ular. Tapi desisan ular itu sangat aneh, seperti berbisik, mengatakan sesuatu dengan bahasa asing yang tidak ia mengerti hingga membuatnya merinding.
Kini kepalanya mulai berputar-putar kembali. Ketika kepalanya mulai berputar, ia mencium aroma manis, nikmat, aroma yang membuatnya meneteskan air liur. Ini aroma menyenangkan. Perpaduan aroma tumbuhan aromatik dan bunga yang manis bercampur dengan sedikit aroma madu-rum kue dan embun, begitu manis.
Aroma itu sepertinya meringankan rasa nyeri yang mulai muncul ketika ia bernapas. Sama seperti efek suara Asher ketika berbicara. Tapi semakin ia hirup aroma itu membuatnya semakin pusing. Chanyeol mendengar suara berkeletak lagi, kali ini suara itu lebih kasar seperti berada didekatnya. Chanyeol mencari-cari ke berbagai arah dari mana asal suara itu.
Betapa terkejutnya ia bahwa suara itu ditimbulkan dari cabang pohon yang perlahan bergerak. Cabang pohon itu bergerak hendak menangkapnya. Chanyeol berlari tak tentu arah dengan sisa tenaganya manjauhi pohon itu. Tapi lagi-lagi ia merasa telah melewati tempat itu

Chanyeol menoleh dan melihat sekarang pohon yang mengejarnya tidak hanya satu tapi tiga. Ia benar-benar tidak peduli kemana arahnya ia berlari hingga napasnya terengah - engah, yang penting ia dapat menyelamatkan diri dari pohon-pohon yang mengejarnya itu. Chanyeol menoleh kebelakang ia melihat pohon-pohon itu tidak mengejarnya lagi, semua tampak tenang seperti biasa.
Ia memegangi lututnya yang lemas, ia sadar kini ia tersesat dan semakin terbawa ke bagian hutan yang paling gelap. Membuat suasana semakin mencekam.
Ia melanjutkan perjalanannya dengan terhuyung-huyung berjalan menyusuri hutan dengan keadaan dehidrasi dan mulai linglung ia meliat seekor burung blackbird hinggap di cabang pohon. Burung itu berkicau, tapi kicauannya terdengar seperti gemerincing genta angin. Lalu suara ular yang kini bukan berbisik lagi tapi bersiul. Ia juga melihat sesuatu menggantung di pohon seperti gantungan pada pohon natal, berwarna hitam, seperti apel tapi yang mengerikan adalah apel itu berdetak mengikuti irama jantungnya. Lalu ia mendengar suara-suara lain, suara tangisan, jeritan yang memekik, suara kapal yang menepi di dermaga. Ia bahkan harus mengakui bahwa ia benar-benar gila-mendengar suara-suara yang ia dengar. Kupingnya mulai berdenging.
Kemudian Chanyeol melihat berbagai bentuk bayangan hitam yang seperti mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah pohonnya. Pohon-pohon merunduk memandanginya terhuyung-huyung. Chanyeol tersandung akar pohon raksasa, ia terjatuh bedebam dan terjerambah ke semak mawar hitam. Mawar-mawar itu mengeluarkan cairan menjijikan warna hitam dan berbau busuk.
Ia berusaha bangkit mencoba berdiri, tapi hutan itu tampak jauh lebih janggal daripada sebelumnya, kesan angker benar - benar menyeliputi hutan itu, ia melihat banyak siluet - siluet bayangan hitam tipis laki - laki dewasa mengenakan tudung hitam, peris seperti penjaga istana Hexoll.
Akhirnya Chanyeol merangkak, kemudian dari balik semak-semak ada banyak pasang tangan menjulur manggapai-gapai tubuhnya. Chanyeol berusaha menjauhi tangan-tangan misterius itu sambil merangkak sampai tubuhnya benar-benar lemas.

Chanyeol merebahkan tubuhnya menatap langit yang mendung sambil mengatur nafasnya. Tanah yang ia rebahi lembek, seakan - akan mencoba menelannya. Ia pandangi langit mendung yang menjadi satu-satunya pemandangan yang tidak asing untuknya. Tapi akar-akar itu berusaha menutupi langit mendung yang bersahabat itu dan pandangannya perlahan mengabur. Hingga akhirnya tetesan air jatuh ke pipinya.
Chanyeol mengangkat kedua tangannya menerima air itu. Tapi bukan kesejukan yang didapat, tapi air itu malah membuatnya luntur dan meleleh. Ia melihat tanganya berubah transparan dan mencair seperti lilin yang dipanaskan. Ia juga merasakan wajanya meleleh dan kulitnya dapat di kupas seperti patung lilin membuat tubuhnya lenyap bersatu dengan tanah tandus disekitarnya.