Kris, Kai dan Jungkook mulai memasuki Dark Forest yang berkabut tebal dan tampak misterius itu dengan menunggang kuda. Mereka terus menghentakan tali kekang agar cepat sampai tepat waktu.
Hutan tampak asing bagi mereka, seperti berada di dunia yang berbeda. Semua tampak aneh. Awan-awan gelap bergelung-gelung, seolah-olah menandakan bakal terjadinya badai besar. Tapi ini bukan. Ini seperti bukan diakibatkan oleh cuaca, dan melihat langit saja sudah membuat gelisah.
Baru tiga puluh menit mereka melintasi hutan itu, Kai dan Kris sudah mulai berkeringat karena rasa gelisah yang mulai muncul, dan Jungkook mulai menenggak arak pada botol silver pipih untuk meningkatkan adrenalin. Jungkook juga menawarkan Kris dan Kai untuk meminum araknya.
Hampir seharian penuh mereka melintasi Dark Forest. Jam menunjukan pukul setengah sembilan malam namun sinar matahari malam samar-samar masih dapat tembus dibalik kelebatan pohon-pohon.
Tekanan atmosfer serasa berat dan panas. Anehnya lagi, hutan terkesan kosong saat mereka menyusuri hutan yang lebih dalam. Tak terlihat satu hewan pun-tidak ada burung, tidak ada tupai atau tikus, mereka juga tidak mendengar bunyi serangga. Keheningan itu terasa mengerikan; bahkan desiran angin menerpa pepohonan pun tidak ada.
"Bau busuk apa ini?" tanya Kris sambil menutupi hidungnya.
"Mungkin bangkai hewan" jawab Jungkook mengernyit.
Kai menarik tali kekang kudanya untuk berhenti ketika melihat cahaya misterius di kejauhan.
Kai turun dari pelana dan menghampiri sumber cahaya itu.
"Kris, Jungkook," panggil Kai sambil melambaikan tangan pada mereka.
Kris dan Jungkook turun dari pelana menyusuli Kai.
"Ada apa Kai?" Kris merengsek maju.
"Itu, lihat," Kai menunjuk ke sesuatu yang menyala.
"Apa itu?" tanya Jungkook.
Mereka perlahan-lahan mendekati cahaya itu, namun semakin mendekati cahaya itu bau busuk semakin kuat tercium. Baunya lebih kuat, dan tajam, lebih tajam dari pada bangkai lain yang pernah mereka tangkap dari panca indera penciuman manusiawi mereka. Mereka menutup hidung mereka dengan baju, tangan, dengan apapun yang dapat membloking bau itu dari penciuman mereka.
Disana tepat di titik bau berasal, mereka melihat tubuh tergeletak dekat semak-semak dan tanaman pakis yang tampak memagari tubuh itu. Mereka berspekulasi bahwa itu mayat seseorang yang mulai membusuk. Kris berlari menghampiri tubuh itu.
"Astaga Chanyeol!" Kris menghambur ke tubuh tak berdaya Chanyeol lalu mengecek nafas dan detak jantungnya.
"Ugh, baunya busuk sekali. Apa dia mati?" Kai mengernyitkan hidungnya, perutnya mual karena bau.
"Bukan, tapi itu" Jungkook menunjuk pada bunga Raflesia yang mekar sempurna, bau busuk menguar sangat tajam.
Kris mendekatkan telunjuknya di bawah hidung Chanyeol, memeriksa apakah masih bernafas. "Dia masih bernafas. Kurasa dia pingsan."
"Mungkin sebaiknya coba kau tampar-tampar saja dia biar bangun," Kai menyarankan dengan tidak sabar.
Jungkook meliriknya sekilas ketika Kai mengatakan itu. Kris memandangi Chanyeol dengan kalut.
Jungkook mengambil botol air dari tasnya dan menyiprati wajah Chanyeol dengan air, Chanyeol perlahan-lahan menyadarkan diri.
"Oh, syukurlah Chanyeol" ujar Kris lega.
Chanyeol memandangi mereka dan hutan sekitarnya, ia tampak bingung. "Kris, Kai, dan kau?"
"Aku Jungkook. Kami menemukanmu" Jungkook memperkenalkan diri. Chanyeol masih linglung akibat pingsan.
"Apa aku bermimpi?" tanya Chanyeol bingung. Tentu saja pertanyaan itu diajukan untuk dirinya sendiri.
"Tidak Chanyeol, kau masih hidup" jelas Kris.
"Lalu mana yang lainnya?"
"Mereka menunggu di desa seberang"
"Bagaimana bisa kalian..."
"Sudah tidak penting bagaimana kita bisa mencapai sini," Sela Kris "Ayo bangun!" Kris membantu Chanyeol bangkit.
Seketika itu juga Chanyeol langsung memekik ketika rasa sakit ditubuhnya terasa menyakitkan, rasanya sakit sekali seperti luka baru. Chanyeol pun mulai merasakan sakit pada luka memar baru di bagian tulang keringnya yang terbentur batu karang ketika berenang. Luka dan memar disekujur tubuhnya berdenyut - denyut, jahitannya terasa menyengat di kulit. Kini sensasi yang ia rasakan menjadi lebih tajam, seolah dia sekarat saat itu.
Matanya dengan awas memeriksa sekujur tubuh Chanyeol yang baru ia sadari terdapat jahitan di dahinya yang tertutup rambut. Kris menyingkirkan rambut yang menutupi kening Chanyeol yang terdapat jahitan di dahinya.
"Ya ampun apa yang terjadi padamu?" sembur Kris panik "Apa ini perbuatan Irene, dia yang melakukan ini padamu. Dia menyiksamu?"
"Tenanglah Kris, aku baik-baik saja. Lagipula aku menyukai luka-luka ini. Anggap saja ini souvenir dari kunjunganku ke Istana perempuan gila itu"
"Tidak. Lukamu harus segera disembuhkan. Lay akan membereskan ini segera ketika kita sampai di pangkalan." ujar Kris tergesa-gesa.
Kadang kekhawatirannya terhadap Chanyeol agak berlebihan dan agak membuat Chanyeol risih. Walau sebenarnya itu normal-normal saja, kerena Kris sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Tapi melihat rupa-rupa Kris pasti dengan cepat mematahkan anggapan itu. Melihat rupa-rupanya seperti seumuran walau umurnya sudah tak terhitung banyaknya.
"Lalu bagaimana kau bisa keluar dari istana? Bagimana bisa kau lolos dari pantauannya?" tanya Kris buru-buru. Alisnya bertautan dengan ekspresinya tidak mengerti.
"Ceritanya panjang, tolong ambilkan dulu suntikan di box hitam di dalam tasku." eranganya menahan sakit.
Kris merogoh-rogoh tas itu dan menemukan barang yang Chanyeol maksud.
"Suntikan itu ketubuhku." Pinta Chanyeol tidak sabaran karena kesakitan.
"Apa ini Chanyeol?" tanya Kris was-was.
"Sudah lakukan saja, Kris" bentak Chanyeol keras.
Kris langsung menyuntikannya ke bagian perut Chanyeol. Lalu menunggu obat itu menyebar. Sementara itu Jungkook memberikan botol minum stenlis pada Chanyeol. Ia langsung menghabiskan air sebotol penuh.
"Dari mana kau mendapatkan ini?" tanya Kris sambil menggoyang-goyangkan suntikan itu ke hadapan Chanyeol.
"Seorang gadis memberikanku obat untuk penghilang rasa sakit, dia yang menolongku, mengobatiku, dan membantuku keluar dari Istana Irene."
"Kenapa kau tidak mengajaknya?"
"Oh, itu masalahnya, ia ingin tetap tinggal untuk mengecoh Irene, tapi aku tidak tau apakah ia berhasil, aku sangat khawatir padanya"
"Siapa namanya?" Tanya Jungkook kali ini.
"Namanya Asher. Dia baik sekali"
Mendadak Jungkook dan Kris bereaksi sama ketika mendengar nama itu. Seperti seseorang yang mendengar berita buruk tentang barang favorit mereka yang rusak setelah dipinjam. Bahkan sebagian besar perasaan Jungkook langsung ngilu.
"Maksudmu__Asher Keter?" tanya Jungkook lambat-lambat "Dia masih hidup?"
"Kau kenal dia?"
"Tentu saja aku mengenalnya, tidak bisa dipungkiri semua Forces laki-laki mengenalnya pada zamanku. Selain sangat cantik dia juga Pirokinesis dengan kamampuan telepati terhebat."
"Kau juga tau dia punya telepati?"
"Ah, dia adalah teman baikku dikelas reservasi dulu ketika kami masih Force muda" suara Jungkook tenggelam karena perasaan kalut yang mulai datang karena memikirkan keselamatannya.
"Dia memiliki suara paling indah, aku bagai mimpi mendengar suaranya. Suaranya benar-benar indah, seperti imajinasi, seolah-olah suara itu bukan datang dari suara manusia, tapi suara bidadari surga. Pendek kata, suara yang membawa kedamaian," kenang Chanyeol
Sedangkan Kris masih terdiam sambil mengingat-ingat kembali kelembutan suaranya di memori yang ia miliki.
"Aku jadi penasaran dengannnya" Sela Kai sambil membayangkan suaranya.
Membandingkan dengan suara artis mana yang paling indah bila sedang bicara. Diantara suara manusia yang pernah ia dengar hanya suara Alice Englert, Angelina Jolie dan Ally Walker lah yang paling indah ketika sedang berbicara menurutnya. Tapi bila mendengar dari penjelasan Chayeol, sepertinya suara artis-artis tersebut masih kurang cukup indah untuk mendeskripsikannya.
"Kau baru mendengar suaranya, kalau kau lihat wajahnya pasti kau rela terjun ke jurang." Sergah Jungkook menjawab pertanyaan Kai.
"Oh itu masalahnya, aku tidak bisa melihat jejak kecantikan di wajahnya" ujar Chanyeol murung.
"Apa yang terjadi padanya?" kali ini Kris bertanya dengan nada cemas.
"Irene mengutuknya menjadi buruk rupa dan menghilangkan kemampuan utamanya."
"Dasar perempuan sialan," geram Jungkook emosi dengan mendeklarsikan sumpah serapahnya.
"Tapi. Aku tidak pernah tahu kalau Asher memiliki telepati, aku pikir dia hanya Pirokinesis super cantik dan berintelejensi tinggi." Kris menatap Jungkook dan Chanyeol secara bergilir dengan sikap ingin tahu, sementara berbagai emosi berkecamuk di wajahnya.
"Memang dia selalu menyembunyikan kemampuan keduanya, itu semacam strategi dia menghadapi musuh" Jungkook mulai membeberkan.
"Ya itu benar, dia bahkan bilang Irene tidak mengetahui kemampuan telepatinya." Chanyeol memberi pendapat.
"Kalau Irene mengetahuinya, pasti Asher sudah dimusnahkan sejak awal olehnya." sambung Jungkook.
"Lalu bagamana cara kerja telepatinya? Apa sama dengan cara kerja telepati yang dimiliki Luhan" pinta Kris, tertarik mendengar kemampuan Asher yang belum diketahuinya.
"Nah, itu yang membedakan klasifikasinya. Dia selain ahli biologi dia juga ahli strategi, tidak heran kalau Klan Ilumitare memperkerjakannya, menjadi Force kesayangan King Ukla. Dia juga mengandalkan kecantikannya untuk dapat memasuki inti pertahanan musuh. Jadi selama ia bersama musuh, ia menyadap otak mereka untuk mencari tahu hal apa saja yang bisa menyelamatkannya, mengumpulkan sebanyak mungkin informasi,
"Jadi aku bisa menilai dan melihat bagaimana bakat Asher bekerja. Dia bukan telepati yang dapat membaca pikiran orang secara spontan, hanya ketika ingin saja,"
"Berbeda dengan yang Luhan miliki?" tanya Kris memotong penjelasannya karena penasaran.
"Aku tidak begitu mengenali kemampuan telepati piaraanmu,"
Kris mendengus tersinggung.
"Tapi dengan senang hati aku jelaskan. Asher, lewat telepatinya ia dapat melacak orang dan tempat lewat pengelihatannya yang singkat dari orang yang ia lihat. Pelacak yang seribu kali lebih hebat daripada seorang Seeker seperti kau. Sangat spesifik, walau pikiran yang ia curi tidak sedang memikirkan tempat itu tapi kemampuannya secara longgar terhubung dengan apa yang kau lakukan, atau misal tanpa apa yang Kau lakukan, dia bisa tau dimana kau tinggal"
"Maksudmu, dia menangkap... gambaran kecil pikiran seseorang?" Kris tidak dapat menyembunyikan kekagumannya membayangkan Second Generate yang Asher miliki.
"Aku tidak tahu bagaimana menggambarkannya... adanya getaran pada pikiran seseorang yang pikirannya secara tidak langsung juga terkoneksi dengan memori lain, dan kemudian mengikutinya. Kesimpulannya, dia bisa melacak dari jarak sangat jauh. Melintasi benua"
Kris tidak dapat menutupi keterkejutan di wajahnya. "Tadi katamu, Yeol. Irene telah merenggut kekuatannya?"
"Ya, tapi ia bilang ia terkadang masih bisa menggunakan telepatinya," Chanyeol membenarkan.
"Tidak salah lagi kenangan buruk dari masa kecil Asher dan telah membentuk pola pikirnya yang semakin kuat. Berbeda dengan Luhan seorang yang intuitif ketika remaja, bukan." Jelas Jungkook percaya diri dengan pendapatnya.
Sejenak tidak terdengar apa-apa. Sementara itu Chanyeol mengecek tanganya, mengetes kembali apa obat itu sudah bekerja. Kris memperhatikannnya setelah pikirannya kembali dari telaahannya tentang Asher yang menarik baginya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Kris sambil mengamati ekspresi yang Chanyeol tunjukkan ketika ia memeriksa tangannya.
"Obat ini sudah bekerja."jawabnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan hutan ini?" tanya Chanyeol sambil memandangi hutan terkutuk itu.
"Hutan ini sepertinya sudah dikutuk olehnya. Lihatlah dataran ini seluruhnya mati, sepertinya ia membuat alam berubah terbalik, it's like the legacy of the Bitchy Queen, ia pasti menggunakan mantra yang meracuni seluruh daerah ini" terka Chanyeol sambil membekap hidungnya karena bau busuk yang menyengat.
Jungkook menghela napas keras-keras. "Ini bukan perbuatanya. Hutan ini mendapatkan kekuatan dari ketakutanmu. Hutan ini seperti anjing yang dapat mencium rasa takut seseorang. Karena ada sejenis zat kimia yang dikeluarkan kelenjar manusia dalam bentuk rasa takut, zat kimia yang sama yang disekresikan mangsa anjing pada umumnya. Mencium rasa takut bisa mendorong anjing untuk menyerang dan mengejarmu, dan begitulah hutan ini mengalahkanmu"
"Aku pikir karena kandungan kateprofen dalam obat ini yang membuatku berhalusinasi atau hutan ini memiliki kemampuan magis."
"Asher tidak mungkin memberikan obat yang memiliki efek samping yang merugikan seseorang yang ingin ia bantu, dan hutan ini hanya bekerja dari perasaan takut terbesarmu." tandas Jungkook sungguh-sungguh. "Tetap berkonsentrasi dan jangan jauh-jauh dari kami"
Kris membantu Chanyeol berdiri dan membersihkan daun-daun yang menempel dirambutnya. Sangat perhatian, benar-benar persis sepeti sosok Ayah.
"Aku senang kau berhasil keluar dari istana itu dan menemukanmu disini, aku senang kau baik-baik saja, kami sangat mengkhawatirkanmu." Kata Kris dengan nada kebapak-bapakan sambil mengusap-usap punggung Chanyeol.
"Aku juga berterima kasih kalian telah menolongku" Chanyeol menatap Kai dengan ekspresi lebih lembut dari biasanya. Kentara sekali ketulusan dari suaranya yang sedikit terkontaminasi oleh rasa tak percaya, bahwa Kai ikut menolongnya.
Tiba-tiba Chanyeol teringat sesuatu yang sangat mendesak. Rencana Irene kepada prajuritnya. Pelan-palan Chanyeol merangkai kata agar tidak terdengar mengerikan. Walau kenyataanya seberapapun tenangnya nada suaranya ketika ia menyampaikan berita ini akan tetap terdengar mengancam.
"Kris aku menguping pembicaraan Irene dengan prajuritnya semalam; ia ingin menghabisi seluruh penghuni reservasi sebelum gerhana pertama."
Peringatan itu membungkam Kris. Mata Kris nanar dan menerawang jauh, wajahnya tegang dan pucat pasi. "Ya, ampun," Kris berbisik dengan suara tercekat
"Apa?" tanya Chanyeol suaranya ikut tercekat oleh perasaan penasaran. "Apa yang terjadi?"
Chanyeol benar-benar fokus sekarang, menunggu jawaban Kris, "Adakah yang bisa menjelaskan padaku?"
"Amber..." Kai berbisik. Suara Kai menghilang dalam kengeriannya sendiri.
Kemudian Kai terdiam kembali. Mata Kai mendadak terfokus pada hal lain yang jauh, matanya menerawang dengan ekspresi yang semakin lama semakin ngeri.
Tubuh Chanyeol bereaksi lebih cepat daripada yang sanggup ditangkap oleh otaknya begitu mendengar nama Amber. Awalnya ia tak mengerti mengapa udara disekitarnya terasa hampa. Pikirannya bergerak sangat lambat, tak mampu mencerna arti dari wajah Kris dan Kai yang muram dan apa hubungan hal itu dengan Amber. Sementara tubuhnya saat ini mencari kelegaan sebelum kenyataan menghantamnya kembali telak-telak.
Matanya membelalak syok ketika merasakan adanya sesuatu bahaya. "Amber Kenapa, Kai?" pekiknya. "Katakan padaku ada apa dengan Amber?" Chanyeol mengguncang-guncang bahunya memaksanya membuka suara.
Pandangannya lesu oleh rasa bersalah. "Oh tidak.." ia hanya mengucapkan itu.
Kai tampak tersiksa bahkan ia tak mampu berkata-kata dan membalas tatapannya.
Pikiran Chanyeol terlalu kacau untuk bisa bereaksi lebih lanjut. "Apa?" tanyanya dengan nada mendesak.
"Jangan bilang kalian meninggalkannya sendirian disana?" semburnya cepat-cepat.
Kris menatapnya kosong. "Kita harus pergi secepatnya." katanya dengan sikap tak berdaya dan terburu-buru.
Butuh beberapa detik sebelum Chanyel dapat bereaksi terhadap kata-kata Kris yang seperti menghancurkan apa yang tersisa dalam hidupnya.
"Kalian benar-benar meninggalkannya sendirian?" tanya Chanyeol dengan suara lemah.
"Tenang Chanyeol, dia bersama Baekhyun di reservasi" Kris berusaha menenangkan, walaupun ia sendiri tau Baekhyun bukan lawan yang seimbang untuk melawan pasukan Irene sendirian.
Terngiang kembali dalam ingatannya suara Irene yang penuh kengerian, namun kini suaranya bukan lagi sebatas benaknya yang mengerikan. Tapi seperti ancaman nyata yang ia ucapkan kembali langsung ke kupingnya. Nada itu seperti terekam dalam ingatannya. Kata-kata itu seperti mengoyak dadanya dan membuatnya menganga lebar.
Chanyeol tiba-tiba marah, menghamburkan kata-kata makian "KAU MENINGGALKAN AMBER DAN SAHABATKU?" teriak Chanyeol.
"Tenang Phoenix" Jungkook memerintahkan.
"JANGAN PANGGIL AKU DENGAN SEBUTAN ITU!" tuntutnya, suaranya kelewat keras hingga membuat mereka bertiga terlonjak kaget.
"KAI. MENGAPA KAU TIDAK MENJAGANYA? MEMBAWANYA JAUH-JAUH DARI RESERVASI" tanya Chanyeol, kata-katanya bernada garang pada Kai.
Kai berusaha mengangkat kepalanya "AKU SUDAH MENGAJAKNYA KEMARI" Kai balas meraung, "COBA SAJA KAU TANYA KRIS, INI SEMUA SALAHNYA!" Kai mengalihkan tatapannya yang tajam menusuk pada Kris.
Kris tersentak. Kini ia berdiri dengan sikap canggung. Mata Chanyeol menatap Kris garang.
"'Lebih baik Amber tetap disini agar aman' bukan begitu, Kris" Kai mengutip ucapan Kris dengan nada kesal.
"Benar begitu?" tanya Chanyeol dengan suara bergaung hampa.
Pertanyaan Chanyeol membuat kata-kata Kris sempat tersangkut di tenggoroknya.
"Dia akan lebih berbahaya bila ikut."
Chanyeol tau seberapa keras kepalanya Amber ketika di larang. Tapi tindakan Kris jelas salah.
"Tidak ada yang aman semenjak kedatangan Irene ke reservasi, dan selamanya bahaya akan selalu mengintai kami semua selama dia masih hidup. Kau tau situasi ini." Ungkap Chanyeol tajam.
Kris menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Maafkan aku Chanyeol, ini diluar dugaanku,"
Apa pun jawabannya, itu membuat dagu Chanyeol mengeras karena marah, kecewa dan takut yang menjadi satu. Matanya berkilat-kilat. Chanyeol merasa darah menyembur ke wajahnya saat ia menyadari kesalahan Kris yang fatal menurutnya. Sedangkan Kai, wajahnya masih kaku akibat kesedihan yang jauh.
"Simpan maafmu," Suaranya tajam saat melontarkan kata-kata itu.
"Cukup!" teriak Jungkook pada mereka, dengan perasaan tidak sabar. "Lanjutkan nanti perdebatannya. Lagipula Irene pasti merubah rencananya kembali, setelah ia mengetahui kau kabur,"
Chanyeol menatap Jungkook yang sedang berusaha menenangkan dengan dagu mengejang frustrasi. Chanyeol membuka mulut, tapi lalu menutupnya lagi.
"Kita harus bergegas keluar dan pergi dari negara ini sebelum Irene memerintahkan pengawalnya untuk mencarimu kesini" Jungkook memerintah.
Jungkook benar. Ia tidak mau membuang-buang waktu berdebat dengan Kris dalam kondisi seperti ini. Tapi entahlah. Disatu sisi, hal itu menenangkan, setidaknya hal ini mengalihkan perhatian Irene untuk memerintahkan pengawalnya datang ke reservasi dan menyentuh Amber. Tapi disisi lain-walau tidak sebesar kekawatirannya terhadap Amber, tapi tetap saja menenangkan-ia sangka ia bakal lega setelah ia kabur dari istana.
Ternyata ketidaksabaran yang ia rasakan agar cepat-cepat sampai ketempat reservasi dan memeluk Amber mengalahkan segala ketenangannya saat ini. Sulit membayangkan hal lain yang lebih mengerikan daripada Amber yang ditinggal dan di intai bahaya.
"AYO GUNAKAN TELEPORTMU, KAI!" desaknya tidak sabar.
"Kemampuan kami tidak berfungsi bila di Dark Forest." Sambar Jungkook.
"Apa maksudmu tidak berfungsi?" tanya Chanyeol nyaris putus asa.
"Hutan ini sebagai dinding kokoh untuk melindungi rakyat sebelah agar Irene yang notabene seorang Force tidak dapat melewatinya. Kemampuan Irene tidak akan berguna melewati hutan yang sudah diberikan mantra ini, hatinya yang gelap tidak akan sanggup melewati hutan ini, atau dia akan mati'
"Kemampuan Force manapun tidak akan berfungsi bila berada didalam hutan ini. Dan merasa takut sedikit saja hutan ini langsung menunjukkan kekuatannya. Maka dari itu tadi kau bilang kau mengalami halusinasi luar biasa dan termasuk kategori gagal melintasi hutan ini" Jelas Jungkook panjang lebar, suaranya sarat akan kebijaksanaan walau wajanya kekanak-kanakan.
Chanyeol rasa ia tak ingin tahu lebih lanjut seberapa besar peluang mereka keluar dari hutan ini dengan membuang rasa takut.
Jungkook memegang bahu Chanyeol. "Banyak yang harus kita lakukan, Nak. Apa pun keputusan Irene, sungguh tolol bila kita tidak bertindak segera. Ayo kita pulang dan mulai bekerja."
Kai yang mendengar Jungkook memanggil Chanyeol dengan kata 'Nak' membuatnya mengernyit karena terdengar aneh dikupingnya. Bukankah kelihatannya Jungkook seperti bocah berumur 17 tahun, hanya saja tubuhnya kekar.
"Ayo! Kita harus pergi dengan kecepatan penuh, dan Chanyeol, Kau naik kuda bersamaku" Jungkook memerintahkan sambil lompat menaiki kuda.
Chanyeol mengangguk dan dengan perasaan gelisah ia menaiki kuda dan duduk di pelana dibantu Jungkook. Hal sekecil itupun tidak luput dari pandangan Kris, Kris selalu protektif apabila Chanyeol berinteraksi dengan Force lain diluar penghuni reservasi.
Forces lain yang menunggu dengan gelisah, terkejut melihat mereka kembali sangat cepat sebelum matahari muncul dan mendapati Chanyeol babak belur.
Semua langsung bereaksi melihat tubuh Chanyeol yang penuh luka, dan langsung diobati oleh Lay.
Setelah misi mereka berhasil. Mereka pamitan pada kedua pasangan suami istri yang juga teman lama Jungkook, dan Kris tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada mereka berdua. Dan dengan jantan Chanyeol meminta maaf dan memilih melupakkan semua makiannya terhadap Kris di hutan tadi.