Chereads / The 13th Fates / Chapter 48 - 48. TACTICS AND SIMULATIONS

Chapter 48 - 48. TACTICS AND SIMULATIONS

Sekarang Amber lah satu-satunya yang butuh ditenangkan. Perasaan Chanyeol sendiri baik-baik saja sekarang, begitu juga dengan Kai, seluruh Forces baik-baik saja dan merasa percaya diri akan memenangkan pertempuran nanti.

Mereka semua sudah berusaha keras meyakinkan Amber; Kris mengelus-elus kepalanya waktu ia pergi untuk survey tempat yang kemungkinan akan dilalui Irene, ditemani Kai, Jungkook, Kyungsoo dan Baekhyun. Luhan pun selalu memandangnya dengan sikap penuh makna sampai gelombang damai dari tatapannya menenangkannya. Chanyeol berkali-kali mengecupnya dan berjanji semua pasti beres.

Solusi dan strategi jitu yang digambarkan membuat semua rileks, malah nyaris seperti euforia setelah berhari-hari terimpit stres. Keraguan itu telah digantikan dengan perasaan percaya diri.

Amber menguatkan diri untuk melontarkan tuntutan."So what should i do, then?"

"Aku ingin kau aman, kita merencanakan sesuatu untuk keamananmu, aku hanya ingin kau jauh-jauh dari sini, dari pertarungan ini,"

"Chanyeol, aku tidak bisa berdiam diri, sedangkan kau mengambil resiko untuk bertarung." sambarnya, menjelaskan reaksi kekhawatirannya.

"Amber. Percayalah padaku untuk yang satu ini-tak satu pun yang perlu kau kawatirkan selain dirimu sendiri. Kau hanya terlalu tegang, itu saja. Jangan ditambah lagi dengan kekhawatiran yang tidak penting ini. Dengarkan aku!" perintahnya, karena Amber telah memalingkan wajah. "Kami kuat. Ketakutanku satu-satunya adalah dirimu sendiri."

"Chanyeol__jangan membuang waktumu untuk mengkhawatirkan aku. Satu-satunya yang harus kau pikirkan adalah menjaga dirimu sendiri tetap aman dan_kumohon, kumohon usahakanlah jangan sampai kau terluka, aku tidak mau kau terluka. Kau sudah merasakannya sendiri, bagaiman dia membuatmu babak belur dan tega menelantarkanmu"

"Aku akan berusaha," ujarnya dengan secercah nada percaya diri dalam suaranya. Tatapannya dengan cepat menyentuh hati Amber.

"Hei, bolehkah aku ikut melihat proses latihan kalian?"

"Amber, kau pasti lelah, kau harus tidur." Bisiknya sambil membelai lembut pipi Amber.

"Aku tidak bisa tidur, memangnya kalian akan berlatih seperti apa?"

Kening Chanyeol berkerut khawatir "Kami hanya akan bereksperimen dengan kemampuan kami, mengkoordinasikan kemampuan ku dengan yang lain agar kami semua bisa bekerja sama. Aku tidak mau kau syok melihat sesuatu yang tidak seharusnya kau lihat"

Mendengar alasan itu Amber malah semakin ingin ikut melihat sesi latihan.

"Sudahlah Amber, aku mau kau tidur, aku akan menemanimu sampai tertidur?" Chanyeol menyelimuti Amber lebih rapat, kemudian mendekapnya lebih erat, Amber bergelung rapat-rapat ke dadanya yang hangat dibalik sweater tebalnya.

"Kau yakin semua akan berjalan lancar?" untuk ke lima kalinya Amber lontarkan pertanyaan itu.

"Aku sudah katakan padamu. Itu pasti. Kami pasti berhasil mengalahkannya, aku bahkan bisa merasakannya,"

Amber mengangguk, seperti diyakinkan kembali, sementara Chanyeol melanjutkan analisisnya.

"Aku malah memprediksi jangan-jangan malah ada beberapa diantara kami yang duduk santai" ujarnya berusaha memancarkan perasaan lega sambil menyunggingkan senyum favorit Amber, tapi kesannya lain. Matanya tidak memancarkan senyum itu.

"Benar-benar mudah menurut kalian?" gumam Amber datar di dada Chanyeol.

"Ssst," Chanyeol membelai pipi Amber "Kita lihat saja nanti. Sekarang tidurlah"

Chanyeol mulai berpikir bahwa hidupnya dipenuhi kesialan.

Orang-orang, well Forces dan Amber maksudku orang-orang yang kusayang terancam terluka karena aku. Kalau saja kesialan tidak menimpaku. Saat ini rasanya aku kepingin berteriak sekeras-kerasnya hingga terdengan ke telinga Irene : Akulah yang kau inginkan, disini, hanya aku, aku akan melawanmu sendiri.

Pikiran itu membuat suhu tubuhnya naik beberapa derajat, tapi panasnya masih bisa di tolelir untuk Amber yang masih dapat bergelung dengan nyaman dipelukannya.

Amber tidak kunjung tidur padahal nyaris lewat tengah malam. Menit demi menit berganti jam dan mengejutkan Chanyeol. Ia mengira Amber sudah tertidur karena nafasnya yang teratur tapi ia masih tetap terjaga, tatapannya tegang seperti fokus terhadap pikiran sendiri.

"Kau ini,"

"Kan sudah aku bilang aku tidak mengantuk,"

"Ya sudah."

Semua sudah menunggu di sebuah ruangan yang luasnya sebesar lapangan bola, ruang simulasi. Bagi Amber, ini pertama kalinya dia memasukki ruangan itu. Rumah ini benar-benar tidak bisa diperkirakan luasnya, atau jangan-jangan ada jalan tersembunyi menuju kota di bawah tanah rumah ini.

Semua yang ditugaskan menyurvei kawasan eksekusi sudah kembali. Meraka tampak tenang, hanya sedikit ketegangan.

Atmosfer terasa lebih positif sekarang daripada sebelumnya; mereka dengan senang hati melakukan sesuatu. Mereka juga menggantungkan harapan pada instruksi yang diberikan Jungkook, Chen dan Kris.

Mereka mengobrol dengan santai bertanya dan berkonsultasi tentang teknik-teknik tertentu. Sesekali terdengar suara tawa Baekhyun yang bergema di ruangan itu. Beberapa sedang meregangkan lengan-lengan mereka seperti melakukan pemanasan sebelum berolahraga. Chen, Kris dan Jungkook masih berdiskusi dengan serius.

Kris yang menjadi tuan rumah, sangat murah hati kepada Jungkook dengan mengizinkannya mengutak atik atau mengambil kendali pada sistem simulasi walau tetap dalam awasan Kris. Namun sepertinya, Jungkook tidak merasa demikian, bahasa tubuhnya mengatakan segala sesuatu yang membuatnya merasa sangat tidak nyaman berada disekitar Kris.

Chanyeol menyuruh Amber untuk menunggu disebuah ruangan luas, menyerupai ruang monitoring di pinggir lapangan, serba putih yang dibatasi dengan dinding elektromagnetik.

"Kau tunggu disini, dan jangan terlalu dekat dengan dinding itu" Chanyeol menunjuk sesuatu yang tidak Amber mengerti-sesuatu yang tampak tidak bersekat- membuat Amber bingung. Amber mengangguk pura-pura mengerti, mematuhinya.

Chanyeol menekan beberapa kombinasi angka di mesin lock, pintu besi tebal terbuka tanpa suara dan ia masuk ke dalam.

Kai melambaikan tangan ke arah Amber dengan senyum mengembang di wajahnya, bahkan Kai tidak tegang sama sekali. Seperti ia habis diberikan strategi jitu yang akan sangat menguntungkannya

"Hai, Amber," Sapa Baekhyun ketika memasuki ruang monitoring dan duduk disamping Amber "Kau mau ikut latihan juga?" tanyanya sambil menenggak air meneral dari botol yang tersedia di meja marmer putih di sebelah pintu masuk.

Amber mengerang. "Yang benar saja. Aku hanya ingin melihat sesi latihan kalian, aku tidak bisa tidur."

"Tapi kau lebih terlihat seperti pemain cadangan," ledek Baekhyun hingga membuat Amber terkekeh.

"Menurutmu, kalian akan berhasil?" lagi-lagi Amber melontarkan pertanyaan itu, ia masih tidak percaya dengan ketenangan para Force yang seperti topeng untuknya.

"Tentu, aku yakin sekali. Pihak kita memiliki kelebihan dalam hal keahlian, pengalaman, latihan dan unsur kejutan. Jungkook benar-benar genius sampai membuat Kris terpana sekaligus iri,"

"Iri? Menurutmu begitu?"

"Ya, kadang Kris seperti buku baru yang masih terbungkus, baru melihat potongan ceritanya kita sudah bisa memperkirakannya," bisik Baekhyun dan Amber mengangguk menyetujui.

"Lalu kau diposisikan sebagai apa?" tanyanya penasaran seperti mengharapakan jawaban dari kawan pada soal ulangan.

"Peranku akan sangat penting untuk melihat kedatangan Irene dari jarak sangat jauh. Aku dan Luhan ditugaskan sebagai pengawas. Luhan mengawasi pikirannya dan aku mengawasi setiap jengkal gerakannya" jelas Baekhyun.

"Kau dapat melihat jarak jauh?"

"Ya, Aku memiliki supersense tau"

"Aku pikir kau hanya bisa mengeluarkan kemampuan sinarmu, seperti Iron Man"

"Kemampuan ke dua harus disembunyikan, bukan?" bisik Baekhyun sambil mengedipakan sebelah matanya penuh canda.

"Wow, bagaimana cara kerjanya?" tanya Amber semangat. Ia berantisipasi melihat cara kerja Second Generate teman SMA-nya itu.

"Aku bisa melihat dan mendengar tujuh kali dari telinga manusia. Segala yang aku lihat lebih terang dan jelas," Baekhyun menunjuk lampu putih terang dirangka atap kubah. "aku bisa melihat dengan jelas partikel-partikel berkilauan pada lampu itu"

"Benarkah?" tanya Amber takjub.

"Aku bisa melihat setiap warna pelangi di cahaya pada lampu itu, di bagian spektrum paling ujung, warna kedelapan yang__aku kurang tahu warna apa itu, sepertinya maroon, tapi lebih gelap."

Amber ikut memperhatikan lampu-lampu itu dengan memicingkan mata karena silau. Bahkan ia sendiri tidak pernah menangkap cahaya putih pada bohlam, yang ternyata memiliki delapan cahaya spektrum elektromagnetik seperti spektrum pada Televisi. Bukan tujuh. Bukti pengelihatan Baekhyun jelas mengalahkan teori para ilmuan terkenal.

"Kau melihatnya?"

"Kau, bercanda ya" Amber menyikut tangan Baekhyun karena terus meledeknya.

"Coba lihat itu?" Baek menunjuk ke arah sesuatu yang membingungkan Amber lagi__ia menunjuk ke arah yang tadi Chanyeol tuju.

"Kau menunjuk apa sih?"

Baekhyun mengarahkan kepala Amber dengan mendorong pelan pipinya ke kiri. Amber melihat ada selaput tipis berkilauan melindungi dinding itu.

"Seperti kaca." Terka Amber.

"Medan energi, untuk memisahkan ruangan ini dengan ruangan di dalam. Chen yang membuatnya sebagai perlindungan"

"Wow, lalu apa lagi yang kau lihat?"

"Aku bisa melihat rangka baja di sebelah kanan pada lampu itu, aku bisa melihat lapisan cat yang tidak merata disana. Aku bisa melihat sepatu yang dikenakan Luhan terdapat serabut kayu di tali sepatunya."

Kini mata Baekhyun beralih ke tubuh Amber, seketika Amber bingung dan canggung dengan arah mata yang Baekhyun tuju.

"Aku bisa melihat partikel-partikel debu dan benang dalam detail mikroskopik yang terlepas mengepul di udara ketika kau bergerak,

"Bahkan sisi-sisi yang tak tersentuh cahaya, pada sisi-sisi gelap, aku masih bisa melihatnya dengan jelas. Debu-debu itu berputar seperti planet-planet kecil, bergerak mengelilingi satu sama lain seperti menari." Baekhyun menengadahkan tangannya ke atas, menggerak-gerakan jemarinya seperti sedang menyentuh pada kain sutra.

Kini Baekhyun memejamkan mata "Aku bisa mendengar udara bersiul memasuki kerongkonganmu ketika kau menarik nafas, suara seseorang sedang menyalakan gergaji mesin dan ikan yang melompat berkecipak di luar sana"

"Wow! Itu luar biasa, Baek. Tapi, apa ini semua tidak mengganggumu?"

"Awalnya begitu, sekarang aku kalau tidur harus menyumpal kupingku. Masih terdengar sih, walau samar, seperti suara dari dalam studio musik berdinding beton,

"Tapi kemampuan supersense-ku digunakan bila dibutuhkan saja, tidak seperti kemampuan telepati Luhan yang bekerja tanpa dikendalikan, spontanitas. Kemampuan melihat ku juga lebih baik dari kemampuan mendengarku. Aku tidak tau kenapa, Kris masih meneliti tentang itu."

"Berapa jarak terjauh pandanganmu?"

"Seratus tiga puluh kilometer"

"Oh!san fran tastic!"

"Probably the best i know. Itu jarak terjauh yang pernah dieksperimenkan. Kalau aku lebih menajamkan pengelihatanku aku bisa melihat sampai kerusakan pada satelit yang melintas. Bahkan Kris bilang kalau aku sering berlatih aku bisa melihat sampai keluar galaksi yang kedengaranya tidak mungkin"

"Keren! Berarti, pengelihatanmu bisa disamakan dengan mikroskop dan teropong yang dimiliki NASA"

"Ya, aneh sekali bukan? Aku tidak pernah percaya yang seperti ini ada. Kehidupan normalku dulu tidak mempersiapkanku menerima hal-hal yang seperti ini, kecuali dalam film.

"Awalnya aku kesulitan meyakinkan diriku bahwa bakat ini eksis di dunia nyata dan mengendap di dalam ragaku sejak aku bayi. Menunggu sampai mengalami klaim ability side. Bahkan sampai detik ini aku masih berpikir aku belum terbangun dari tidurku, melihat keajaiban disekitarku dan hal-hal tidak waras lainnya" terangnya.

Baekhyun menyunggingkan senyum memesona. Ia tampak sangat santai. Sama seperti Baekhyun yang dulu Amber kenal. Tubuhnya juga tidak penah berubah setelah empat tahun terakhir dinyatakan hilang. Tubungnya ramping dan memiliki karakteristik feminin sekaligus maskulin. Tapi wajahnya terlalu cantik untuk ukuran laki-laki.

"Apa lagi aku, Baek. Aku seperti menyaksikan tayangan 4 dimensi pada sebuah film fantasi dengan studio canggih yang memiliki beratu-ratus efek visual, mungkin buatan Jepang" seru Amber mengajak bercanda.

Baekhyun terkekeh seperti kambing.

"Beruntung kemampuanku hanya ini dan dengan mudah terorganisir. Tapi aku prihatin dengan Chanyeol, bukankan sekarang dia berbeda tidak seperti zaman SMA dulu?"

"Yeah, He have got a little bit of a temper, now. But, it is what it is. Aku tidak akan protes. Aku akan terus mendukung pilihan hidupnya." gumamnya, suaranya pecah saat mengatakan kalimat terakhir.

"Ini bukan pilihan hidup. Tapi takdir yang memilihnya. Tapi aku bersyukur akhirnya kalian bertemu kembali dan kau memberikan efek baik untuk perkembangannya. Ternyata efek kembali dirimu sangat baik untuknya, aku bisa merasakan itu,

"Ia menjadi terkontrol, usahanya dalam mempertahankan diri berangsur-angsur membaik dan memberikan peningkatan yang segnifikan. Tak kusangka, ternyata sebaik ini dampak kembalinya kau untuknya. Sangat tidak terduga,

"Sungguh aku terkesan, dan berterima kasih padamu. Barangkali memang harus seperti ini jalannya. Mungkin cuma dirimu yang dapat menjinakan 'itu'' dalam dirinya"

Amber bisa mendengar tanda kutip dalam suara Baekhyun.

"Tapi aku agak kecewa mengatahui kau punya masalah cinta yang membingungkan antara kau dan Kai. Aku tidak ingin tau apalagi mencampuri urusanmu dengannya,

"Tapi aku minta lebih baik kau jangan pernah meninggalkan Chanyeol. Kau tidak tau betapa besar pengorbanannya agar ia bisa membuatmu aman. Selama ini ia meninggalkanmu bukannya untuk suatu yang tidak beralasan seperti yang dipikirkan Teleporter kesayanganmu itu,

"Justru, terkadang aku kasihan dengan Chanyeol, menyadari kau telah membagi cintanya dengan Kai,"

"Maaf Baekhyun aku memotong pembicaraanmu," Amber buru-buru menyergah ketika menyadari Baekhyun lebih dulu mengetahuinya "aku tidak pernah memberitahu soal ini padanya, maksudku belum."

"Aku mendengar pembicaraanmu dengan Kai tadi pagi."

"Kau samanya dengan Luhan, tukang nguping" desah Amber menyerah.

"Ya, walau begitu Chanyeol tidak pernah mengeluhkan soal kedekatanmu dengan Kai. Tapi aku sebagai sahabatnya, cukup mengerti bagaimana perasaanya. Lagi pula tanpa Chanyeol ceritapun aku sudah mendengar perbincangan mereka,"

"Woo..woo..woo.. Hold that thought!" sergah Amber "Chanyeol dan Kai berbincang-bincang?" gumam Amber.

Mulut Baekhyun terperangah, membentuk huruf O penuh.

"Oh. Oke. Aku rasa aku kelepasan, bye" Baekhyun buru-buru masuk kembali kelapangan meninggalkan Amber yang penuh tanya.

"Baek... "

Ternyata ada sesuatu yang Amber tidak ketahui. Atau mungkinkah sesuatu yang Chanyeol dan Kai sembunyikan dan tidak mau Amber ketahui. Sesuatu yang penting, mereka pernah gencatan senjata? Tapi apa yang mereka bicarakan. Mungkin Amber akan menanyakannya nanti. Secepatnya.

"Oke, sekarang kita harus membuat strategi lain," seru Jungkook, menghentikan perhatian para Force yang sedang mengisi selingan.

"Bagaimanapun, plot yang Irene susun untuk prajuritnya tidak begitu membahayakan dimata kami. Mungkin saja dia hanya duduk berpangku tangan dan membiarkan para prajuritnya menyerang kami karena ia tidak dapat menembus perisaiku. Atau kemungkinan lain," sambung Jungkook, memikirkannya secara mendetail.

"Aku berani bertaruh dia tidak memfokuskan diri pada kemenangan. Pasti. Karena rencana utamanya pasti mengancurkan Force yang melindungi Chanyeol, melumpuhkan Force inti adalah tujuan utamanya menurutku,

"Dia pasti akan menyerangku bila mana mungkin ketika dia sudah sangat terdesak, kedua pasti Luhan karena Irene tidak dapat terus menerus menahan pikirannya dari Luhan. Ketiga Kyungsoo karena dia paling kuat di kelompok ini dan prajurit Irene akan menyibukkanya,

"Tapi kemungkinan itu kecil bila pada akhirnya dia melihatku" Jungkook mendadak matanya tidak fokus, nyaris melamun memikirkan hal lain mengenai__ kemungkinan akan berduel langsung dengan Irene, yang terasa seperti Dejavu untuknya.

Kris menerawang lama sekali, kemudian tiba-tiba tersenyum pada Jungkook. "Jelas mungkin saja itu terjadi."

Jungkook tergugah dari lamunannya.

"Bagaimana kalau sesuatu berjalan tidak semestinya? Dan bila itu terjadi, maka dari itu kita harus bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan sampai kita tau hasilnya nanti. Tapi aku akui, kau sangat cerdik sekali Jungkook dan kau mengajarkan Forces muda untuk membantai dengan tak berperasaan. Sungguh mengesankan." Imbuhnya.

"Ini bedanya Kau denganku Kris, aku selalu ikut serta dalam peperangan dan tidak pernah meninggalakan prajuritku di medan perang. Mungkin kau sudah terlalu lama dan terlena di anak emaskan oleh Klan lamamu" Kali ini Jungkook membelot karena pernyataan Kris yang tidak bergagasan.

"Klan Scorpion selalu memandang segala sesuatu dari prespektif keprajuritan, seperti militer. Kami selalu melihat dari berbagai opsi, itu namanya teliti, bukan tidak berperasaan." dengan tenang Chen membela Jungkook

Forces lain saling melirik satu sama lain melihat perseteruan opini mereka.

Begitu banyak yang bisa dirasakan sekarang. Semua Force menyadari Kris yang saat ini tidak memiliki antusiasme seperti Jungkook dalam mengoleksi sejarah dan tidak begitu rela Jungkook mementori semua Forces.

Terlihat jelas diwajahnya bahwa ia berusaha memberikan toleransi dan kesempatannya pada Jungkook untuk mengulik. Sementara itu Jungkook dengan antusias menambahkan bab baru pada Chanyeol yang siap membuat semua Forces terperangah oleh kemungkinan kemampuan yang ia miliki.

Lagipula Jungkook datang hanya untuk balas dendam dan membantu atas nama kedamaian, bukan berusaha merenggut suatu kekuasaan yang sepertinya Kris khawatirkan, yang kelihatannya Kris menyembunyikannya dengan sempurna.

Kedatangan Jungkook jelas membantu, lihatlah apa yang mereka dapatkan? Pengetahuan baru tentang diri mereka, kemungkinan-kemungkinan yang bisa mereka lakukan. Jungkook memang tidak sehebat Chen dalam bertarung begitu juga dengan Kris, namun mereka ahli dalam menyusun strategi, sutradara dalam skenarion pertarungan.

Namun Jungkook memiliki lebih banyak pengamatan yang sangat luas dilapangan ketika melihat pertarungan dan sejarah perang Athanatoi terdahulu. Karena dia perwakilan Jenderal dari Klan Scorpion. Keahliannya dalam menciptakan strategi pun sungguh brilian, melebihi Kris. Jungkook bisa dibilang ia maniak sejarah, ia mudah kagum pada sesuatu dan mempelajarinya seperti Chen. Sungguh khas Klan Scorpion.

"Aku akan mengajari kalian bagaimana bertempur melawan strategi Irene, bagaimana mengalahkan dan mendobrak pertahanannya. Aku yakin kalian bisa mengaplikasikannya dengan kemampuan dan gaya kalian sendiri yang sudah kita pelajari tadi."

Jungkook melambaikan tangan menyuruh Kyungsoo maju. "Oke, Kyungsoo kemari."

Jungkook menyentakkan tangannya ke Kyungsoo sebelum menjelaskan "Dia sebagai contoh terbaik menjadi prajurit, karena ia kuat, karakternya sama seperti prajurit yang dimiliki Irene. Maksudku adalah Kyungsoo sangat mengandalakan kekuatan dari pada kecepatan. Dia sangat terang-terangan dalam menyerang, mereka tidak akan melakukan dengan halus, mereka pasti akan menyerang terlebih dahulu sesuai perintah Irene"

Kyungsoo nyengir "Kali ini akan kucoba untuk tidak mematahkan apapun"

"Oke. Sekarang, coba serang aku!" perintah Jungkook sambil mundur beberapa langkah, tubuhnya mengejang siap menerima serangan. Semua mundur memberikan ruang lebih.

Kyungsoo menyerang seperti singa.

Menakjubkan ternyata Jungkook ahli dalam menghindari serangan, walau tidak setangkas Sehun. Tapi untuk ukuran seseorang yang tidak pandai bertempur bisa dibilang ia hebat, mungkin karena dibekali pengetahuan bagaimana cara menghindari serangan dengan baik.

Setiap kali tangan Kyungsoo ingin meraihnya, Jungkook dengan tangkas berguling, jungkir balik, melompat, sliding menghindari Kyungsoo.

Wajah mereka sangat serius. Seluruh Forces menyimak, mata mereka terpaku pada teknik pertarungan itu. Lalu dengan cepat Jungkook menyergap tangannya, menyerang Kyungsoo dari belakang dan menjatuhkannya.

Terdengar gumaman kagum dari Forces yang menonton. Kyungsoo kesal, ia memaki Jungkook, Jungkook membalasnya dengan senyuman, memamerkan gigi kelincinya.

Selanjutnya ia menunjuk Xiumin, kemudian Chanyeol, Suho, dan Kyungsoo lagi.

"Kalian mengerti kan maksudku melakukan seperti ini...." Sesekali Jungkook memberikan instruksi, mencontohkannya

"Ya benar seperti itu..." Jungkook membesarkan hati

"Yang penting konsentrasi pada setiap sisi. Gunakan insting kalian dimana terget berada... Jangan berhenti, terus bergerak.. Silahkan bila kalian ingin mengobservasi lagi"

Upaya beberapa Force baru seperti Kai, Chanyeol, Kyungsoo dan Baekyun belajar bertempur tidak berjalan dengan baik. Kyungsoo yang notabene kekuatannya diatas Jungkook, bahkan berhasil dijatuhkannya hanya dalam tujuh detik.

Chanyeol butuh waktu untuk dirinya sendiri untuk bertempur dengan tangan kosong__tanpa kemampuan. Perlu diakui Chanyeol tidak pernah berkelahi, hanya samsak sebagai targetnya. Walau dia tidak pandai berkelahi seperti Kai, tapi Jungkook mengatakan bahwa pukalan Chanyeol sangat keras.

Bahkan Xiumin walau tubuhnya kecil tapi dia mantan petinju amatir dulunya, dan jelas dia ahli dalam pertahanan diri.

Semua Force harus ikut dalam uji coba pelatihan tanpa kemampuan, dan Jungkook dengan sangat bersedia membantu Kris. Walaupun caranya mengajar seperti terkontaminasi oleh sesuatu. Jungkook menyerang Kris dengan taraf yang mungkin dapat melukainya parah.

Setelah Force sudah megetahui pengetahuan dasar pelatihan tanpa kemampuan. Kini mereka diberi arahan sedikit tentang menyerang dengan menggunakan kemampuan mereka. Banyak sekali yang harus dipelajari, baik secara fisik maupun mental, padahal waktunya sangat singkat.

"Oke Lay, sekarang nyalakan simulatornya" perintah Jungkook sambil memberikan kode dengan melambaikan tangan ke arah ruang kontrol. Lay yang mengambil alih sebagai operator menyalakan program simulator.