Chereads / The 13th Fates / Chapter 47 - 47. DEFENSE PLAN

Chapter 47 - 47. DEFENSE PLAN

Sesampainya di reservasi. Chanyeol segera berlari disekitar ruangan lantai bawah mencari Amber dengan memanggil-manggil namanya dengan tidak sabar.

Mendengar suara kekasihnya yang kembali, Amber langsung berlari dengan langkah panjang-panjang menghampirinya.

"Chanyeol!"

Amber menubruk tubuhnya begitu keras hingga kekuatannya pasti akan membuat mereka tersungkur ke lantai seandainya kedua lengan Chanyeol tidak menangkap dan memeganginya. Benturan itu membuat napasnya tersentak keluar.

Tangan Chanyeol membelai lembut rambutnya. Detik itu juga Amber merasa damai. Ia merasakan jantungnya berpacu kencang saking bahagianya, darah mendesir panas dan cepat mengisi pembuluh darahnya lagi.

Chanyeol melepaskan pelukannya duluan untuk membelai dan merengkuh pipi Amber. Lalu bibir mereka saling bersentuhan dengan semangat; namun tetap lembut dan mesra.

Pertahanan diri Amber langsung ambruk begitu bibir mereka bertemu. Ia langsung melupakan ada berapa Force yang melihat di ruangan itu; yang ia ingat hanyalah bahwa cintanya kembali dan ia baik-baik saja dan ia tidak bisa melihat, mendengar atau merasakan hal lain selain Chanyeol. Lagi pula Amber pikir Chanyeol yang memulai menciumnya, dan lebih baik Chanyeol pula yang harus mengakhirinya.

Chanyeol terus mengecupnya dengan gairah yang bisa menimbulkan kebakaran hebat di rumah. Amber pun tidak peduli kalau ciuman ini akan menghancurkannya, membakar habis tubuhnya.

Bibir mereka terpisah sejenak beberapa detik, dan kini bibirnya meluncur menelusuri garis rahangnya, kemudian menjelajahi leher hingga belakang telinganya. Ia menyelipkan seberkas rambut Amber ke sela daun telinganya. Membisikkan nama dikupingnya.

"Amber." Hanya itu yang ia bisikkan.

Amber menggelinjang saat merasakan hembusan panas menerpa daun telinganya. Amber semakin menggelayut mesra padanya, tak memedulikan decakan dan dehaman Forces. Bahkan Kai pun berusaha mengabaikan mereka dengan menatap ke ruangan lain.

Chanyeol menarik wajahnya, menatap Amber penuh cinta dan membelai bibir bawah Amber dengan ujung-ujung ibu jarinya yang panas.

Luhan melihat Amber dan Chanyeol mulai lupa dengan sekitarnya, lagi-lagi sedang tenggelam dalam dunia mereka sendiri, saling memandang dengan tatapan mesra-Luhan agak risih melihatnya, mendengar pikiran mereka berdua. Luhan cukup bisa menilai dan menyadari bagaimana sangat besar cinta mereka. Sulit rasanya menelan aura cinta dan kebahagiaan yang melingkupi mereka dalam dosis begitu besar.

Sementara itu Sehun yang notaben tidak peduli dengan kisah Amber dan Chanyeol sampai berusaha keras mengabaikan mereka, apapun itu, semua hal selalu membuat suasana hatinya tidak baik.

Sehun melenggang mendekati Jungkook sambil menyimpan senyuman liciknya.

"General Jungkook?" Sehun membuka suara, reaksi Jungkook bahkan seperti yang diperkirakan, dia terkejut Sehun mengajaknya berbicara. "aku dengar kau keturunan Black Witch juga ya? Aku pernah mendengar kisah silsilah keluarga tidak lazim berhasil menjadi salah satu Jenderal perang untuk Klan Scorpion. Hasil persilangan tidak lazim seharusnya tidak boleh menjadi Jenderal, bukan?" Sehun berpangku tangan sambil menyeringai menatap Jungkook

Jungkook mendengus keras tanpa merubah posisinya berdiri, namun terlihat dengan jelas Jungkook tidak nyaman dengan pertanyaan yang Sehun lontarkan "Tidakkah kau bisa menarik kesimpulan, bahwa itu tandanya aku orang yang terpilih? Lalu apa urusanmu?"

"Berarti benar ya, bahwa kau ini terlahir dari orangtua penyihir dan bermimpi bahwa anaknya berprestasi di Klan-nya dan menjadi Jenderal"

Jungkook berpaling menghadap Sehun, menatapnya garang. "Apa tujuanmu mengatakan itu hah? Agar aku membencimu juga? Selamat, karena itu berhasil"

"Dude, kau terlalu mengambil hati"

Secara tampang Jungkook memang tidak menggetarkan untuk diusik. Apabila Jungkook menjadi teman satu tongkorang, kau tidak akan menyadari bahwa dia tidak segan - segan membelah tubuhmu menjadi dua, menusuk tengkorakmu hingga tembus ke otak, secara harfiah dia mematikan walau dengan tampang begitu. Seperti Sehun, dia belum tahu betul bahwa Jungkook adalah salah satu Force mematikan dari Klan Scorpion.

"Apakah kau diciptakan untuk memporakpondakan segalanya atau memang Second Generate-mu menjadi pengacau atau ahlinya pembuat jengkel" Jungkook menatap Sehun sinis. Wajah kekanak-kanakannya pun lenyap.

Sedangkan Sehun memutar bola matanya, seperti biasa dia jengah dengan tanggapan orang-orang tentangnya.

"Oh, aku tau siapa kau" Jungkook memberikan tatapan meremehkan.

"Tau apa kau tentang aku?" tantang Sehun.

"Aku tahu segalanya tentang kau!" Ketika Jungkook mulai menjelaskan dengan lantang, beberapa Force mengalihkan perhatiannya ke mereka yang sedang berselisih, hingga memisahkan keintiman Chanyeol dan Amber.

"Mungkin ucapanmu terdengar seperti orang sombong dan bengis padahal kau yang paling penakut. Semua ucapan busukmu yang terlontar hanya agar kau bisa mengucilkan semua orang dan mengingatkanmu betapa kesepiannya dirimu,"

Sehun mulai meradang dengan ucapan Jungkook yang mulai merendahkannya.

"Karena sebelum kau di pungut oleh Kris, kau selalu bertemu dengan orang - orang yang tidak memperdulikanmu. Bahkan orangtuamu sendiri menjualmu, ketika kau masih sangat kecil untuk diperbudakan. Kau lihat, orangtuamu saja tidak menginginkanmu dan berusaha menyingkirkanmu"

"Diam kau, Jenderal sialan!" rengek Sehun kesal sambil mempersiapkan serangan badai dari kekuatan pikirannya.

"Kalian berdua hentikan!" Pekik Kris melerai mereka "Kalian baru saja bertemu dan sekarang kalian mau saling melukai"

"Coba kau ajarkan Air Bender ini tata krama dan sopan santun" keluh Jungkook masih dengan tatapan sinisnya.

"Yah, begitulah Sehun, awal ku bertemu denganmu, memang, kau luar biasa tampan, tapi sisi dalammu sungguh jelek dan sangat busuk," Kali ini Baekhyun melontarkan keluhannya "itulah mengapa tidak ada seorangpun yang betah berteman denganmu, karena selalu kata - kata pedas yang keluar dari mulutmu sampai menyakiti perasaan orang - orang disekitarmu"

"Dengar, kita adalah orang - orang yang telah kehilangan sesuatu atau banyak hal, rumah, keluarga, kehidupan normal," Suho berusaha menengahkan persitegangan yang menurutnya tidak perlu terjadi pada saat keadaan seperti ini. "dan sekarang, bukankan kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar? Menghentikan penjahat terbesar di bumi saat ini, walau awalnya aku pikir ini adalah hal yang mustahil yang akan aku kerjakan"

Beberapa saat Amber mencerna ucapan Suho cepat-cepat, sekonyong-konyong wajah Amber langsung menunjukkan ekspresi mengerti. "Irene?" bisik Amber

"Ya Amber, dia akan kemari, dia akan mendatangi kami dengan membawa pasukan dan mengerahkan segala cara untuk menghancurkan kami" jelas Kris.

Kris menghampiri Sehun dan mengusap-usap pundaknya untuk terakhir kalinya. "Sehun, aku mengerti kau begini untuk mendinginkan perasaan panikmu. Tapi kita tidak bisa tinggal diam atau berkelut dengan permasalahan masing-masing dan menonton penjahat terbesar di bumi ini menghabisi nyawa miliaran orang yang tak berdosa,"

Amber mencerna infomasi itu sebentar, mendadak otaknya tumpul untuk mencerna kata-kata Kris. Luhan menelengkan kepalanya sambil membaca pikiran Amber yang kusut.

"Kita harus bergerak cepat, sebelum ia datang" suara Chen membuyarkan konsentrasi mereka.

Kris menelaah sebentar kemudian mengambil keputusan. "Kita tidak memiliki pilihan lain. Keputusan sudah diambil. Kita harus melawannya apabila tidak bisa menahannya masuk"

Bisa Amber rasakan tubuh Chanyeol menamengi tubuhnya secara protektif, melindunginya ketika mendengar keputusan itu. Amber merasa darah surut dari wajahnya. Perutnya mulas. Tapi sebelum reaksi itu muncul, wajahnya tampak stres dan takut.

Amber terperanga mendengar kata bertarung. Tak bisa ia bayangkan seperti apa kengerian yang dibuat oleh The Blink Warlock yang sangat kuat dan berbahaya itu. Amber bisa merasakan ekspresi ngeri tergurat di wajahnya saat ini, begitupun dengan beberapa Forces yang mulai gentar. Mereka bergidik dan mulai bereaksi dengan keputusan yang diambil, bahkan tangan Sehun, Suho dan Baekhyun gemetar. Jungkook yang sudah mengenal Irene pun terpaku, dan mendadak memori itu muncul; masa-masa dimana keluarga yang dia miliki dibinasakan oleh Irene dengan cara keji.

Di sela-sela perasaanya yang mulai khawatir Luhan membaca setiap pergolakan emosi yang tersirat dikepala para Forces termasuk Amber.

"Kita tidak bisa membiarkan Irene dan pasukannya mendekati kota kami. Aku yakin Irene akan membawa kawanan dengan jumlah banyak, dan bila itu terjadi jelas kita kekurangan orang untuk melindungi kota" tukas Suho.

"Aku tau," sergah Xiumin. "Tapi tak penting di mana kita menghentikan mereka. Jumlah kita tetap tidak cukup. Tidak akan imbang, kita saja pasti kualahan melawan Irene seorang dengan serangan mantranya itu"

"Tapi dengan bakat luar biasa yang kami miliki, kami dapat menahannya sebelum sampai ke kota, aku yakin pertempuran akan imbang. Kita bersama-sama, ditambah Jungkook dengan Shieldnya pasti membuatnya kehilangan fokus" Kris menyanggah perkataan Suho dan Xiumin dengan suara datar.

Amber memikirkan sebuah pemikiran mengenai apa dampak terburuk yang akan ditimbulkan dari kedatangan Irene? Apa ia akan melibatkan warga sipil yang tidak bersalah dan Bapak Presiden terhormat? Hanya karena sebuah mitos belaka yang memunggungi dunia mereka hingga Suho mengatakan bahwa harus ada yang melindungi kota segala.

"Betul, lagipula prajurit Irene murni hanya mengandalakan kekuatan dan keterampilan berperang semata, persis prajurit Eropa. Aku yakin dia akan menciptakan prajurit Humanoid untuk mengalahkan kita, prajurit tanpa jiwa yang selalu mematuhi Tuan-nya. Ia pasti sangat serius soal ini dan akan mengerahkan semua prajurit yang ia miliki," Chen menjelaskan.

Bisa Amber tangkap rencana itu mulai terbentuk dalam pikiran Chen, sementara ia berbicara matanya liar menerawang, menatap semua Forces diruangan itu.

"Tunggu sebentar," sela Jungkook "Lebih baik kita berkoordinasi dengan Klan masing-masing dan minta bantuan beberapa kelompok Force di Rusia untuk menahannya disana."

Kris mengalihkan tatapannya yang mendadak dingin ke Jungkook.

"Tidak ada waktu untuk itu, Jungkook. Aku sendiri yang akan mengirimkan petisi ketika pertempuran sudah berakhir, lagi pula kami yakin bisa mengalahkannya dengan berdua belas."

Jungkook memandang Kris curiga.

"Ah, aku mengerti," Jungkook menyeringai "Supreme Leader pasti sangat tertarik dengan penjelasanmu nanti"

Kris berusaha keras untuk menahan ketidaknyamanannya atas kehadiran Jungkook. Sedangkan Luhan mengkeret mendengar pikiran Jungkook, karena apapun itu Jungkook pasti akan menyeret Kris ke enam petinggi klan dan Supreme Leader.

"Aku hanya berharap banyak soal pertempuran ini padamu, Jungkook, kuharap kita meraih kemenangan tanpa kehilangan seorang pun dari kami"

Jungkook hanya menatap Kris dengan tatapan tidak mengerti dan beralih menatap Luhan secara bergantian.

"Jangan khawatir Jungkook, aku akan melindungimu" tawar Chen. Jungkook hanya tersenyum simpul.

Bisa dirasakan dalam pembelaannya, Kris memang benar-benar terlalu mengandalkan kemampuan Shield Jungkook. Meskipun Kris belum tau kekurangan dari Shield milik Jungkook.

Apakah Kris tidak sadar bahwa setiap kemampuan pasti ada ketidaksempurnaan, kemampuan Force sama seperti sebuah sistem yang tidak pernah luput dari kecacatan. Apakah dia tidak sadar... atau bahkan tidak peduli?

"Jika tidak ada yang selamat? Siapa yang akan mengabarkannya?" Kali ini Baekhyun yang bertanya,

"Kalau Irene berhasil melumpuhkan kami semua, Klan kami tidak akan tinggal diam, pasti akan menyerang Irene habis-habisan" jawab Luhan

"Bila tidak ada yang selamat?'Aku tidak menyukai situasi itu. Ini gawat, ini benar-benar gawat." Suara di kepala Amber berkata berulang-ulang.

Amber langsung mengkeret lebih dekat pada Chanyeol. Karena rasa takut yang hampir membuatnya hancur berantakan. Amber sadar orang-orang yang berdiri disekitarnya saat ini. Orang-orang yang ia kasihi, Chanyeol, Kai dan para Forces terancam bahaya. Begitupun warga yang tidak tau apa-apa. Ingin rasanya Amber menghambur mengambil telepon, menelpon polisi dan tentara untuk mengirimkan sebatalion pasukan untuk mengevakuasi warga.

Amber pandangi wajah Force disekitarnya. Tak bisa Amber bayangkan wajah Baekyun, Luhan, Xiumin yang imut dan polos bagaikan anak malaikat, wajah ramah Kyungsoo, wajah datar dan tenang Sehun, wajah pembawa kedamaian Lay, Suho dan Chen, sosok luar biasa baik Kris, begitu juga sahabat yang ia cintai Kai dan calon pendampingnya Chanyeol dan juga si pendatang baru Jungkook yang lebih seperti anak - anak bertarung melawan kekejian di balik wajah Irene yang rupawan.

Mendadak Amber merasa mual dan mulas membayangkan kekejian Heechul dari cerita Kris waktu itu yang sekarang kekejian itu di wariskan ke istrinya. Lebih buruknya lagi Irene masih ngotot menginginkan jiwa Chayeol. Hasratnya untuk merenggut jiwa Chanyeol masih sangat besar, seperti predator yang haus darah.

Suho menahan emosinya. "Tidakkah semua sudah terlambat, ketika kita semua mati dan menunggu inisiatif salah satu saksi menemukan kita."

"Tenang Suho, kita pasti berhasil melumpuhkannya sebelum ia masuk ke negara ini, terlebih media teleport yang dia miliki tidak dapat berteleportasi dengan masa besar. Kita masih bisa menahannya memasukki kawasan perbatasan." sergah Kris kasar namun suaranya terdengar serapuh krikil.

"Dimana kita akan memilih tempat eksekusi?" tanya Chen.

"Kira-kira empat puluh lima kilometer sebelah Utara, dia akan datang dari bagian Timur Cina, lewat Mongolia. Kecil kemungkinan ia datang dari semenanjung Utara karena tidak mungkin ia mau berurusan dengan kelompok Forces di Rusia, karena itu akan menghambatnya dan ia akan kehilangan banyak prajurit disana." Kris menejelaskan dengan percaya diri sambil menunjuk negara-negara pada bola dunia yang terletak di meja itu.

"Bila dia datang dari arah semenanjung Barat Laut bagian Korea Utara, itu sangat strategis untuk tempat pertahanan kita. Di daerah itu terdapat banyak bukit dan pepohonan yang jarang terjamah oleh manusia" jelas Suho yang menguasai kawasan semenanjung Korea.

Dengan cepat Kris mengambil peta di ruang kerjanya. Ia menyingkirkan bola dunia di meja walnut besar dan membuka lipatan map itu.

"Ini," Suho menunjuk ke bagian paling hijau nyaris pada garis-garis putus yang menandakan perbatasan ke dua negara pada peta itu. "Di bagian barat laut terdapat sembilan pangkalan pertahanan Korea Utara, aku tidak yakin ia akan melawati rute-rute barikade ini. Kemungkinan besar ia akan mengambil rute ini, disamping sungai Pyongnan; sungai-sungai dangkal dan terdapat banyak jurang"

"Ya, Aku yakin ia akan melawati rute itu, ia pasti tidak ingin terlalu mencolok." tukas Jungkook penuh semangat menyetujui tempat eksekusi yang akan diambil.

"Kapan?" bisik Xiumin.

"Aku perkirakan Irene akan datang sebelum Gerhana pertama, tepat sebelum jam 12 siang di Norwegia ia akan menjalankan misi secepatnya, aku pastikan sekitar pukul delapan pagi ia akan sampai di bagian perbatasan Utara dan Barat Laut," Kris mengetuk-ngetuk bibirnya dengan telunjuk ketika berpikir secara rasional tentang kemungkinan-kemungkinan dan peluang yang bisa mereka dapatkan untuk melumpuhkan Irene.

"Sekarang tergantung pada ketepatan waktu. Aku tidak bisa melihatnya sampai ia memasuki kawasan Asia timur. Aku baru bisa merasakannya ketika ia sudah memasuki daerah Asia Timur. Dan aku yakin ia pasti melewati Negara bagian oblasts di Rusia. Karena itu satu-satunya rute aman untuknya, menghindari kelompok Forces terbesar di daerah-daerah Republik Rusia, dan ia tidak mungkin melewati bagian Asia Timur Tengah, apalagi Asia Barat, itu zona bahaya untuknya, daerah kekuasaan Klan Wanderer" sambung Kris.

Pikiran mereka berpikir dengan cepat, tidak ada jeda, semua terus memutar otaknya untuk mencegah kedatangan Irene sebelum sampai ke kota dan membuat keributan yang membuat ketentraman satu negara terancam. Hanya karena obsesinya menginginkan Chanyeol dengan cara yang tidak beradab sekalipun.

"Bagaimana kita bisa tau tepatnya kapan ia datang selain tinggi rendahnya matahari menjadi patokan kita?" Tanya Lay takut-takut, seolah berharap jawabannya adalah seperti yang ia harapakan; memberik kesempatan waktu lebih banyak untuk berdamai tak perlu ada pembantaian besar-besaran yang bakal terjadi.

"Aku akan menajamkan kemampuan Seekerku untuk melihat kedatangannya. Selama Jungkook selalu menggunakan shieldnya disampingku, aku akan dapat melihatnya memasukki kawasan Asia Timur, aku akan melihatnya ketika ia keluar dari Mongolia"

Amber yakin ketegangan semacam ini bakal membuat kepalanya meledak. Menyadari semua orang akan terlibat.

"Bagaimana dengan Chanyeol?" Amber mendadak membuka suara dan beberapa menatapanya bingung, seolah-olah tidak seharusnya dia berada disana, mendiskusikan pertempuran mematikan.

"Dengar Amber. Ini akan sangat mudah, Irene akan terkejut setengah mati ketika melihat Jungkook buronannya masih hidup," Kris melirik Jungkook sebelum melanjutkan penjelasannya "bisa dibilang Jungkook ini adalah lawan sepadan melawan Black Shieldnya."

"Jelas, kita kelompok matang terbesar yang pernah ia hadapi, dan dengan adanya Jungkook dipihak kami, pasti ia teralihkan. Dan dengan keadaan tertekan dan pikirannya mulai tercerai berai, ia bisa kami kalahkan dengan mudah" Kris mengelus kepala Amber lembut agar ia tenang dan itu berhasil. Sentuhan Kris selalu memberikan efek menenangkan. Secara keseluruhan Kris seperti sosok Ayah.

"Tidak perlu khawatir begitu, Sayang," kata Chanyeol, suaranya menenangkan dan membujuk "Lagipula kita kan bersama-sama,"

"Benar, jangan khawatir. Amber," kata Kai pelan namun ceria, "kami akan membereskan semuanya dalam waktu singkat."

"Kau juga ikut!" suara Amber naik satu oktaf.

"Apa kau akan menahanku pergi juga? Aku pikir kau kepingin aku mati."

"Jangan konyol, kau kan sahabatku, mana mungkin aku membiarkanmu mati sia-sia, kau kan tidak tau apa yang akan kau hadapi!" ujar Amber, walau suaranya tidak separau dan setegang kedengarannya, namun yang keluar nyaris seperti pekikan.

"Itu tidak akan menjadi masalah buatku, anggap saja aku bertarung untuk membela negara"

Bahkan ancaman pemusnahan masal tak mampu mengubah perspektif Kai. Kai memang memiliki kemampuan menghadapi tantangan dengan penuh semangat dan ajaibnya hal itu seperti menular ke orang-orang disekitarnya menjadi ikut semangat. Setelah diusut-usut, menurut Kris itu adalah kemampuan lain Kai selain menjadi teleporter. Tapi Amber mengenal Kai memang sosok yang selalu antusias dalam menghadapi suatu bahkan yang membahayakan hidupnya.

"Apa tidak ada jalan lain? Maksudku dengan membicarakan padanya dengan cara yang lebih beradab." Suara Amber semakin tegang dan melengking dalam setiap kata.

"Ya, seandainya ada cara yang seperti itu, tapi kami tau apa yang kita hadapi." Jungkook menjelaskan dengan suara pelan. "Ia datang untuk menghancurkan, bukan untuk di sidang oleh kami."

"We're created for killed, Amber, and this is the King Of Darkness mean to damned us, this is our fates, he want us to anticipated for his wife The Blink Warlock." Kris memperingati dengan suara bergetar karena membayangkan kengerian di depan mata.

"Maka dari itu. Kita harus berusaha membalikan keadaan. With our powers, we are together and strong. Kita berdua belas dengan Jungkook dipihak kami, aku yakin ini akan menyulitkan Irene" Chen melanjutkan dengan nada menenangkan.

"Kau tidak perlu takut, kita akan menang dan menghabisinya, dia tidak cukup kuat untuk melawan kami bersama dengan adanya Jungkook" Chanyeol mengecup kening Amber.

Amber ingin membuat bantahan keras, tapi ini keputusan mutlak. Amber hanya bisa menikmati kepanikannya sendiri. Tidak bisa ia bayangkan akan seperti apa pertarungan itu.

"Kita harus berlatih, kita harus mempersiapkan diri kita sebelum bertempur" Chen memberi intruksi.

"Kami memang sudah merencanakan... pertempuran strategis. Bila kalian semua ingin ikut, kalian membutuhkan beberapa intruksi" Jungkook sependapat.

"Tentu kami semua akan ikut, itu sudah jelas" kata Xiumin kepada Jungkook dengan nada menang.

Yang lain mengangguk dengan ekspresi penuh tekad, dan sadarlah Amber, terlihat jelas dari dalam mata mereka, mereka semua berharap pada; entah apakah Irene memberikan kesempatan hidup pada yang lain ketika ia berhasil mendapatkan Chanyeol.

Sudah jelas mereka tak mau menyerah begitu saja tanpa perlawanan walau harapan dan kematian datang beriringan. Disisi lain Amber tidak merasakan tekad yang sama seperti yang tampaknya dirasakan yang lain. Ia tampak pesimis sekali hari itu walau sudah berkali-kali ditenangkan.