Chereads / Five Power Flowers / Chapter 7 - Part 7 : Koy Boy Pabrik Teh

Chapter 7 - Part 7 : Koy Boy Pabrik Teh

Sudah satu minggu kakek Dato pergi berlibur bersama dengan teman-temannya. Daerah pegunungan menjadi lokasi liburan pilihan beliau kali ini. Menurut beliau, pegunungan merupakan tempat yang cocok untuk beristirahat. Udara pegunungan yang sejuk dengan panorama alam yang masih asri. Dapat menjadi obat yang mujarab. Menghilangkan rasa jenuh dari berbagai aktifitas yang ada.

Selama liburan kakek Dato menempati villa milik salah satu temannya. Villa tersebut terletak di sekitar perkebunan teh. Hamparan perkebunan teh yang berwarna hijau, sangat indah dipandang mata. Aroma harum teh menambah segar udara di sekitarnya. Membuat kakek Dato betah berlama-lama liburan di villa temannya.

Liburan kakek Dato yang cukup lama, menyisakan kerinduan di hati semua cucunya. Terutama Candytuft yang memendam rasa rindu kepada sang kakek. Karenanya, dia ingin sekali menyusul kakeknya tercinta.

"Ayolah, kak! kita pergi ke villa," bujuk Candy kepada Sakura yang tengah serius mengetik.

"Kakak sedang banyak kerjaan, dek!" jawab Sakura tanpa melihat ke arah Candy yang menyandar di sebelahnya.

"Kakak...!"

"Aku rindu ingin bertemu kakek," Candy terus membujuk Sakura. Namun, sedikitpun Sakura tidak meresponnya.

Candy yang merasa tidak berhasil membujuk Sakura. Langsung bangkit dari tempat duduknya. Tanpa mengucap sepatah kata pun, ia berlalu dari sisi Sakura dengan wajah tertunduk.

Kemudian, Candy pun beralih mendatangi Camelia yang berada di ruang penelitian. Meskipun dia juga merasa kurang yakin bisa membujuk Camelia. Tapi, dia tetap berusaha menemui kakak keduanya. Ada alasan yang menurutnya bisa membuat Camelia ikut dengannya menemui sang kakek. Dengan cepat dia pun pergi ke ruang penelitian.

Candy sudah berdiri di depan ruang penelitian. Tapi, pintunya terkunci dari dalam. Pertanda Camelia tidak mau diganggu oleh siapapun. Candy pun berbalik badan dan mengurungkan niatnya untuk membujuk Camelia. Dengan wajah tertunduk lesu Candy pun melangkah pergi. Tapi, baru saja dia akan meninggalkan ruang penelitian. Tiba-tiba, Camelia keluar dan memanggilnya.

"Candy!"

"Ada perlu apa, dek?" tanya Camelia kepada Candy seraya memegang pundaknya. Candy pun langsung merangkul sang kakak dengan manja. Dan mengatakan maksudnya datang ke ruang penelitian.

"Kakak mau saja mengantarmu ke sana."

"Tapi, ada baiknya kita bicarakan hal ini bersama-sama." Camelia memberikan saran kepada adik bungsunya itu. Candy pun menerima saran yang disampaikan Camelia dengan senang hati.

"Nanti sore kita lanjutkan lagi!" Camelia pun berlalu meninggalkan Candy yang masih berdiri di depan ruang penelitian.

Melihat Camelia yang berlalu dari hadapannya, Candy pun bergegas pergi ke ruang perpustakaan. Setibanya di sana, Candy melihat Peony dan Allamanda sudah berada didalamnya. Peony sedang asyik membaca buku cerita. Sedangkan Allamanda sibuk dengan buku tarinya.

"Buku apa nih, kak?" tanya Candy kepada Peony.

"Sejak kapan kamu disini?"

"Aku baru aja duduk di sini," jawab Candy sambil membalik buku cerita yang dipegang Peony.

"Apa judulnya, kak?"

"Misteri Perkebunan Teh."

"Wow.....!"

"Menarik tuh!"

"Boleh aku pinjam, kak?"

"Tunggu aku selesaikan lembar terakhirnya, yah!"

Candy pun mendekati Allamanda yang sedang membolak-balik buku seni tari. Ada beberapa buku seni tari tergeletak di lantai. Tapi, Allamanda membiarkannya. Ia justru sibuk mencari buku seni tari yang lainnya. Melihat kakaknya yang tengah sibuk mencari-cari buku. Candy pun hanya duduk terdiam sambil memandangi tingkahnya.

Allamanda yang merasa dipandangi terus oleh adiknya. Akhirnya, menghentikan keinginannya untuk mencari buku seni tari yang sedang ia butuhkan. Allamanda pun mengemasi buku-buku yang berserak di lantai. Kemudian, ia pun menggeser duduknya ke sebelah Candy. Dan menepuk-nepuk pelan paha adiknya.

"Katakanlah!" ucap Allamanda.

"Kakak tau yah! Aku sedang ingin membicarakan sesuatu."

"Katakan saja!"

"Aku ingin kita berlibur menyusul kakek," pinta Candy penuh harap.

"Boleh juga, aku setuju." Balas Allamanda.

"Ada baiknya kita bicarakan bersama terlebih dulu." Sahut Peony sambil menutup lembar terakhir dari buku ceritanya.

Ketiganya kemudian keluar dari ruang perpustakaan. Mereka bersiap akan makan siang. Setibanya di ruang makan, ternyata Sakura dan Camelia sudah menunggu kedatangan ketiganya.

Dengan berbagai menu yang sudah tersaji di atas meja. Mereka pun menikmati makan siang dengan begitu lahap. Tidak ada pembicaraan apapun di antara kelimanya. Sampai akhirnya, Allamanda membuka pembicaraan dengan menanyakan kabar kakek Dato.

"Hari ini siapa yang sudah terima telephon dari kakek?" tanya Allamanda sambil memasukkan suapan terakhirnya ke dalam mulut.

"Tadi pagi kakek telephon dan aku yang mengangkatnya." Jawab Camelia. Kata kakek, dia di sana bertambah sehat. Karena, alam pegunungan yang masih bersih, hijau dan sejuk sepanjang hari. Membuatnya betah berlama-lama liburan di villa bersama temannya.

"Ayolah, kak! Kita susul kakek," rengek Candy kepada Sakura yang tengah menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Rengekan Candy tidak menyentuh hati Sakura. Sedikitpun dia tidak melihat ke wajah Candy. Dia masih fokus dengan nasi yang menumpuk di atas piringnya. Tapi, dengan sabar Candy diam, untuk mendapatkan jawaban iya dari kakak pertamanya.

Suapan terakhir sudah dihabiskan oleh Sakura. Perlahan dia pun menatap wajah Candy. Sambil tersenyum dia pun mengatakan aku setuju. Dengan cepat Candy menggeser kursinya. Dan melompat-lompat kegirangan, layaknya anak-anak.

Akhirnya, kata "aku setuju" terucap juga dari mulut Sakura. Sebagai anak tertua, Sakura selalu memikirkan segala sesuatunya dengan penuh pertimbangan. Dia selalu berusaha memberikan keputusan yang terbaik untuk keempat adiknya.

"Kita semua akan pergi berlibur ke villa teman kakek," jelas Sakura.

"Apa kakek sudah diberitahu, kak?" tanya Camelia kepada Sakura.

"Aku sudah telephon kakek, setelah Candy membujukku tadi pagi."

"Aku harus siaran sekarang, kalian berkemaslah untuk besok!" Sakura pun melangkah meninggalkan keempat adiknya yang masih duduk di meja makan.

"O ya, jangan menunggu aku pulang!"

"Mungkin aku akan terlambat pulang." Katanya tanpa menoleh ke arah adik-adiknya.

Camelia, Peony, Allamanda dan Candy masih lanjut memakan buah-buahan yang tersedia di atas meja makan. Sambil menikmati potongan buah segar. Keempatnya berbincang-bincang mengenai banyak hal. Mulai dari masalah di tempat kerja. Teman kerja yang menyenangkan. Misi yang telah mereka selesaikan. Beberapa penemuan baru yang dihasilkan oleh kakek Dato dan Camelia.

Juga menyusun rencana untuk besok hari. Keempatnya terlihat sangat menikmati moment kumpul bersama saudara.

"Ini buku cerita yang kamu mau baca!" Peony menyerahkan sebuah buku cerita kepada Candy yang duduk di sebelah Camelia.

"Buku apa itu, dek?" tanya Camelia penasaran.

"Jangan baca buku sembarangan yah!" kata Camelia dengan nada tegas mengingatkan adiknya.

"Ini buku cerita misteri, judulnya Misteri Perkebunan Teh." Jawab Candy sambil menahan senyumnya.

Camelia yang mendengar jawaban adiknya, jadi terkejut. Seketika itu wajahnya memerah menahan malu. Karena, sudah mencurigai adiknya yang bukan-bukan. Allamanda yang sedari tadi diam juga angkat bicara. Dia berusaha menjadi penengah yang baik di antara ketiga saudaranya.

"Lain kali jangan berprasangka yang buruk yah!" dengan nada bercanda Allamanda menggoyang-goyangkan telunjuknya di depan kakaknya, Camelia.

"Kakak minta maaf, tapi nanti kakak juga mau baca buku cerita itu!" Camelia menunjuk buku cerita yang ada di tangan Candy.

"Ok, sippp.....lah!" Candy pun mengacungkan jempolnya kepada Camelia.

Mereka pun segera meninggalkan ruang makan. Dan kembali melanjutkan aktifitas mereka yang masih tertunda. Camelia kembali masuk ke dalam ruang kerja kakek Dato. Meneruskan tugasnya yang tinggal separuh lagi.

Sedangkan Peony melanjutkan berlatih berlenggak-lenggok di ruang tengah. Dia sedang membayangkan berada di atas catwalk. Dan Allamanda menyendiri di belakang rumah dengan full musik. Dia mengulang beberapa gerakan tarian yang baru dipelajarinya. Sedangkan Candy langsung masuk ke dalam kamarnya. Dia penasaran ingin membaca buku cerita Misteri Perkebunan Teh.

Empat bersaudara itu pun hanya menghabiskan waktunya seharian di rumah saja. Berbeda halnya dengan Sakura yang selalu sibuk melakukan siaran di tempat kerjanya. Seakan tidak ada waktu untuk bersantai dan berdiam diri di rumah.

####################################

Pukul 13.00 wib. Di dalam gedung penyiaran TVV lantai 21, berita terbaru disiarkan oleh Sakura.

Selamat siang pemirsa sekalian.

Saya Sakura, akan menyampaikan berita yang bersumber dari pihak kepolisian setempat.

Menurut bapak Kapolsek, beberapa hari belakangan ini anak buahnya mendapatkan informasi penting di lapangan. Informasinya itu berupa adanya tempat yang telah dialih fungsikan, sebagai lahan berbisnis barang haram. Maksudnya, semula tempat tersebut digunakan untuk usaha biasa. Kemudian, kini malah dijadikan sebagai tempat usaha, pembuatan obat-obatan terlarang. Dan kabar tersebut sudah menyebar kemana-mana. Sungguh kabar yang sangat mengkhawatirkan kita semua. Karena, usaha haram semacam itu dapat menghancurkan masa depan generasi muda.

Sebenarnya, dari awal pihak kepolisian telah bergerak dengan cepat untuk menangkap dan melabrak usaha haram itu. Namun, gerak kepolisian selalu diketahui oleh para pembisnis haram tersebut. Makanya, pihak kepolisian belum mendapatkan bukti yang kuat. Yang dapat menggiring mereka ke dalam jeruji besi. Dan kepada seluruh masyarakat dimohon kerjasamanya. Untuk melaporkan langsung kepada kepolisian. Apabila menemukan usaha-usaha semacam itu.

Demikian berita hari ini.

Dan sampai jumpa.

Sakura pun kembali ke meja kerjanya. Dia meneruskan melengkapi beberapa laporan berita yang belum terselesaikan. Hingga jam kerja telah usai. Dan para pegawai sudah banyak yang pulang. Sakura belum juga beranjak dari tempat duduknya. Dia masih terlihat serius mengerjakan tugasnya. Waktu terus berjalan. Tanpa terasa jam telah menunjukkan pukul 21.00 wib. Tetapi, Sakura belum juga meninggalkan ruang kerjanya.

#######################################

Rumah kakek Dato nampak sunyi. Camelia, Peony, Allamanda dan Candy sudah berada di dalam kamarnya masing-masing. Terutama Candy, yang sejak tadi siang memang sudah berada di dalam kamarnya. Dia benar-benar sangat menikmati buku cerita yang dipinjamnya dari Peony.

Buku cerita Misteri Perkebunan Teh, punya magnet sendiri di hati Candy. Hingga dia tidak mau berhenti membaca ceritanya, sebelum tuntas. Padahal hari sudah larut malam. Tetapi, Candy belum juga mau memejamkan matanya. Dan menutup buku yang ada di genggamannya. Dia masih terus membuka lembaran selanjutnya.

"Mengapa buku ini begitu menarik buatku?" tanya Candy pada hati kecilnya.

"Aku merasa sangat menyatu dengan keadaan di dalam ceritanya," perasaan Candy terus berbisik.

"Ah, mungkin aku hanya terbawa perasaan saja." Tuturnya dalam hati.

"Tapi, sungguh ini seperti sebuah gambaran peristiwa, yang seolah-olah pemeran utamanya yah aku sendiri." Hati kecil Candy terus berdebat dengan fikirannya sendiri.

Misteri Perkebunan Teh

"Hari itu, aku ingin sekali menikmati liburanku di sebuah villa. Pergilah aku bersama dengan beberapa anggota keluargaku ke sebuah villa milik kerabatku. Dengan menaiki kendaraan pribadi, pergilah kami sekeluarga ke sana. Perjalanannya cukup memakan waktu beberapa jam. Dengan menyusuri jalanan yang berkelok-kelok dan sangat licin.

Akhirnya, aku dan keluarga sampai di tempat tujuan. Villa besar itu berlokasi di pegunungan. Aku sangat senang setibanya di villa tersebut. Suasananya masih sangat asri, yah suasana pegunungan. Hawanya sejuk dan segar. Di depan villa terdapat hamparan perkebunan teh yang sangat luas. Warna hijau dedaunan teh menambah indah pemandangan sekitarnya. Aroma harum daun teh menyebar dimana-mana. Tepat di sebelah villa, terdapat sebuah pabrik teh yang sangat besar dan luas.

Pagi itu aku melihat barisan perempuan setengah baya dengan pakaian tradisionalnya membawa keranjang anyaman. Mereka mengitari perkebunan teh sambil memetik pucuk-pucuk daun teh. Lalu, mereka letakkan di dalam keranjangnya hingga penuh. Kemudian, mereka membawa hasil petikannya ke dalam pabrik teh.

Aku beranikan diri masuk ke dalam pabrik, tanpa izin kepada pemiliknya. Ternyata, pabrik besar itu memiliki mesin-mesin yang sangat modern. Ada mesin untuk pengeringan daun teh. Ada mesin penggiling daun teh. Ada mesin penghalus, mesin pengemasan dan beberapa mesin yang lainnya. Di atas pabrik terpasang kipas-kipas berukuran besar yang berputar-putar sepanjang waktu. Di depan pabrik terdapat lampu sirine yang setiap saat berbunyi.

Aku sangat senang berada di sana pada saat itu. Tapi, ketika malam menjelang. Sedikit pun aku tidak dapat memejamkan mata. Aku tidak bisa tidur. Aku sangat gelisah. Aku merasakan ada sesuatu yang aneh di sekeliling villa.

Dari dalam kamar, aku mendengar banyak suara orang berbicara. Suaranya seperti berasal dari perkebunan. Aku mencoba mendekati jendela dan mengintip dari balik gorden. Tapi, pada saat aku melihat, tidak ada siapapun di luar sana. Lalu, aku mendengar suara mesin-mesin pabrik berbunyi. Padahal jam kerja karyawan pabrik sudah usai. Aku mulai merasa takut, ada apa sebenarnya yang terjadi?....."

Kring.....kring.....kring.....

Tiba-tiba, telephon di ruang tengah berdering. Candy pun tersentak kaget. "Siapakah yang menelephon di tengah malam?" tanya Candy dalam hati.

Telephon itu terus saja berdering. Membuat Candy penasaran dan keluar dari dalam kamarnya. Perlahan-lahan dia melangkah mendekati pesawat telephon yang berdering terus di sudut ruang tengah. Dia melihat ke sekeliling ruangan. Tidak ada satu pun kakaknya yang keluar dari kamarnya. Dengan penuh tanda tanya, dia pun mengangkat gagang telephon. Dan menyapa si penelephon tengah malam.

"Halo! Siapa nih?" sapa Candy kepada si penelephon.

"Ini kakek!" jawab yang di seberang sana.

"Kakek! Aku kira siapa, aku rindu kakek," sambung Candy setelah mengetahui kalau si penelephon adalah kakek Dato.

"Besok aku datang ke tempat kakek."

"Kakek tunggu kalian di sini, datanglah!" ucap kakek Dato.

Mendadak Candy menghentikan telephonnya. Dia merasa pundaknya disentuh seseorang. Dengan cepat dia pun berbalik badan. Dan mengangkat kakinya. Dia siap akan menendang orang di belakangnya. Tapi, dibatalkannya. Setelah dia mengetahui kalau orang itu ternyata Sakura.

"Kakak!"

"Kenapa mengendap-ngendap?"

"Aku kira orang jahat." Dengan suara sedikit kesal. Candy terus saja mengoceh. Tapi, Sakura sedikitpun tidak berkata apa-apa. Dia hanya menepuk pundak Candy. Lalu, berjalan menuju kamarnya. Candy yang melihat Sakura berlalu dari hadapannya. Segera menutup telephonnya dan kembali masuk ke dalam kamarnya. Malam pun kian larut. Dan kelima bersaudara itu pun telah terlelap dalam mimpi indahnya.

########################################

"Kita berangkat sekarang?" tanya Sakura kepada keempat adiknya yang tengah meminum secangkir teh di ruang tamu.

"Kami sudah siap, kak!"

"Tinggal mengangkat koper ke bagasi aja," jawab Peony yang langsung berdiri ke dekat Sakura.

"Kalau begitu kita jalan sekarang!" ajak Sakura.

"Sebentar kak! Aku habiskan dulu air teh di cangkir," sahut Camelia.

Allamanda yang diam saja, langsung membereskan cangkir-cangkir kosong yang masih ada di atas meja. Kemudian, Camelia mengikutinya di belakang. Setelah dilihat keadaan rumah sudah rapi dan terkunci rapat. Mereka pun menyusul Sakura, Peony dan Candy yang sudah terlebih dulu masuk ke dalam mobil.

"Biar aku yang menyetir," kata Sakura yang sudah duduk di kursi supir.

"Aku dampingi kakak, yah!" Candy yang semula duduk di bangku belakang, mendadak langsung pindah ke sebelah Sakura. Mendengar perkataan Candy, Camelia yang baru saja hendak membuka pintu depan mobil, langsung beralih pindah ke pintu belakang.

"Aku di bangku paling belakang aja." Allamanda keluar dari barisan bangku kedua dan pindah ke bangku belakang.

Peony terheran-heran dengan keempat saudaranya yang saling memilih tempat duduk di dalam mobil. Sampai akhirnya dia pun angkat bicara.

"Kamu kenapa harus pindah ke belakang, dek?" tanya Peony sambil menoleh ke arah Allamanda yang sudah duduk di bangku belakang.

"Aku ingin menikmati perjalanan ini dengan tenang, aman dan nyaman."

"Ha.....ha.....ha.....!" Allamanda pun menertawakan dirinya sendiri.

"Aku becanda aja kok!" katanya dengan tersenyum lebar.

"Ha.....ha....ha.....!" yang lain pun ikut tertawa terbahak-bahak.

"Ok! Kita jalan yah! Kata Sakura.

####################################

Perlahan-lahan mobil pun mulai meninggalkan kediaman kakek Dato. Dengan tenang Sakura memegang kendali mobil. Beberapa jalan protokol sudah dilewatinya. Kini, jalan yang mereka tempuh semakin sepi dari pengendara. Hanya pepohonan besar tersusun rapi di kanan dan kiri jalan.

Sudah sekitar satu jam mereka berada di dalam mobil. Tapi, tempat yang mereka tuju belum juga terlihat. Mobil masih terus meluncur di jalanan bergelombang. Mendaki dan menurun. Lalu berkelok-kelok ke kanan dan ke kiri. Sakura dan keempat saudaranya sudah memasuki daerah pegunungan.

Kelimanya fokus dengan diri sendiri. Seperti halnya, Sakura yang hanya terdiam dan selalu memandang ke depan. Begitu juga dengan Candy yang duduk di sebelahnya. Sejak keberangkatan dia menyibukkan diri dengan bermain game. Sedangkan Camelia dan Peony yang duduk berdua. Terlihat asyik mengisi teka-teki silang. Hanya Allamanda yang dengan tenangnya tertidur di bangku belakang.

"Lihat.....!!!" tunjuk Sakura. Teriakan Sakura membuat keempat adiknya terkejut dan melihat ke arahnya.

"Ada apa kak?" tanya Allamanda sambil menguap menahan kantuknya.

Candy yang duduk di sebelah Sakura faham dengan yang ditunjuk oleh kakaknya. Telunjuk Sakura mengarah ke sebuah papan nama jalan. Tulisan besar di papan itu berbunyi Kelapa Tunggal.

"Hah...! Kelapa Tunggal?!" Seraya terkejut Candy terus membaca ulang nama jalan tersebut.

"Kenapa kamu terkejut?" tanya Sakura.

"Iya kenapa, dek?" Camelia pun bertanya keheranan.

"Kita kan baru mau melewati jalan ini." Sahut Peony.

Mendengar ucapan Peony, Candy pun membalikkan badannya ke belakang.

"Kakak ingatkan dengan buku cerita Misteri perkebunan Teh?"

"Bukankah itu nama jalan yang sama?" tanya Candy kepada Peony.

"Aku baca, tapi aku tidak ingat detail, dek." Jelas Peony.

"Kita berhenti di sini dulu, kak." Pinta Candy kepada Sakura.

Sakura yang mendengar permintaan Candy pun langsung menginjak pedal remnya. Dan langsung menoleh ke arah Candy yang menatap ke jalan dengan serius.

"Aku merasa ada kemungkinan cerita itu hidup," ucap Candy pelan.

"Cerita itu hidup, cerita yang mana lagi?" tanya Camelia dengan nada kesal.

"Apa cerita Misteri Perkebunan Teh?" Allamanda pun menimpali pertanyaan Camelia.

"Itu cuma cerita khayalan, dek." Sakura berusaha menenangkan suasana yang sedikit memanas.

"Dengar kakakku tersayang!"

"Lihat baik-baik ke jalan di seberang sana!"

"Nanti akan lewat barisan ibu-ibu berpakaian tradisional dengan membawa keranjang anyaman." Jelas Candy.

Baru saja Candy selesai bicara, mendadak lewat barisan ibu-ibu berpakaian tradisional dengan membawa keranjang anyaman. Sama persis dengan yang dikatakan oleh Candy.

Sakura, Camelia, Peony dan Allamanda membelalakkan mata mereka. Seakan tidak percaya dengan yang mereka lihat. Tapi, perjalanan yang mereka lakukan nyata adanya. Jalanan dan orang-orang itu nyata ada. Bukan mimpi ataupun khayalan. Dan mereka masih terus memandangi barisan para ibu-ibu itu, hingga mereka hilang di tikungan.

"Ayo kak! Kita lanjutkan perjalanan," ajak Candy menyadarkan Sakura yang masih terdiam.

"O ya."

Sakura pun melanjutkan kembali perjalanan mereka yang sempat terhenti. Kali ini perjalanan mereka semakin mendaki. Dan hanya bisa dilalui satu mobil. Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 wib pagi. Harusnya sinar matahari telah menerangi jalan. Tapi, jalan yang mereka lalui, justru terlihat mendung. Karena, tertutup kabut yang cukup tebal. Mereka sudah memasuki daerah pegunungan. Dan tidak berapa lama kemudian mereka pun sampai di villa milik teman kakek Dato.

Dari dalam mobil mereka melihat kakek Dato beserta temannya, menyambut kedatangan mereka dengan senyum bahagia. Sakura dan yang lainnya segera turun dari dalam mobil. Mereka pun berlari ke arah kakek Dato dan langsung memeluknya. Mereka sangat merindukan kehadiran kakek Dato di tengah-tengah mereka. Setelah puas melepas kerinduan dengan sang kakek. Mereka pun meminta izin untuk berkeliling di sekitar villa.

Sakura dan keempat adiknya berkeliling di sekitar perkebunan teh. Mereka sangat menikmati indahnya hamparan daun teh. Allamanda pun berlari-lari kecil di sela-sela pohon teh. Dan diikuti oleh keempat saudaranya. Mereka pun bermain kejar-kejaran di antara pepohonan teh.

Tiba-tiba, Peony terjatuh karena kakinya tersangkut akar pohon. Mereka pun menghentikan permainannya dan menolong Peony. Saat Camelia menunduk untuk mengobati kaki Peony yang terluka. Matanya dikejutkan dengan tanaman liar yang tumbuh di balik pepohonan teh. Dan dia pun mendekati pohon liar itu.

Sakura yang melihat gelagat Camelia sangat mencurigakan. Mencoba menguntitnya dari belakang.

Tanpa ragu Camelia langsung memetik selembar daun dari pohon liar itu, lalu menciumnya. Seketika itu juga Camelia jatuh terduduk. Dia sangat terkejut dengan daun yang telah diciumnya.

"Ada apa, dek?" tanya Sakura yang sedari tadi mengikuti Camelia dari belakang.

"Kakak kenapa?" tanya Peony yang datang menghampiri Camelia.

"Kalian tahu apa ini?" tanya Camelia sambil menunjukkan lembaran daun yang dipegangnya.

Sakura dan yang lainnya menggeleng-gelengkan kepala. Mereka sama sekali tidak mengetahui itu jenis daun apa.

"Ini daun ganja."

"Daun jenis ini dapat tumbuh subur di daerah pegunungan," jelas Camelia kepada saudara-saudaranya.

Tiba-tiba saja, seorang lelaki muncul dari balik pepohonan. Dan langsung berteriak ke arah Camelia dan keempat saudaranya.

"Hei...!!!"

"Siapa kalian?" teriaknya dengan suara yang sangat keras. Lelaki yang berpenampilan ala koboy itu menodongkan senapan laras panjangnya ke arah Camelia.

"Kami hanya berjalan-jalan saja," jawab Allamanda.

"Boleh kami pergi, pak?" tanya Sakura.

"Kalian tidak akan bisa keluar dari perkebunan ini!" gertak lelaki itu.

Dengan tenang Camelia memegang ujung senapan lelaki itu. Namun, dengan cepat lelaki itu menarik senapannya. Dan menembakkannya ke udara. Suara tembakkannya sangat kuat, hingga terdengar kemana-mana.

Tiba-tiba, segerombolan lelaki ala koboy pegunungan muncul dari balik pepohonan. Mereka langsung menyergap Sakura dan keempat adiknya. Tetapi dengan cekatan mereka berlima menghindar dan melakukan perlawanan.

Dan terjadilah perkelahian yang sengit di antara mereka. Para lelaki ala koboy itu terus menekan Sakura dan adik-adiknya. Mereka menembakinya. Hingga Sakura mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan pertarungan yang mereka tidak inginkan.

Dengan menggunakan kekuatan lima Bunga. Five Power Flowers siap menumpas semua tindak kejahatan. Mereka pun membentuk formasi bunga.

"Kalian siap!" teriak Sakura.

"Kami FPF Five Power Flowers!"

"Siap!!!"

"Beraksi!"

"Berubahlah!"

Mereka berlima pun berputar. Meliuk-liukkan tubuh mereka dengan sangat lentur. Melompat dan melayang di udara dengan sangat ringan. Laksana bunga yang bermekaran. Memancarkan sinar berwarna-warni dari tubuh mereka. Juga menebarkan aroma harum bunga. Lima jenis bunga berhamburan tertiup angin pegunungan.

Dalam seketika pakaian yang mereka kenakan berubah menjadi warna warni bunga. Wajah mereka pun tertutup oleh topeng yang berwarna senada.

"The Beauty Sakura" (si cantik Sakura)

"The Quiet Camelia" (si pendiam Camelia)

"The White Peony" (si putih Peony)

"The Friendly Allamanda" (si ramah Allamanda)

"The Cute Candy" (si imut Candy)

Sakura dan yang lainnya sudah berubah menjadi Five Power Flowers. Mereka langsung menyerang lelaki koboy yang mereka sendiri tidak mengetahui siapa mereka dan apa tujuan mereka.

Karena, FPF telah diperlakukan dengan sangat tidak baik. Bahkan mereka diserang dengan begitu garangnya. Five Power Flowers pun tidak tinggal diam. Mereka terus menyerang balik lelaki koboy yang berjumlah sekitar lima belas orang.

Para lelaki koboy itu bertahan dengan senapan laras panjang yang mereka pegang. Mereka terus menembaki FPF tanpa ampun. Seakan mereka menginginkan Five Power Flowers mati tertembak.

Five Power Flowers mengelak dan menghindar dari tembakan dengan sangat lincah. Balasan FPF berupa tendangan dan pukulan. Akhirnya, membuat mereka jatuh tersungkur. Lalu, Sakura pun memerintahkan adik-adiknya mengeluarkan senjata andalan mereka.

"Keluarkan!"

"Cambuk akar pohon!" teriak Sakura.

Seketika itu juga di tangan mereka berlima, muncul cambuk panjang yang sangat mematikan. Kelimanya lalu memukulkan cambuk ke arah para koboy yang ada di hadapan mereka. Hingga para lelaki itu mundur dan menjauh dari FPF.

Cambuk FPF pun kembali menyerang. Dan meraih senapan panjang para koboy. Lalu, menghentakkannya ke tanah hingga senapan mereka hancur. Dengan cepat Five Power Flowers memukulkan kembali cambuk akar pohon ke tanah dengan sangat kuat. Hingga menimbulkan ledakan dahsyat di area perkebunan teh.

Melihat hal itu ke lima belas orang koboy itu pun segera melarikan diri. Tapi, niat mereka dapat digagalkan oleh Five Power Flowers yang segera mengeluarkan senjata mereka yang lainnya.

"Lilitan benang sari, keluarlah!" kembali Sakura berteriak.

Five Power Flowers pun melompat ke udara. Dan melayang-layang dengan ilmu peringan tubuh mereka. Lalu. mereka arahkan telapak tangannya kepada para koboy. Dalam hitungan detik helai-helai benang sari keluar dari telapak tangan mereka. Helaian benang sari itu terus bertambah banyak. Menjalar, melilit dan membungkus para koboy yang hendak melarikan diri. Lilitan benang sari terus bergerak, hingga tubuh para koboy benar-benar terbungkus. Hanya kepala mereka saja yang terbebas dari lilitan benang sari.

Tubuh para koboy yang sudah terbungkus benang sari itu tergeletak begitu saja di atas tanah. Kemudian. Sakura kembali mengajak keempat saudaranya menyelesaikan semuanya.

"Bersiaplah!"

"Pukulkan!"

"Cambuk akar pohon!" teriak Sakura.

Five Power Flowers kembali mengeluarkan cambuk akar pohon. Lalu memukulkannya dengan sangat kuat. Pukulannya mengarah ke area pepohonan ganja yang tumbuh di sekitar perkebunan teh.

Cambuk akar pohon menghujam dengan kekuatan yang sungguh luar biasa. Hingga semua pepohonan ganja itu habis terbakar. Dilahap kobaran api hingga hangus.

Sakura, Camelia, Peony, Allamanda dan Candy pun kembali merubah wujud mereka. Setelah mereka merasa lebih baik. Mereka pun kembali ke villa menemui sang kakek, dengan wajah penuh keceriaan. Seolah tidak terjadi suatu apapun terhadap diri mereka.

Di dalam villa kakek Dato sedang duduk bersantai dengan beberapa temannya. Saat melihat kelima cucunya sudah kembali. Beliau pun memanggilnya dan mengajak kumpul bersama sambil menikmati cemilan sore hari.

##################################

Waktu terasa berjalan begitu cepat. Hari sudah menjadi gelap dan malam pun tiba. Sakura dan Candy sudah masuk ke dalam kamar yang ditunjuk oleh kakek Dato. Posisi kamar yang ditempati oleh keduanya, bersebelahan dengan pabrik teh. Kira-kira jaraknya hanya sekitar lima meter saja. Sedangkan Camelia, Peony dan Allamanda menempati kamar di sebelahnya.

Suasana malam itu sangat sunyi. Langit pun terlihat gelap. Tanpa sinar bulan dan bintang. Sesekali terdengar suara jangkrik di luar sana. Udaranya yang sangat dingin. Membuat semua orang di dalam villa cepat menarik selimut dan tertidur.

Kecuali, Candy yang masih gelisah di dalam selimut tebalnya. Sesekali dia membuka matanya dan melihat ke sekeliling ruangan kamar. Malam itu Candy benar-benar tidak dapat tidur. Padahal dia ingin sekali terlelap. Seperti Sakura yang sudah tertidur sejak tadi.

Sayup-sayup Candy mendengar orang berbicara di balik jendela kamarnya. Tanpa sedikit pun rasa takut, Candy bangkit dari tempat tidurnya. Dengan mengendap-ngendap dia melangkah mendekati jendela. Lalu, dia tempelkan telinganya ke jendela kamar. Akhirnya, dia pun dapat mendengar dengan jelas pembicaraan orang tersebut.

Tanpa membangunkan Sakura, Candy pun keluar dari dalam kamarnya. Dia telah meminum kelopak tertutup. Agar tidak satu pun orang yang dapat melihat keberadaannya. Dengan penuh kewaspadaan Candy keluar dari villa dan mendekati arah suara orang berbicara.

Ternyata benar saja, ada dua orang yang duduk di bawah jendela kamarnya. Dan mereka sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting.

"Teman kita telah dihabisi orang," kata salah satu dari mereka.

"Kita harus balas perbuatan mereka," jawab teman di sebelahnya.

"Sudahlah! Kita masuk pabrik sekarang!"

"Nanti bos bisa mengamuk!"

Akhirnya kedua lelaki itu pun berjalan masuk ke dalam pabrik. Dan Candy terus mengikuti mereka dari belakang. Tanpa ada hambatan Candy berhasil masuk ke dalam pabrik yang sangat besar itu.

Betapa tercengangnya Candy saat berada di dalam pabrik. Dia seperti melihat gambaran cerita, yang dibacanya di dalam buku Misteri Perkebunan Teh.

"Kenapa keadaan di dalam sini sama dengan yang aku baca?" tanyanya dalam hati.

Candy terus berjalan mengelilingi area di dalam pabrik. Semua mesin-mesin yang ada juga sama persis. Hanya saja di sini banyak lelaki yang sedang mengerjakan sesuatu.

"Bukankah jam kerja karyawan pabrik telah usai?"

"Kenapa juga mereka masih bekerja?"

"Dan apa ini?" Tiba-tiba, tangan Candy menyentuh batang pohon.

"Bukankah ini batang pohon ganja?"

"Jadi?! Pabrik ini tempat pengolahan daun-daun ganja." Candy hampir terjatuh karena terkejut.

Mendadak, ada seseorang di belakangnya yang menahan dirinya. Merasa kalau keberadaannya diketahui orang lain. Candy pun langsung melompat. Dan bersiap menyerang orang itu dengan tendangan berputar.

Ternyata orang itu pun dengan sigap mundur beberapa langkah ke belakang, untuk menghindari serangan Candy.

"Kakak!!" teriak Candy memanggil Peony, yang sudah berdiri di hadapannya.

Peony sengaja mengikuti Candy. Dari Candy membuka pintu kamarnya. Tapi, saat itu Peony tidak dapat melihat Candy. Lalu, dia pun meminum kelopak tertutup. Hingga dirinya dapat melihat sosok Candy. Dan mengikutinya masuk ke dalam pabrik.

Tiba-tiba dari lantai atas pabrik terdengar suara lelaki berteriak.

"Malam ini kita kedatangan tamu."

"Hentikan kerja kalian!"

"Urus dua cewek itu!"

"Tapi, kami tidak melihat ada cewek, bos." Jawab seorang mandor.

"Dasar bodoh!"

"Nih, lihat pakai matamu!"

Lelaki yang dipanggil bos itu pun menebarkan bubuk halus berwarna putih ke udara. Hingga membuat seisi pabrik menjadi terang. Dan para lekaki yang sedang bekerja itu pun melihat ke arah Candy dan Peony.

Tanpa menunggu perintah dari bosnya. Mereka pun langsung menyerang Candy dan Peony dengan sangat garang. Menyadari kalau keberadaannya telah diketahui. Candy dan Peony pun langsung membuat perlawanan. Keduanya berusaha menghabisi para pekerja pabrik itu, begitupun sebaliknya.

Pertarungan tidak dapat terelakkan. Kedua belah pihak berusaha menjatuhkan. Tapi, belum ada satu pun pekerja pabrik yang jatuh. Begitu pun Candy dan Peony yang masih tetap bertahan dan melakukan perlawanan.

Hingga akhirnya keduanya melompat ke udara dan menaburkan bubuk sari bunga penidur. Dalam sekejap seluruh pekerja pabrik dan bosnya terjatuh dan tertidur lemas tidak sadarkan diri.

Setelah situasinya terkendali, Candy dan Peony pun kembali ke villa. Lalu, masuk ke dalam kamarnya dan tertidur dengan nyenyak.

####################################

Sirine pabrik teh berbunyi sangat kuat, hingga membangunkan seisi penghuni villa. Sakura yang kamarnya bersebelahan dengan pabrik, langsung membuka jendela kamarnya.

"Dek, bangun dek!"

"Lihatlah karyawan pabrik sudah berdatangan!"

Candy yang masih mengantuk itu pun langsung berdiri di depan jendela.

"Bagaimana kalau kita masuk ke dalam pabrik?" ajak Candy kepada Sakura.

"Ide bagus."

"Kakak yakin, peristiwa kemarin sore, ada kaitannya dengan pabrik itu." Tunjuk Sakura ke arah pabrik teh.

"Benar."

"Semalam aku dan kak Peony sudah menyelidikinya." Jelas Candy.

"Tapi, kita butuh bukti." Sahut Camelia yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Kita cari buktinya pagi ini," Peony yang baru saja datang ikut menimpali.

"Kemana Allamanda?" tanya Sakura.

"Dia sedang duduk di teras Villa." Jawab Camelia.

Keempat bersaudara itu pun menemui Allamanda yang sedang mengobrol dengan kakek Dato dan temannya.

"Kek, bolehkah kami masuk ke dalam pabrik?" tanya Sakura dengan hati-hati.

"Sebenarnya, selain karyawan dilarang masuk," jelas teman kakek Dato. "Tapi, saya coba menghubungi pemiliknya." Teman kakek Dato pun langsung menelephon pemilik pabrik. Dan katanya, sang pemilik pabrik mengijinkan. Dengan syarat tidak boleh membawa kamera dan video masuk ke area pabrik. Dan mereka juga akan ditemani oleh salah satu mandor kepercayaan, selama berkeliling area pabrik.

Setelah mendapat beberapa penjelasan dari teman kakek Dato. Akhirnya, kelimanya pun pergi ke area pabrik teh. Di depan pintu gerbang pabrik, kelimanya dijemput oleh seorang mandor pabrik.

Pintu utama pabrik pun terbuka. Sakura dan keempat adiknya masuk tanpa melewati metal detector. Kelima bersaudara itu pun tersenyum. Karena, merasa lolos dari pemeriksaan. Namun, senyum mereka mendadak hilang. Setibanya mereka berada di dalam pabrik.

Mereka tidak menemukan wajah-wajah karyawan pabrik yang polos.

Juga para ibu yang berpakaian tradisional. Dan tidak ada lagi kegiatan penggilingan teh dan yang lainnya.

Sakura dan keempat saudaranya telah masuk dalam perangkap mereka. Seluruh pintu pabrik secara otomatis terkunci. Lampu-lampu besar menyala dengan sangat terang dan menyorot ke arah mereka. Mesin-mesin pabrik bergerak dengan sangat cepat. Dan para karyawan itu telah menjadi koboy pegunungan penjagal.

Sakura dan yang lainnya berdiri dengan tenang. Meskipun lawan mereka di dalam area pabrik itu cukup banyak. Dan kekuatannya juga tidak bisa dianggap remeh. Kelima bersaudara itu menunggu yang seharusnya mereka temui.

Akhirnya, sang pemilik pabrik menampakkan batang hidungnya. Dia juga berpenampilan ala koboy. Dengan senapan panjang di tangannya.

"Kalian berlima terlalu mau ikut campur!"

"Kalian layak dihabisi!"

"Kalian akan mati hari ini!"

"Ha.....ha.....ha.....!!!" Dia mentertawakan Sakura dan keempat adiknya.

"Siapa kamu?" tanya Sakura.

"Akulah Koy Boy si pembisnis haram."

"Aku kelabui semua orang."

"Hingga aku sukses memiliki semuanya."

"Karena kalian sudah mengenalku, maka terimalah ini!"

"Dor.....dor.....dor.....!"

Beberapa peluru langsung ditembakkannya ke kepala Sakura. Tapi, dengan lihai Sakura dapat berkelit dan berputar. Belum lagi Sakura berhenti berputar. Tembakan demi tembakan dari para koboy menghujam ke arah mereka. Mereka pun menunduk untuk menghindari semua tembakan.

Tiba-tiba saja Camelia berputar ke udara, sambil membalas tembakan mereka.

"Terima ini!" teriak Camelia.

Empat buah pistol dilempar ke arah Sakura dan yang lainnya. Mereka pun dengan cepat menangkapnya. Lalu, membalas tembakan pihak lawan. Kedua belah pihak baku tembak. Hingga suara desingan peluru terdengar memekakkan telinga.

Koy Boy dan anak buahnya terus mengepung dan menembaki Sakura dan keempat adiknya. Hingga kelimanya terdesak dan terdiam. Koy Boy dan anak buahnya sudah berdiri satu meter di depan mereka. Dengan senapan panjang yang menempel di kening mereka berlima.

Tapi, sebuah kejutan besar mereka tunjukkan kepada Koy Boy dan anak buahnya. Sakura, Camelia, Peony, Allamanda dan Candy secara bersama mereka melompat ke udara. Dengan menggunakan kekuatan lima Bunga. Five Power Flowers siap menumpas semua tindak kejahatan. Mereka pun membentuk formasi bunga.

"Kalian siap!" teriak Sakura.

"Kami FPF Five Power Flowers!"

"Siap!!!"

"Beraksi!"

"Berubahlah!"

Mereka berlima pun berputar. Meliuk-liukkan tubuh mereka dengan sangat lentur. Melompat dan melayang di udara dengan sangat ringan. Laksana bunga yang bermekaran. Memancarkan sinar berwarna-warni dari tubuh mereka. Juga menebarkan aroma harum bunga. Lima jenis bunga berhamburan tertiup angin pegunungan.

Dalam seketika pakaian yang mereka kenakan berubah menjadi warna warni bunga. Wajah mereka pun tertutup oleh topeng yang berwarna senada.

"The Beauty Sakura" (si cantik Sakura)

"The Quiet Camelia" (si pendiam Camelia)

"The White Peony" (si putih Peony)

"The Friendly Allamanda" (si ramah Allamanda)

"The Cute Candy" (si imut Candy)

Koy Boy yang melihat aksi Sakura dan yang lainnya, langsung memerintahkan anak buahnya untuk mundur dan merapatkan barisan. Mereka mengeluarkan panah beracunnya.

Five Power Flowers yang melihat aksi Koy Boy, segera mengeluarkan jurus putaran lima bunga terindah.

"Hujani mereka dengan panah beracun!" teriak Koy Boy kepada anak buahnya. Dengan cepat panah beracun melesat dari busur-busur anak buah Koy Boy.

Dengan sigap jurus putaran lima bunga terindah milik FPF, menghantam balik panah beracun. Jurus putaran lima bunga terindah berputar dengan sangat kuat. Seakan-akan ada putaran angin di tempat itu. Jurus putaran lima bunga mengeluarkan aroma harum bunga. Terus berputar-putar hingga semua panah-panah beracun anak buah Koy Boy berbalik arah dan menusuk pemiliknya.

Koy Boy yang melihat anak buahnya banyak yang mati. Dia pun kembali beraksi. Koy Boy dengan ringannya melompat ke udara. Dia melayang di antara tiga kipas besar yang bergantung di atap pabrik. Dengan tenaga dalam yang ia miliki. Ia mulai memutar kedua tangannya dengan sangat kuat.

"Putaran baling-baling kipas!" teriak Koy Boy. Dengan tenaga dalam yang luar biasa, baling-baling kipas melayang ke arah FPF.

"Kepalan tinju lima bunga," teriak Sakura.

Five Power Flowers menyambut serangan Koy Boy dengan kepalan tinju lima bunga yang sangat dahsyat. Hingga mengakibatkan baling-baling kipas milik Koy Boy hancur berkeping-keping.

"Kurang ajar!"

"Aku tidak akan melepaskan kalian!"

"Aku Koy Boy tidak terkalahkan!" Koy Boy terus sesumbar akan kekuatannya.

Five Power Flowers sedikitpun tidak mempedulikan ucapannya. Justru mereka menyiapkan serangan dadakan kepada Koy Boy dan anak buahnya. Dengan senjata lembaran daun hijau.

Daun-daun teh yang berserak di dalam pabrik. Dikumpulkan di udara dengan seluruh tenaga dalam yang dimiliki Five Power Flowers. Daun-daun teh yang terkumpul itu lalu diputar-putar, hingga berbentuk bola besar. Kemudian, dengan hentakan telapak tangan FPF, daun bola itu pun dilempar. Dan diarahkan ke dada anak buah Koy Boy yang masih hidup. Anak buah Koy Boy tidak dapat menghindari serangan FPF. Hingga akhirnya, anak buah Koy Boy mati seketika.

Betapa terkejutnya Koy Boy dengan serangan yang dikirim oleh Five Power Flowers. Kini, dia tinggal seorang diri. Tapi, Koy Boy tidak juga menyerah. Dia masih melakukan perlawanan.

Kali ini dia menghidupkan seluruh mesin di dalam pabrik. Mesin-mesin itu digerakkannya untuk menghabisi FPF. Mesin-mesin itu dibuatnya menjadi hidup dan seperti memiliki nyawa.

Mesin-mesin itu bergerak, berjalan bahkan terbang menghantam tubuh Five Power Flowers. Hingga satu persatu FPF jatuh terkena hantaman mesin-mesin pabrik.

"Bagaimana ini, kak?" tanya Peony sambil memegangi dadanya yang terkena hantaman mesin.

"Awass.....!!!" teriak Sakura sambil memeluk Peony dan berguling-guling di tanah menghindari hantaman mesin.

Camelia, Allamanda dan Candy yang terpental jauh. Juga merasakan sakit di dada mereka, akibat terkena hantaman mesin. Meskipun dadanya masih terasa sakit. Tapi, Camelia berusaha bangkit dengan seluruh sisa tenaga yang dimilikinya. Dia langsung memegang kendali.

"Keluarkan cambuk akar pohon!"

"Kita hancurkan tempat ini!" teriak Camelia.

Sakura dan ketiga saudaranya yang lain langsung berdiri dan bersiap. Dengan satu kali anggukan, mereka berlima pun kembali melompat ke udara. Secara bersamaan mereka pun berteriak.

"Cambuk akar pohon, keluarlah!

Dalam sekejap cambuk akar pohon telah mereka genggam. Five Power Flowers pun segera memukulkan cambuknya ke arah mesin-mesin yang terus bergerak. Pukulan cambuk FPF menimbulkan ledakan yang luar biasa.

Dan dalam waktu singkat, seluruh mesin itu pun hancur menjadi debu. Kemudian, tanpa ampun FPF memukulkan kembali cambuknya ke bangunan pabrik. Ledakan berikutnya pun terdengar sangat luar biasa. Hingga bangunan pabrik runtuh dan menjadi lempengan kecil-kecil..

Koy Boy yang merasa kewalahan menghadapi Five Power Flowers berniat kabur. Tapi, niatnya langsung digagalkan oleh FPF. Sakura dan keempat saudaranya masih berdiri tegak, bersiap melempar jurus andalan mereka yang lainnya.

"Siap.....!!!!!

"Keluarkan lilitan benang sari."

"Dan gantung dia di pohon besar itu!" Perintah Sakura kepada keempat saudaranya, sambil menunjuk pohon besar yang ada di depan pabrik.

Dengan sangat cepat lilitan benang sari menjalar dan melilit tubuh Koy Boy. Hingga dia tidak dapat bergerak dan tergantung di atas pohon.

Setelah dirasa semuany terselesaikan dengan baik. FPF pun kembali seperti semula. Dan menemui kakek Dato yang menunggu mereka di depan pintu gerbang pabrik.

Kakek Dato pun memberikan pelukan hangat kepada kelima cucunya. Dan kelima bersaudara itu pun tersenyum bahagia.

"Itu di sana beberapa anggota kepolisian siap membereskan tempat ini." Tunjuk kakek Dato ke arah mobil polisi yang baru saja terparkir.

Kemudian, anggota kepolisian itu pun menghampiri kakek Dato sekeluarga. Dan menanyakan beberapa hal. Setelah mendapat penjelasan dari kakek Dato. Para polisi itu pun langsung memborgol teman kakek Dato yang diduga ikut terlibat. Juga menyeret Koy Boy dan menjebloskannya ke dalam jeruji besi.