***
Senja. Gadis cantik yang memiliki nama lengkap Senja Tharasya Disastra. Gadis yang selalu memimpikan sebuah keluarga yang penuh cinta, perhatian dan kasih sayang. Gadis cantik yang hidupnya seakan memakai topeng, Gadis yang tak pernah mau berdamai dengan hatinya.
"Terlalu baik hanya akan membuatmu sakit."
Ya! itu adalah kalimat yang selalu di ucapkan Senja, ketika seseorang mencoba menasehati sikapnya yang kadang berubah arogan.
Gadis yang berhati malaikat namun bersifat lebih kejam dari pada iblis.
Gadis yang terlihat kasar namun lembut. Gadis yang terlihat kuat, namun nyatanya ia sangatlah rapuh.
Senja merupakan gadis yang baru duduk di bangku kelas dua SMA.
***
SMA NEGERI TARUNA HUSADA.
Sebuah sekolah negeri ternama yang ada di jakarta dimana Senja bersekolah. Namun seperti biasa. Gadis itu hanya duduk di bangkunya, ia hanya sendiri. Bukan karna dia tidak mempunya teman, hanya saja dia sendiri yang tidak ingin berteman.
Tidak hanya itu. Sikap dinginnya juga menjadi alasan pertama mengapa teman-temannya takut untuk mencoba dekat dengannya.
Senja duduk di bangkunya sembari memainkan ponselnya. Namun seketika aktifitasnya terhenti kala ia melihat seorang gadis cantik memasuki kelas. Seorang gadis lugu dan baik hati. Sebuat saja dia Naura. Gadis cantik yang memiliki nama lengkap Naura Azarie Denika.
Naura merupakan salah satu siswi yang paling di benci oleh Senja.
Mengapa?
Naura merupakan wakil ketua Osis di sekolah itu, dan sudah pasti ia juga dekat dengan ketuanya, dan hal itu yang membuat Senja tidak menyukainya. Bukan karna jabatannya, tetapi kedekatannya dengan ketua Osis yang membuat Senja tidak suka dengannya.
"hey! kamu." tunjuk Senja pada Naura.
"I ... ii ... iya," jawab Naura dengan gugup. Bagaimana tidak. Senja sudah di kenal dengan gadis kasar, yang sewaktu-waktu bisa melakukan bully pada teman sekolahnya.
"Ikut." Senja menarik tangan Naura dengan sangat keras dan membawanya ke gudang sekolah.
Sepanjang jalan Naura hanya meringis merasakan sakit di pergelangan tangannya, karna Senja mencengkramnya begitu kuat.
BRUK!!Â
Senja mendorong keras tubuh Naura hingga membentur meja yang ada di dalam gudang itu.
"JAUHIN ARKA!" bentak Senja.
"Memangnya kenapa? aku dan Kak Arka hanya sebatas anggota Osisi," lirih Naura.
"Halah. Alesan." Senja menarik rambut Naura hingga gadis itu meringis kesakitan.
"Auu!! sakit. 'Ku mohon lepaskan," lirih Naura memegangi rambutnya.
Senja tersenyum kecut menatap Naura yang memohon kepadanya. "Kau kira aku akan kasihan?. Kau salah besar." Senja memperkuat jambakannya hingga membuat Naura hampir menangis karna menahan rasa sakit.
"Semakin 'kau mendekati Arka, maka 'kau akan 'ku buat kau lebih menderita," ucap Senja.
"Aku dan Kak Arka hanya teman. Jika 'kau suka padanya aku bisa membantumu," lirih Naura masih berusaha melepaskan rambutnya dari tangan Senja.
"Dasar sialan." Senja melepaskan jambakannya dan membalikkan tubuh Naura dan ...
PLAK!!
Satu tamparan mendarat di pipi mulus Naura. Menyisakan bekas memerah di sana.
"Kau pikir kau siapa?. Apa kau merasa hebat karna bisa dekat dengan Arka? hah?" kesal Senja yang sedikit meninggikan suaranya dan kembali mengangkat tangannya hendak menampar kembali Naura.
TAP!!
Namun, sebelum tangan Senja berhasil menyentuh pipi Naura. Sebuah tangan kekar menangkap tangan Senja. Mata Senja seakan menyala kala menatap siapa yang membantu Naura saat ini.
"Sampai kapan kau akan seperti ini? kau benar-benar sudah berubah," lirih seorang laki-laki yang tak lain adalah Arka.
Arka Gevano. Salah satu siswa terpopuler di sekolah itu. Siswa yang menyandang gelar sebagai ketua Osis, sekaligus siswa yang di sukai Senja.
Arka dan Senja merupakan sahabat masa kecil walau usia Arka satu tahun lebih tua dari Senja. Namun waktu seakan membuka jarak di antara keduanya, dan itu membuat Senja merasa ada yang berbeda dari Arka. Terlebih lagi ketika Arka menjabat sebagai ketua Osis
Senja terkekeh menatap Arka, namun matanya sudah mulai berkaca-kaca
"Hebat. Kau benar-benar membelanya," lirih Senja.
"Aku hanya tidak suka jika kau berbuat kasar pada orang lain. Jika kau punya masalah berbagilah denganku, jangan kau lampiaskan seperti ini," ucap Arka berusaha menenangkan Senja.
"Huh! Aku tidak perlu membagi masalahku, bahkan tidak dengamu. Lagi pula aku tidak punya masalah," pungkas Senja dengan kelopak mata yang sudah digenangis air mata.
"Kau bisa berkata seperti itu, tapi matamu bercerita apa yang hatimu rasakan. Aku tau kau kesepian. Aku mengenalmu sangat dekat," ucap Arka.
"HIDUPKU BAHAGIA, AKU TIDAK BUTUH KALIAN SEMUA!" Senja menarik tangannya dan pergi meninggalkan Naura dan Arka.
"Ada apa denganmu? Mengapa kau berubah." batin Arka menatap kepergian Senja.
"Kau tak apa-apakan?" tanya Arka dan membantu Naura berdiri tegak.
"iya," lirih Naura dan merapikan pakaiannya.
****
Senja berjalan menuju kelasnya dengan langkah yang sangat cepat. Namun saat hendak masuk. Seorang siswi memanggilnya.
"Senja! Kau di panggil Pak Ilham keruangannya," ucapnya.
Tidak berkata apa-apa. Senja langsung pergi keruangan Pak Ilham.
"Senja! Mengapa nilaimu semakin merosot?" tanya Pak Ilham.
Bagaimana tidak. Senja merupakan siswi yang berprestasi di sekolahnya. Namun akhir-akhir ini, nilainya menurun. Tidak hanya pada satu mata pelajaran. Tetapi hampir semua mata pelajaran.
Senja hanya terdiam.
"Bapak akan menelpon orang tuamu dan akan membicarakan masalah ini," lanjut Pak Ilham.
"Percuma bapak menelpon mereka. Mereka terlalu sibuk untuk mengurusku," ucap Senja dengan santai.
"Maksudmu apa?, bapak akan tetap menelpon mereka." Pak Ilham menarik telpon yang ada di atas mejanya, lalu menekan beberapa tombol.
Tap!
Pak Ilham meletakkan kembali telepon itu setelah menelpon tidak lebih dari lima menit.
"Benarkan? mereka terlalu sibuk. Kalau tidak ada yang mau bapak bicarakan lagi, saya permisi," ucap Senja kala melihat Pak Ilham yang terlihat kecewa setelah menelpon.
"Baiklah kamu boleh keluar," ucap Pak Ilham mempersilahkan Senja keluar.
"Terimakasih." Senja beranjak lalu keluar dari ruangan itu.
Senja melangkahkan kakinya berjalan menuju kelasnya. Namun tiba-tiba ....
BUG!!
Sebuah bola basket mengenai lengannya, dan sontak hal itu membuat Senja terkejut.
"HEY! KAU!. BISA LEMPARKAN BOLAKU KEMARI!" teriak seorang siswa yang berada di tengah lapangan basket.
Bukannya menjawab. Senja malah mengambil bola basket itu dan dilemparkan-nya ke tempat sampah. Setelah itu, Senja tersenyum sinis kearah siswa itu, dan kembali melanjutkan langkahnya.
Karna kesal dan tidak terima. siswa itu mengejar Senja. "Hey! tunggu" panggil siswa itu sembari menarik tangan Senja.
"Apa?" tanya Senja seakan merasa tak bersalah.
"Ambilin bola itu sekarang," tegas siswa itu.
"Punya tangan kan? punya kaki kan? Kenapa harus minta bantuan?" ucap Senja dengan santainya.
"Ni cewek bener-bener ngajak ribut. Baiklah penawaran terakhir. Abilin atau kau akan menyesal," ancamnya
"Gak takut." Senja dengan angkuhnya pergi meninggalkan siswa itu.
"Liat saja. Kau akan menyesal," gumamanya menatap punggung Senja yang semakin jauh.