Alendra mengantar senja sampai depan rumah. Setelah itu ia langsung pulang.
Senja masuk ke dalam rumahnya denga wajah datar. Sesampainya di dalam Senja mendapati kedua orang tuanya yang tengah duduk di sofa sembari menonton acara televisi.
Senja memutar bola mata malas lalu melanjutkan langkahnya.
"Senja! Kamu kenapa pulang malam?" tanya Ayahnya.
Senja menatap Ayahnya malas. "Habis jalan dengan temen," jawab Senja.
"Lain kali pulang dulu atau kasih kabar ke rumah," lanjut Ayahnya.
"Memang, kalau Senja kasih kabar ada yang peduli? Tidak ada kan? Jadi untuk apa Senja memberi kabar?" cuek Senja.
"Senja! Jaga bicaramu pada ayahmu," tegur mamanya.
Bukannya menjawab. Senja hanya mengehela nafas pelan dan berjalan menuju kamarnya.
"Anak itu!" kesal mamanya.
Saat Senja menaiki anak tangga, ia berpapasan dengan Dara. Namun seakan tak peduli, Senja tetap bejalan menuju kamarnya. Sedangkan Dara, ia hanya menatap adiknya itu.
Dara menuruni tangga berjalan mendekat ke orang tuanya. Namun tiba-tiba ponselnya berdering.
"Hallo!" Dara mengangkat panggilan.
"Apa Senja sudah ada di rumah? Aku sudah mencarinya namun aku tidak menemukan dia."
"Jangan cemas. Senja baru saja sampai rumah,"
"Syukurlah. Kalau begitu aku tutup teleponnya,"
Setelah panggilan di matikan. Dara kembali mendekat ke orang tuanya. Lalu duduk di tengah ayah dan mamanya.
"Yah! Ma! kepala sekolah ingin bertemu kalian untuk membahas kelulusanku nanti. Semua wali murid juga akan hadir. Apa kalian bisa hadir?" ucap Dara pada kedua orang tuanya.
"Besok ada rapat penting di kantor. Jadi ayah tidak bisa hadir. Tidak apa-apa kan jika mamamu yang hadir?" ucap Ayahnya.
"Jika mama tidak sibuk. Bagaimana ma?" Dara bertanya pada mamanya.
"Baiklah. Mama akan menjadi walimu," ucap mamanya sembari mengelus kepala Dara.
Tanpa di sadari. Senja menatap ketiganya dari atas. Senja tersenyum hambar.
"Siapa aku di keluarga ini? Apa aku anak pungut? Mengapa aku di perlakukan berbeda?" batin Senja.
Setetes air mata Senja berhasil lolos mengalir di pipi mulusnya. Hatinya seakan di cabik-cabik. Ia tidak pernah meminta lebih, ia hanya meminta sebuah perhatian yang seperti Dara dapatkan. Namun mengapa? Semua terasa mustahil baginya.
Senja terus menatap ketiganya dengan rasa iri yang begejolak di hatinya. Namun sebuah pesan masuk di ponselnya, membuat lamunan Senja terbuyarkan.
Aku tunggu di belakang sekolah.
Besok selepas jam pelajaran.
Senja menaikkan satu alisnya kala membaca pesan dari seseorang yang ia tidak tau siapa pengirimnya. Ingin ia mengabaikannya, namun rasa penasaran membuatnya juga ingin menemui orang itu.
***
Setelah jam pelajaran usai. Senja memutuskan untuk pergi ke belakang sekolah. Ia benar-benar di buat penasaran oleh pengirim pesan itu.
Sesampainya di sana. Senja tidak menemuka siapa-siapa. Ia menerka semua sudut, mencari keberadaan seseorang yang memintanya datang kemarin.
"Apa dia mengerjaiku?" kesal Senja.
Saat Senja hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba seember air kotor mengguyuri tubuhnya. Senja membalikkan tubuhnya, di tatapnya seorang pria tersenyum licik kearahnya. Selepas itu, datanglah seorang gadis yang tak asing baginya.
"Kau?" Senja terkejut kala melihat gadis yang pernah menamparnya itu.
"Senang bertemu denganmu lagi," gadis itu tersenyum puas.
"Siapa kau sebenarnya? dan mengapa kau selalu menggangguku?" tanya Senja.
"Bukankah sudah 'ku katakan. Jauhi Alendra jika kau ingin hidup tenang," ucapnya.
Senja menatap tajam kearah gadis itu.
"Namaku Syeril, dan aku calon kekasihnya Alendra," ucap gadis yang bernama Syeril itu.
Syeril Shareeva. Salah satu siswi populer di sekolah itu. Syeril juga terkenal karna ia merupakan ketua tim chirlider.
Senja tekekeh mendengar ucapa Syeril yang mengatakan jika dia calon kekasih Alendra.
"Aku kasihan padamu. Cintamu yang tak terbalaskan membuatmu bertingkah gila," ucap Senja.
"Dan kau!" Senja menunjuk pria yang tadi menyiramnya.
"Akan 'ku buat kau menyesali perbuatanmu," ucap Senja menatapnya tajam.
Saat Senja ingin pergi dari sana. Syeril tiba-tiba manarik rambut Senja dari belakang.
"Berani sekali kau mengatakan itu padaku," kesal Syeril dan menarik rambut Senja dengan kuat.
"Lepaskan!" Senja mencengkram lengan Syeril yang menarik rambutnya.
Senja mengakat tangannya hendak menampar Syeril, namun pria yang sedari tadi berdiri di sana malah menangkap tangan Senja dan melipatnya kebelakang, membuat Senja tidak bisa melawan.
"Dasar pengecut. Beraninya keroyokan," kesal Senja yang terus berusaha melapaskan tangannya.
"Terserah kau mau berkata apa. Yang jelas hari ini akan aku buat kau menurutiku untuk menjauhi Alendra." Syeril mendekat kearah Senja dengan sebuah gunting di tangannya.
"Kau akan merasakan hal yang jauh lebih para dari ini jika berani melakukan itu padaku," ancam senja
"Aku tidak takut," Syeril mengambil segenggan rambut Senja dan di potongnya sampai bahu, dengan potongan yang berantakan.
Syeril dan pria itu tertawa puas. Sedangkan Senja terus memberontak.
"Jangan sok jagoan," ucap pria itu.
Syeril kembali meraih rambut Senja. Mengarahkan gunting itu tepat di pangkal rambut Senja.
"Sepertinya kau akan sangat cantik jika tidak memiliki rambut," ucap Syeril dengan senyum liciknya.
Bug!
Sebuah bola basket mengenai kepala pria yang memegangi Senja. Membuat pria itu terhempas dan terkapar. Sontak hal itu membuat Senja begitu pun Syeril terkejut. Dengan segera mereka menatap kearah dari mana bola itu berasal.
"Alen!" lirih Senja dan Syeril bersamaan kala melihat Alendra berjalan mendekati mereka.
Yaa! Alendra-lah yang melepar bola basket hingga mengenai kepala pria itu.
Tap!
Alendra mengcengram lengan Syeril dan mengambil gunting itu dari tangannya. "Berani sekali kau menggangunya," lirih Alendra, lalu mengehempas Syeril.
Alendra beralih menatap pria yang masih terduduk di tanah sembari memegangi kepalanya.
"Bangun!" Alendra menarik kerah baju pria itu.
"Garren!" lirih Alendra dengan rahang yang sudah mengeras.
Bug!
Satu pukulan mendarat di wajah pria yang bernama Garren itu. Membuat sudut bibirnya berdarah.
"Sekali lagi kau membantu sepupumu untuk menggangu kekasihku, akan aku patahkan tulangmu," kesal Alendra dan mendorong Gareen dengan kuat.
Alendra berjalan mendekati Senja. Kemudian di tariknya tangan Senja pergi dari sana.
"Garren! Kau tidak apa-apa?" Syeril segera menghampiri Gareen.
Garren memegangi sudut bibirnya yang berdarah. "Akan 'ku balas kau," gumamnya.
Garren Leonile pratama. Siswa yang juga merupakan kapten basket dari tim kedua setelah tim yang di ketuai oleh Alendra. Garren juga merupakan sepupu dari Syeril.
****
Alendra membawa Senja ke dekat lapangan basket. Ia kemudian membawa selang air dan menyirami tubuh Senja.
"Kau kira aku motormu apa? Mengapa kau membersihkanku seperti ini?" kesal Senja.
"Diamlah. Kau sagat bau," ucap Alendra.
Senja hanya berdecak kesal. Sedangkan Alendra menyiram Senja sembari menahan tawa.
Setelah selesai menyirami Senja. Alendra mengibas rambut Senja dengan tangannya. Setelah di rasa sudah cukup kering. Alendra mengeluarkan gunting di sakunya. Gunting yang ia ambil dari Syeril.
"Mau apa?" panik Senja saat Alendra memegangi rambutnya.
"Diam!" tegas Alendra.
Mau tidak mau Senja hanya menurut. Alendra mulai memotong rambut Senja. Mensejajarkan ukurannya dengan bahu Senja.
Tak butuh waktu lama. Alendra selesai merapikan rambut Senja. Alendra kemudian menarik tangan Senja untuk berdiri. Di ajaknya Senja untuk berdiri di depan jendela.