Senja menatap pantulan dirinya dari balik kaca jendela. Sungguh ia terkejut saat melihat dirinya dengan model rambut sebahu.
"Kau sangat cantik dengan rambut sebahu," ucap Alendra. Sedangkan senja masih fokus menatap pantulan wajahnya.
Senja kemudian berbalik menatap Alendra. "Aku ingin mengucapkan terimakasih. Tapi kau sudah berani mengatakan aku kekasihmu. Jadi aku rasa tidak perlu berterimakasih," ucap Senja.
"Seharusnya kau berterimakasih," kesal Alendra sembari menjitak kening Senja.
"Tidak akan!" tegas Senja dan berjalan meninggalkan Alendra.
"Kau yakin akan pergi dengan keadaan seperti itu?" tanya Alendra, dan berhasil membuat Senja berhenti, lalu menatapnya.
"Maksudmu?" Senja menatap Alendra bingung.
Alendra tersenyum, lalu pandagannya mengarah pada dada Senja, membuat Senja ikut mentap dirinya.
Deg!
Senja terpelongo kala menyadari bajunya yang basah dan tranparan. Membuat baju dalamnya terlihat. Dengan cepat senja berlari kearah Alendra sembari menyilangkan tangan di dada.
"Ku mohon bantu aku," pinta Senja.
"Kau sangat sombong. Kau tidak mau berterimakasih. Jadi aku malas membantumu," ucap Alendra dan hendak pergi, namun dengan cepat Senja mencekalnya.
"Terimakasih tadi sudah menolongku, dan aku mohon bantu aku sekali lagi," Senja memohon sembari memegang lengan Alendra. Sedangkan Alendra hanya tersenyum.
"Aku akan membantumu, tapi ada syaratnya," ucap Alendra.
"Apa?" tanya Senja.
"Hari ini temani aku latihan basket," ucap Alendra.
"Baiklah," ucap Senja menyanggupi.
"Tunggu di sini, aku akan segera kembali," ucap Alendra melepaskan genggaman Senja dan berlari ke kelasnya.
Beberapa saat kemudian, Alendra kembali membawa jaketnya, dan langsung di pakaikan ke tubuh Senja.
"Pakai ini sampai seragammu kering," ucap Alendra.
"Terimakasih," lirih Senja dengan senyum tulusnya.
"Apa ini? Mengapa senyumnya begitu manis?" batin Alendra.
"Hey!" Senja melambaikan tangannya di depan wajah Alendra, dan berhasil membuat lamunan Alendra terbuyarkan.
"Aku tau, aku memang cantik," ucap Senja dengan percaya diri.
"Dasar," ketus Alendra.
"Ayo aku antar kau kekelas," ucap Alendra sembari membalikkan tubuh Senja, dan mendorong punggungnya dengan pelan.
***
Sepanjang koridor sekolah, semua siswa menatap Senja dan Alendra. Terlebih lagi saat mereka melihat Senja dengan rambut pendeknya.
"Apa itu senja?"
"Lihatlah. Senja terlihat berbeda,"
"Dia masih saja terlihat arogan,"
"Memgapa mereka bisa sedekat itu?"
"Eh! Itukan Alendra. Kapten basken yang ganteng itu, tapi kenapa dia dekat dengan gadis kasar itu?"
Begitulah tanggapan mereka kala melihat Senja dan Alendra yang jalan bersama. Bahkan gosip kedekatan Senja dan Alendra tersebar sangat cepat, hingga gosip itu pun sampai ketelinga Arka.
Saat Alendra sampai di depan kelas Senja. Tiba-tiba seseorang manarik tangan Senja menjauh dari Alendra.
"Ada apa dengamu, mengapa penampilanmu seperti ini?" bingungnya.
"Bukan urusanmu," ketus Senja.
"Berhenti mengurusinya, dia milikku." Alendra menarik kembali lengan Senja kearahnya."
Kau siapa? Aku sudah mengenal Senja sejak lama, dan kau baru beberapa hari yang lalu," kesal pria itu. Pria yang tak lain adalah Arka.
"Kau memang mengenalku sejak lama, tapi kau tidak pernah bisa memahamiku," ucap Senja menatap Arka.
"Sen-"
"Cukup!" Senja menepis tangan Arka yang hendak meraih tangannya.
"Kau mencariku hanya karna kau takut aku lebih dekat dengan orang lain kan? Kau hanya takut aku menjauhimu. Sekarang aku bertanya, apa arti diriku bagimu?"
Deg!
Arka membungkam. Jujur ia juga sangat bingung akan perasaannya, namun ia juga tidak bisa mengingkari jika ia takut kehilangan Senja.
"Sudahlah. Lagi pula aku yakin, kau tidak akan bisa menjawabnya," ucap Senja sembari tersenyum kecut.
Senja menatap Alendra. "Terimakasih karna sudah membantuku," ucap Senja.
"Sama-sama. Ya sudah aku kembali ke kalasku. Jaga dirimu baik-baik," balas Alendra lalu pergi menyisakan Senja dan Arka di sana.
Senja menatap Arka malas. Ia membalikkan tubuhnya dan berjalan masuk ke kelasnya.
"Senja! Dengarkan aku dulu," ucap Arka menyusul Senja.
"Untuk apa? Kau sendiri tidak pernah mendengarkanku," ketus Senja.
Senja duduk di bangkunya, lalu melipat tangan di atas meja dan menyandarkan kepalanya di sana.
Arka menghela nafas pelan. Ia kemudian ikut duduk di samping Senja.
"Kau masih tetap sama. Kau Senja, sahabat masa kecilku, aku menyayangimu lebih dari apapun," lirih Arka sembari mengelus kepala Senja.
Tanpa di sadari, air mata Senja mengalir begitu saja. "Salahkan jika aku memiliki perasaan lebih kepadmu?" batin Senja.
"Ya sudah, aku kekelasku dulu. Jika ada apa-apa panggil aku saja," ucap Arka lalu beranjak dari sana.
Saat Arka sudah di ambang pintu. Perlahan Senja mengangkat kepalanya dan menatap Arka yang perlahan menghilang dari pandangannya.
****
Senja berdiri di depan gerbang sekolahnya. Menatap setiap orang yang lalau lalang hendak pulang. Matanya terus menerawang setiap orang, mencari keberadaan seseorang yang sedari tadi ia tunggu.
"Apa kau mencariku?"
Sebuah sapaan mengejutkan Senja. Kini di hadapannya sudah ada Alendra yang berada di atas motornya.
"Ini. Aku hanya ingin mengembalikan ini," ucap Senja sembari menyodorkan jaket milik Alendra.
"Oh!" Alendra mengambil jaket miliknya dari tangan Senja.
"Ayo naik," ajak Alendra.
"Tidak. Aku bisa pulang sendiri," tolak Senja dan memalingkan wajahnya dari Alendra.
Deg!
Tanpa di sengaja, mata Senja menangkap sebuah pemandangan yang memang tak seharusnya ia lihat.
"Arka? Sedang apa dia dengan gadis lugu itu?" gumam Senja saat tanpa sengaja ia melihat Arka yang tengah berjalan beriringan dengan Naura menuju parkiran.
"Hey! Apa yang kau lihat?" tanya Alendra saat menyadari Senja yang seperti sedang memperhatikan sesuatu.
"Apa kau mendengarku?" tegus Alendra lagi. Namun tetap saja, Senja tidak meresponnya sama sekali.
Karna merasa penasaran. Alendra ikut menatap ke arah yang sedang Senja tatap. Matanya terus mencari sesuatu yang terlihat aneh, dengan dugaan itulah yang membuat Senja fokus kepada hal itu.
Alendra terus menerka setiap orang yang lalu lalang di sana. Hingga akhirnya ia pun menyadari siapa yang sedang di perhatikan oleh Senja.
"Apa kau menyukainya?" tanya Alendra pada Senja.
Senja langsung menatap tajam kearah Alendra setelah melontarkan pertanyaan itu padanya. Sedangkan Alendra yang sadar akan tatapan Senja. Ia pun ikut membalas tatapan Senja.
"Bukan urusanmu," jawab Senja dengan angkuh, lalu berjalan meninggalkan Alendra.
"Hey! Tunggu!" panggil Alendra, namun Senja sama sekali tidak menghiraukannya.
Alendra segera memaki helem miliknya dan segera menyusul Senja dengan motornya.
"Hey! Apa kau sudah lupa dengan janjimu?" tanya Alendra.
Seketika itu juga Senja menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap Alendra yang masih setia berada di atas motornya.
"Kapan kau akan latihan?" tanya Senja.
"Sekitar setengah jam lagi, tapi aku akan mengantarmu pulang untuk mengganti pakaianmu, dan selepas itu kita kembali ke lapangan sekolah untuk latihan," jelas Alendra.
Senja menghela nafas pelan, "Baiklah." Senja pun akhirnya menurut dan langsung naik ke atas motor Alendra.
Tanpa menunggu lama, Alendra langsung melajukan motornya menuju rumah Senja.
Hanya beberapa menit, keduanya pun sampai di rumah Senja.
"Tunggu di sini. Aku akan segera keluar," ucap Senja dan segera berjalan masuk ke dalam rumahnya.