4. KEMARAHAN SELIR KAISAR
Aula istana Long Feng sudah dipenuhi oleh banyak pelayan dan penjaga yang berjajar rapih. Seorang pria dengan fitur wajahnya yang tegas dan bentuk matanya yang begitu tajam juga berada di tengah aula besar itu – ia duduk di kursi tahtanya dengan anggun – menggunakan pakaian mewah berwarna hitam dengan motif sulaman naga emas. Ia tengah menunggu jamuan.
orang itu adalah Jiang Yi dalam tubuh Fengyin. Hanya dengan berbekal ingatan tohoh sang kaisar Feng itu, Jiang Yi sudah mampu beradaptasi meski ia masih berusaha keras untuk bersikap natural. Sejujurnya Jiang Yi masihlah bingung dengan suasana yang sangat baru baginya, apalagi dirinya terbangun menjadi seorang kaisar, hal ini membuat Jiang Yi cukup mengalami rasa gugup. Perasaan gugup dan cemasnya hampir sama seperti saat ia melakukan operasi sulit pada pasiennya, namun kali ini ia merasa tengah mengoperasi dirinya sendiri untuk tiba-tiba berubah dari seorang dokter menjadi seorang kaisar.
Dari ingatan baru yang ia dapat. Jiang Yi tau satu hal jika dirinya saat ini Bernama Fengyin Haochun. Seorang kaisar yang selalu berwajah dingin, sehingga Jiang Yi harus bertahan untuk menunjukan sikap dinginnya. Tentu saja hal ini sebenarnya menyiksa dirinya. Untuk sosok Jiang Yi yang terbiasa bersikap ramah dan penuh senyum lalu tiba-tiba harus berperan berkebalikan dengan sifat aslinya telah menjadi tantangan tersendiri untuknya.
Seperti yang diketahui, Jiang Yi sendiri juga merupakan seorang dokter yang harus terbiasa dengan sikap ramah-tamah kepada semua pasiennya untuk memberikan aura positif kepada mereka. Tapi kini keadaannya telah berbeda. Entah apa yang langit rencanakan untuknya. Jiang Yi bertanya-tanya kenapa dirinya harus kembali bereinkarnasi menjadi sosok yang dingin seperti sosok kaisar Feng ini?. Bahkan sang kaisar memiliki julukannya yang terdengar cukup mengerikan di telinga Jiang Yi.
"Kaisar iblis Feng"
Jiang Yi terus berfikir tentang nama julukan itu, dan bertanya-tanya. Mungkin langit ingin merubah takdir dirinya dengan takdir kaisar Feng. Mungkin dirinya mendapatkan semacam tugas untuk menjadikan sosok kaisar Feng memiliki julukan baru, yaitu kaisar malaikat Feng?. Yang jelas kini dirinya harus menjalani kehidupan barunya sebagai kaisar Feng.
Terutama ia harus beradaptasi dengan salah seorang Wanita yang terlihat selalu ingin menempel dengan dirinya. Tentu saja itu adalah sang selir yang memberikan Namanya sendiri sebagai selir kesayangan kaisar.
An Jia Li bagai merasakan langsung adegan dalam novel itu sehingga begitu melihat sosok tokoh kaisar Feng ia menjadi gemetar, bahkan rasa kantuknya karena tidak tidur semalaman hilang begitu saja. Walau begitu, An Jia Li masih tidak dapat menghilangkan rasa takut yang menyelimutinya karena ia tidak boleh melakukan kesalahn seperti yang tokoh Xiang Lian lakukan. Ia harus menghindari adegan hukuman penggal itu.
Begitu sampai di hadapan wajah kaisar Feng yang memiliki paras tampan nan dingin, An Jia Li menjadi membeku seketika.
"I-itu kaisar iblis Feng?. Benar-benar visualisasi yang pas!" batin An Jia Li yang tak lupa tetap terkagum-kagum dengan wajah kaisar Feng yang sebelumnya di novel hanya dapat ia bayangkan, namun kini ia benar-benar melihat visual rupanya yang menawan secara langsung di depan matanya dengan sangat dekat.
Tak lupa pula An Jia Li menyorot sosok Wanita di samping kaisar Feng. Wanita itu juga memiliki fitur wajah yang cantik tak dapat dibantah, bahkan An Jia Li juga tak dapat menyangkal kecantikannya. Siapapun yang melihatnya memang akan dibuat terpesona.
"Itukah selir kesayangan kaisar Feng?. Benar-benar cantik, tapi tidak untuk hatinya!" batin An Jia Li. Ia kagum sekaligus merutuki selir itu yang membuatnya kesal karena tokoh itu tak pernah puas dengan kecantikan yang dimilikinya. Apapun dilakukan si selir untuk menjadi yang utama di istana Long Feng dan di hati kaisar Feng agar semua mata tertuju padanya.
Aroma teh yang segar, hangat, dan lembut begitu istimewa memenuhi seluruh aula utama istana Long Feng. Warna teh itu juga unik karena berbeda dari kesan warna the pada umumnya yang berwarna kecoklatan atau hijau kekuningan. Teh itu seperti air bening yang didalamnya direndam batu safir berwarna biru yang baru saja dipoles sampai berkilau sehingga nampak seperti air laut yang tertimpa sinar matahari dimasukan kedalam sebuah cangkir.
An Jia Li berusaha bersikap senetral mungkin dan tenang untuk menjalani adegan yang membuat jantungnya tak bisa berhenti berdegub dengan kencang. Sebuah adegan dimana ia harus menungkan teh kepada kaisar secara langsung karena permintaan pribadi kaisar Feng pada pelayan Bernama Xiang Lian yang membuatnya tertarik.
Tapi di dalam novel, adegan itu juga tak luput dari peran si selir yang menatap tokoh Xiang Lian begitu tajam dan penuh dengan rasa iri dengki sehingga membuat tokoh Xiang Lian menjadi tak fokus dan akhirnya menumpahkan teh ke pakaian kaisar.
Penasaran dengan adegan itu. An Jia Li justru mengikuti alur cerita dengan mencoba melihat sedikit sorot mata sang selir dan benar saja. Sselir itu benar-benar menatap An Jia Li begitu tajam saat ini seolah ingin membunuhnya. Dengan cepat-cepat, An Jia Li mengalihkan pandangannya. Tentu saja karena ia tidak ingin menjadi Xiang Lian dan bernasib sama dengannya yang akan tertimpa hukuman.
Dengan penuh kehati-hatian, An Jia Li mulai menuangkan teh dengan anggun dan menyerahkannya pada kaisar dengan gerakan lembut.
Kegembiraan pun memenuhi hati An Jia Li. Ia bersorak ria penuh kemenangan dalam hatinya karena sudah berhasil melewati adegan teh yang tumpah itu dengan baik dan bahkan tak ada setetes pun teh yang tumpah ke pakaian kaisar Feng. Tapi kegembiraan An Jia Li nampaknya tak berlangsung lama begitu gong di tabuh kembali tanda untuk para rakyat bisa memulai meminum teh mereka.
Bagi An Jia Li, suara gong kedua itu menjadi tanda suara alarm berbahaya telah dibunyikan. Dan alarm tanda berbahaya itu adalah alarm miliknya. Begitu berbalik, An Jia Li terserimpat pakaian pelayannya yang belum terbiasa ia kenakan itu, dan berakhir dirinya terjatuh Ketika hendak berjalan berbalik. Tanpa di duga, kaisar Feng dengan cepat menangkap tubuhnya.
Kedua mata mereka pun kembali bertemu begitu dekat. Secara tiba-tiba sebuah ingatan memasuki kepala An Jia Li. Lebih tepatnya itu adalah sebuah perasaan dimana ia pernah merasakan hal serupa saat mata kaisar Feng menatapnya sehingga menimbulkan kemunculan fragmen ingatan tentang seseorang yang An Jia Li cintai – bisa dibilang seseorang yang tokoh Xiang Lian cintai sesungguhnya.
Sayangnya ingatan itu masih buram sehingga An Jia Li sendiri tidak tau ingatan apa yang baru saja melintas di kepalanya. Apakah ingatan itu miliknya atau milik tubuh yang asing baginya saat ini. Hanya hatinya yang dapat mengingat jelas sehingga An Jia Li hanya dapat merasakan sebuah perasaan rindu yang menyelimutinya sekarang.
Perasaan rindu itu tk lama memudar disaat An Jia Li merasakan sesuatu yang mengancam dirinya. Sebuah tatapan tajam serta teriakan dari si selir telah membuat An Jia Li melupakan semua hal.
"Lancang!"
Secara bersamaan dengan teriakan itu, kaisar Feng justru menanyakan keadaan An Jia Li sehingga tak hanya An Jia Li, namun selir dan semua orang yang ada di aula utama istana Long Feng juga terkejut dibuatnya. Semua orang kini tertuju pada kaisar Feng dengan jiwa Jiang Yi. Mereka bertanya-tanya dengan penasaran dalam hati mereka.
"Apakah ini benar-benar kaisar Feng?!!!"
Sekali lagi takdir memebelokan jalan cerita menuju kebenaran kisah yang sesungguhnya.
Jiang Yi tidak bisa menahan sifat alaminya untuk menolong sehingga ia membuang peran tokoh kaisar Feng yang dingin lalu menanyakan keadaan pelayan yang terjatuh tadi.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jiang Yi dengan nada ramah dan lembut, sama seperti ia tengah bertanya kepada para pasiennya.
Sementara itu, An Jia Li dan si selir masihlah terkejut dan menatap bingung kaisar Feng yang bukan kaisar Feng lagi. Tidak ada marah, namun si kaisar dengan julukan kaisar iblis Feng itu justru bersikap baik hati tanpa ragu. Karena hal ini, semua orang di aula utama juga ikut menatap bingung dan aneh sikap kaisar mereka yang biasanya bersikap dingin dan tak acuh sampai semua orang segan padanya, kecuali si selir yang manja itu. entah kenapa ia bisa bertahan dengan sikap si kaisar.
Menyadari keanehan itu, An Jia Li justru merasa merinding sehingga ia pun langsung bersujud di kaki Jiang Yi dan meminta maaf.
"Yang Mulia hamba salah, hamba mohon ampun!" mohon An Jia Li.
Melihat An Jia Li melakukan itu, Jiang Yi langsung merasa risih. Perasaannya bergejolak bercampur dengan ingatan perasaan kaisar Feng sebelumnya yang sesungguhnya tidak diketahui siapapun jika kaisar Feng yang sebelmnya juga merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan oleh Jiang Yi saat ini, hanya saja ia tidak dapat jujur terhadap perasaannya sehingga ia tetap bersikap dingin.
Jiang Yi tidak tau jika berada di posisi sebagai seorang kaisar tidak seenak ini karena harus menjaga martabatnya dan membuang perasaan pribadinya yang sesungguhnya.
"Apakah kaisar Feng ini sebenarnya baik hati?, hanya saja dia tidak bisa mengekspresikan perasaannya yang sebenarnya karena statusnya?" batin Jiang Yi. Ia merasakan sedikit sesak merasakan ingatan perasaan tokoh kaisar Feng, dimana ia ingin melakukan kebaikan namun hal itu harus terhalang oleh sesuatu yang Bernama status.
Kedudukan seorang kaisar tentu tidak dapat dianggap remeh. Kedudukan itu adalah sebuah kedudukan yang tinggi sehingga sekecil apapun sikapnya akan mempengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh wilayah kekaisarannya yang ia pimpin, jadi ia haruslah berhati-hati dalam bersikap termasuk melakukan kebaikan yang mungkin hanya akan dinilai sebagai suatu kelemah dan celah untuk musuh.
"Yang Mulia, pelayan itu tidak tau malu!. Dia harus diberi hukuman!" tukas selir itu merengek dan bergelayut manja di lengan Jiang Yi dengan kesal.
Sang selir bermuka masam juga bahagia yang disembunyikan karena akhirnya ia menemukan celah kesalahan pada pelayan yang sangat ia benci itu. Si selir tau dengan sikap kaisar di depan umum yang tak memandang. Meskipun ia juga tau tentang kaisar yang diam-diam suka mendekati pelayan Bernama Xiang Lian itu, namun sikap di depan umum tak akan bisa ia tepis tentunya sehingga si selir memanfaatkan kesempatan ini untuk menjauhkan si pelayan dari kaisar selamanya. Ia tak sabar menunggu keputusan keluar dari mulut kaisar untuk menghukum An Jia Li.
"Hukuman?. Hukuman apa?" tanya Jiang Yi. Ia bingung namun berusaha bersikap tenang seperti dirinya menghadapi operasi sulit yang memiliki kemungkinan kecil untuk berhasil.
Si selir melihat keraguan pada diri kaisar, namun ia memiliki banyak cara untuk bicara manis agar tak terlihat jahat, "Yang Mulia, aku tau hatimu begitu penuh kebaikan dan belas kasih, tapi kau tidak bisa membiarkan ketidaksiplinan pelayan ini. Jadi, kenapa kau tidak memberikan hukuman penggal padanya?. Itu sebuah hukuman yang ringan. Dia tidak akan merasakan sakit penyiksaan karena akan langsung mati" ucap selir itu dengan lembut sekaligus membujuk manja dengan mempermainkan kata-katanya yang beracun. Ia merubah bisa ular menjadi terasa manis.
"Penggal?!" Jiang Yi terkejut. Ia bahkan sampai menoleh tidak percaya ke arah si selir yang menyarankan hal itu padanya.
Tak hanya Jiang Yi, namun An Jia Li juga terkejut dan dilanda kepanikan sehingga ia langsung berteriak setelah mendengar hal itu.