9. KARAKTER TAMBAHAN : DUA KESATRIA SALJU
Dibalik kekhawatiran Chunyin tentang benda berharganya yang kemungkinan sudah diambil oleh Jiang Yi, ia masih berusaha bersikap tenang karena bagaimanapun adegan dimana tokoh Feng memasuki danau juga terjadi meski tidak sesuai dengan alur ceritanya.
Dalam cerita novel, kaisar Feng pergi ke danau karena ingin mengambil sesuatu yang tidak sengaja ia jatuhkan disana - sebuah liontin dari kristal giok bulan pemberian Xiang Lian padanya. tapi karena Chunyin tidak mengambil benda berharganya jadi ia hanya bisa menebak jika benda itu sudah diambil Jiang Yi. Walaupun tujuan utama Chunyin datang ke danau hanya untuk menolong Xiang Lian, tapi tetap saja ia tidak bisa memberikan benda yang sudah diberikan oleh Xiang Lian untuknya kepada orang lain, meski orang lain itu dirinya sendiri yang lain disana.
Disaat yang sama, An Jia Li juga kembali mengingat kata-kata yang sempat terjeda sebelum ia diseret masuk kedalam danau. Tentang benda berharga yang tengah dicari oleh tokoh Fengying.
"Liontin giok?" batin An Jia Li sambil meyakinkan dirinya tentang isi novel yang tengah ia coba ingat lagi. Setelah yakin, sebuah ingatan asing kembali memasuki kepala An Jia Li. Tidak seperti ingatan sebelumnya yang buram, kali ini ia dapat cukup jelas melihat isi ingatan asing itu.
Dalam ingatannya yang juga terasa familiar, An Jia Li melihat sebuah batu berwarna putih bersinar seperti bulan namun memiliki bentuk tidak beraturan. Batu itu seperti ingin dibuat bentuk persegi panjang namun sayangnya orang yang memoles batu itu bukanlah seorang yang handal sehingga nampak asal-asalan dipecah kemudian dihaluskan permukaannya. Bahkan liontin itu hanya diikat oleh tali biasa yang terbuat dari serabut halus sebuan ranting pohon yang lumayan kuat yang biasa dipakai oleh petani untuk mengikat hasil panen.
Lain halnya dengan Jiang Yi yang saat ini tidak memikirkan benda berkilau yang ia ambil di dasar danau sebelumnya itu karena fikirannya telah teralihkan oleh kedatangan dua orang yang tidak ia ketahui siapa lagi mereka?. Jiang Yi saat ini hanya memiliki sedikit informasi yang diantaranya cukup membuatnya terkejut karena pria yang berusaha menolong gadis pelayan dari istananya tadi adalah seorang kaisar, sama seperti dirinya.
"Siapa lagi mereka?" batin Jiang Yi. Ia cukup terpukau dengan gaya berpakaian kedua orang asing itu yang mirip dengan gaya berpakaian Chunyin, walau jenisnya berbeda. Pakaian biru muda cerah itu dengan jelas menunjukan sebuah pakaian khusus untuk seorang kesatria karena desainnya yang cukup simpel, gagah, dan yang pasti cocok untuk dipakai bagi seseorang yang akan selalu bergerak melangkah dan mengayunkan pedang untuk bertarung. Sayangnya, kedatangan mereka berdua nampaknya tidak dipedulikan oleh Chunyin karena dirinya masih sibuk memikirkan cara mengambil Liontin itu kembali jika benar liontin itu ada di tangan Jiang Yi.
Dua orang asing itu nyatanya memang dua orang kesatria pribadi sosok kaisar Li yang datang untuk menjemput tuan mereka.
"Yang Mulia!" teriak salah seorang kesatria itu. Ia juga nampak berjalan lebih cepat dari kesatria satunya yang berwajah lebih dingin seperti es yang sulit dilelehkan. Meski begitu, raut wajah keduanya menunjukan rasa cemas sekaligus marah dengan melihat penampilan Chunyin yang berantakan, bahkan wajahnya juga terlihat sedikit pucat.
Setelah mendengar suara yang memanggilnya, Chunyin barulah sadar jika ada orang lain dari kekaisaran Li yang datang, terlebih mereka adalah kesatria pribadi kaisar Li Xi. Namun kedatangan mereka nampaknya juga menjadi sebuah kejutan tersendiri bagi Chunyin.
Saat melihat kedua pria kesatria itu, Chunyin hanya bisa terdiam di tempat seolah dirinya dibekukan oleh es.
"Bagaimana bisa?!" batinnya.
Meski kehilangan ingatan tentang cerita dalam novelnya, Chunyin masihlah memiliki ingatan masa lalunya. Dan dimasa lalu ia tidak pernah ingat jika kaisar Li Xi memiliki dua orang kesatria. Dan karena hal ini, ingatan Chunyin seperti mengalami kekacauan. Ingatannya mungkin terdistorsi saat ia kembali terlahir di kehidupannya sekarang. Sehingga Chunyin masih memiliki kepingan-kepingan ingatan yang dapat muncul jika dipicu oleh sesuatu, seperti saat ini dimana dirinya ingat jika kedua kesatria Li Xi itu hanyalah karakter fiksi tambahan yang ia tulis dulu sebelum mengingat masa lalunya.
Hal itulah yang membuat Chunyin terkejut. Bagaimana bisa karakter fiksi tambahan buatannya menjadi nyata?. Atau memang ada yang salah dengan ingatannya?. Chunyin semakin memucat memikirkannya. Kepalanya menjadi sakit. Terlalu banyak ingatan yang seperti bertabrakan anatara kehidupan lamanya dan sekarang mengingat Chunyin sudah tiga kali terlahir kembali.
"Yang Mulia, apa yang terjadi dengan anda?" tanya seorang kesatria yang berjalan lebih cepat tadi. Meski kedua kesatria itu memiliki rupa yang mirip namun fitur wajah si pria ini lebih lembut dan ceria. Ia memiliki tinggi seperti An Jia Li, rambutnya ia kuncir tinggi dengan mahkota perak yang sederhana tersemat disana. Ia nampak lebih cemas setelah melihat Chunyin yang nampak kacau layaknya kecemasan seorang adik kepada kakaknya.
"Yang Mulia, anda sudah pergi untuk waktu yang lama jadi kami mencari anda. Anda harus kembali ke istana untuk menemui penatua Fang, beliau mengkhawatirkan anda" ucap si kesatria dingin dengan sopan.
Saat mendengar penuturan itu, Chunyin baru ingat jika ia sebenarnya tengah meminta waktu untuk keluar dari latihannya untuk pergi ke danau giok. Tentu saja hal itu ia lakukan hanya untuk menemui Xiang-er nya.
"Oh, aku melupakan guru Fang" batin Chunyin mengingat tentang penatua Fang yang diketahui sebagai guru Li Xi, bahkan ia juga sudah seperti ayah bagi Li Xi yang harus ia hormati. Penatua Fang sendiri sebenarnya juga merupakan guru dari kaisar Li yang sebelumnya, yakni ayah Li Xi.
Disisi lain Chunyin juga tidak dapat menghindari perasaan kesalnya karena dua kesatria dari kekaisaran Li ini sudah berani memasuki daerah kekaisaran Feng seenaknya, meskipun tanah kekaisaran Feng bukan lagi miliknya, namun rasa tidak sukanya terhadap Li Xi dan beberapa orang-orang dari kekaisaran Li yang sombong tetap masih melekat. Bagi Chunyin kekaisaran Li dan kekaisaran tetangganya Xu memiliki kesamaan sehingga di masa lalu dirinya tidak terlalu akrab dengan kekiasaran Xu dan Li, namun karena urusan tertentu jadi ia harus berusaha menjalin hubungan antar kerajaan, mengingat kekaisaran Li yang merupakan pusat medis berada, sedangkan pusat perdagangan berada di kekaisaran Xu yang dekat dengan laut.
"Apa kalian tau sedang berada dimana kaki kalian sekarang?" ucap Chunyin yang tidak peduli dengan dirinya sendiri yang juga berada di daerah kekuasaan kekaisaran Feng, mengingat Chunyin bukan lagi kaisar Feng - ia hanya ingin mengungkapkan emosi kesalnya namun harus tetap ia tahan karena Chunyin selalu menjaga imagenya di depan banyak orang. Karena hal ini pula Chunyin banyak menyembunyikan perasaan emosinya yang sesungguhnya. Dan Xiang-er nya menjadi satu-satunya orang yang selalu dapat menyadari apa yang disembunyikannya.
"Eh?" kesatria yang berwajah ceria tadi mendadak memucat panik, "kakak ini dimana?!" lanjutnya sambil menoleh ke arah kesatria dingin tadi untuk meminta jawaban, tapi sayangnya orang yang ia panggil dengan sebutan kakak itu hanya memejamkan matanya seolah tidak mau tau.
"Aku sudah memperingatimu tadi. Kita berada di daerah kekuasaan kekaisaran Feng ..."
"Apa?!. kekaisaran ... kau tidak mengatakannya tadi!, aku tidak mendengarmu membicarakan hal itu!" kesatria itu berteriak dan setengah berbisik saat mendengar kata kekaisaran Feng yang cukup sensitif ditelinganya dan mulutnya untuk diucapkan.
Kesatria dingin sedikit mendecak kesal, namun ia nampaknya memiliki pengendalian emosi yang baik sehingga ia hanya bisa terus berkata-kata, "kau sama keras kepalanya dengan Yang Mulia. Aku mengatakan dan kau tidak mendengarkan. Hanya mengikuti keinginan sendiri ..."
"Padahal tadi aku sudah bilang untuk melakukan pencarian dengan kertas mantra, tapi kau terus bergerak dengan cepat. Aku bahkan tidak lagi tau apa aku ini masih kakakmu atau bukan" lanjutnya dengan sedikit menyindir.
Wajah si kesatria lembut itu mendadak sepreti salju yang hendak meleleh. Jantungnya akan selalu mulai berdetak kencang saat ia mendengar ucapan kakaknya yang bagai tak lagi ingin mengakuinya sebagai adiknya, jadi ia berusaha melunak namun tetap membela diri, "Apa yang kau katakan!. kau kakakku, aku mendengarkanmu!, hanya saja tadi aku tidak mendengar suaramu karena panik ... jangan salahkan aku!"
Chunyin memperhatikan keduanya yang tengah beradu mulut. Ia memangut-mangut mengingat dua karakter adik kakak itu, "kalau tidak salah nama mereka Wenhua dan Weiheng ..." gumam Chunyin sambil mengingat nama si kesatria dingin dan kesatria yang ceria. Meskipun Chunyin tidak terlalu mengingat dua karakter fiksinya, tapi masih dapat dengan jelas mengingat dua nama yang ia berikan saat menulis dua karakter tersebut. Chen Weiheng si kesatria yang ceria yang selalu berbicara pada tokoh Li Xi, dan kesatria dingin yang selalu tanggap menangani segala persoalan yang mengancam sang kaisar muda Li itu.
Suasana disana kembali cukup damai karena semua tenggelam dalam fikiran mereka, tak terkecuali dengan An Jia Li yang terkagum-kagum dengan dua kesatria itu dan Jiang Yi yang juga ikut memperhatikan Wenhua dan Weiheng dengan sedikit bingung. Karena kedua karakter itu bahkan tidak ada dalam ingatan tubuh kaisar Feng yang ia tempati sekarang.
"Apakah orang-orang kekaisaran Li terbuat dari pahatan giok semua?!" batin An Jia Li yang sudah lupa dengan kejadian tenggelam tadi. Ia sibuk dengan visualisasi karakter dalam novel yang sangat melebihi ekspetasinya. Ia bahkan tak menyangka akan melihat karakter lain itu secara nyata.
Meski Jiang Yi tidak terlalu peduli dengan kehadiran tiga orang dari kekaisaran Li di daerah kekuasaan kekaisaran Feng karena dirinya bukanlah kaisar Feng yang sesungguhnya, namun ia masih harus mengambil sikap. Bagaimanapun dirinya telah ditakdirkan menjadi kaisar Feng sekarang. Jiang Yi berfikir singkat lalu mencoba peran kaisar Feng karena ada An Jia Li disana. Tentu saja hal itu ia lakukan semata karena ia tak ingin bersikap lebih aneh lagi di kehidupan barunya dan mencoba beradaptasi untuk terlihat natural dihadapan semua orang yang ada disana, termasuk An Jia Li yang hanya ia tau sebagai pelayan kerajaannya.
Jiang Yi berdehem lalu berbicara, "sampai kapan kalian berdua akan bicara?"
Mendengar suara khas itu, perhatian semua orang disana langsung tertuju pada Jiang Yi. Terutama Weiheng dan Wenhua tentunya karena mereka berdua tujuan pertamanya sebelum ia berbicara dengan Chunyin yang sudah ia ketahui sebagai kaisar Li. Alasannya cukup sederhana karena Jiang Yi tidak ingin bersikap sembarangan terhadap seorang kaisar. Jangan sampai beberapa katanya justru mengakibatkan peperangan yang tidak ia inginkan, terlebih Jiang Yi tidak memiliki pengalama sama sekali dalam dunia militer ataupun sebagai kaisar yang memimpin kerajaannya.
Weiheng menoleh lebih awal, lalu disusul Wenhua yang bisa dengan tenangnya bersikap setelah keduanya baru sadar jika ada sang penguasa tanah yang mereka injak.
"Kaisar Feng?"
"Ka-kaisar ... kaisar iblis Feng!" ucap Weiheng terkejut
Meski kata-kata itu diiucapkan cukup pelan, tapi Jiang Yi masih dapat dengan jelas mendengar jika dirinya dipanggil kaisar iblis Feng dan merasa risih, namun ia hanya dapat pasrah dengan dirinya yang sekarang dan tidak ingin membesarkan masalah kecil seperti itu.