10. KAISAR VILLAIN
Suasana menjadi sedikit tegang lagi. Sebenarnya suasana menegangkan itu hanya ada di atmosfer Weiheng dengan Jiang Yi di depannya yang menatapnya dengan tajam, tapi siapa sangka jika di belakangnya Weiheng juga mendapati aura besar yang menekannya, untungnya Chunyin masih dapat menekan suasana hatinya saat Weiheng mengatakan kaisar iblis Feng.
Weiheng nampak masih panik, ia tak menyangka jika ada kaisar Feng di depannya, ia juga bingung karena tak ada satupun prajurit yang berada disisi sang kaisar. Hanya ada seorang gadis pelayan yang keadaannya sama seperti Chunyin dengan pakaian dan rambutnya yang basah sehingga Weiheng kembali bertanya-tanya, apa yang tengah terjadi?.
"Se-sejak kapan ada kaisar Feng disini?, dan ... aura apa ini?!" batinnya. Weiheng lalu menoleh sedikit ke belakang untuk melihat Chunyin. Dan benar saja, firasatnya mengatakan jika tuannya itu sepertinya sangat marah dengannya. Weiheng langsung tau dari ekspresi Chunyin yang sangat dingin melebihi kakaknya, walaupun ia tidak tau kenapa Chunyin marah padanya.
Weiheng berfikir dan mendapatkan kesimpulan, "apakah aku telah mengganggu Yang Mulia Li yang tengah melakukan pertandingan dengan kaisar Feng?!" batinnya menebak-nebak. Weiheng sendiri juga sudah cukup hafal jika kaisar Li dan kaisar Feng sering melakukan pertemuan mendadak untuk melakukan pertandingan, dan hasilnya hingga saat ini kekuatan mereka berdua masih tetap seimbang. Karena hal itu juga, Weiheng tau bagaimana kesalnya Li Xi karena tak bisa menjatuhkan harga diri kaisar Feng.
Wajah Weiheng semakin memucaat, ia menelan ludah ketika Chunyin mulai melangkahkan kakinya dan berjalan menuju dirinya, namun semua hal buruk yang ada di kepala Weiheng tetap tersimpan disana karena nyatanya Chunyin pergi berdiri di depannya untuk menggantikannya menghadapi Jiang Yi. Sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, Chunyin segera mengambil peran sebagai kaisar Li meskipun hal itu membuatnya cukup kesal untuk berperan sebagai seorang kaisar vilain yang ia benci dalam kisahnya.
Seperti tengah bercermin, Chunyin menatap dalam sosok dirinya sendiri dengan perasaan cukup aneh karena ia harus berbicara dengan dirinya sendiri, tapi karena seperti berbicara dengan dirinya sendiri itu lah yang membuat Chunyin percaya diri untuk maju berbicara tanpa berfikir terlebih dahulu. Setidaknya ia tau cara menghadapi dirinya sendiri.
Chunyin tersenyum lalu berkata, "Yang Mulia Feng, bisakah kau melupakan kedua kesatriaku?. mereka tidak mengetahui apapun. Mereka hanya tengah mencariku"
"Oh, aku juga minta maaf jika memasuki wilayahmu. Ini benar-benar tidak sengaja karena aku sedang mencari barangku yang dicuri seekor gagak ..." lanjut Chunyin membuat alasan. Ia lalu membuat satu tangannya ke belakang dan diam-diam menembak jatuh seekor burung gagak yang sangat kebetulan lewat sana, dan tentu saja hal itu sudah biasa baginya karena ia mengenal baik wilayah kekaisaran Feng miliknya dulu dan sekarang yang masih sama. Chunyin tau jika ada banyak sarang burung gagak di sekitar hutan dekat danau giok.
"Burung gagak?" batin Jiang Yi yang bingung, namun ia hanya diam dan tetap mendengarkan Chunyin bicara tanpa menyelanya.
Chunyin berjalan lebih dekat lagi dengan tersenyum remeh ala kaisar Li dan melanjutkan kata-katanya, "burung gagak itu cukup pintar dan memiliki penglihatan yang bagus saat melihat benda yang berkilauan ... kau tau maksudku kan?. tapi tetang saja, aku sudah mengambil barangku yang dicuri, dan sekarang aku akan kembali"
"Jika kau membutuhkan bukti, kau bisa melihat burung gagak yang jatuh di pinggir sana" lanjut Chunyin. Ia lalu kembali berjalan mundur menunggu tanggapan dari Jiang Yi.
Jiang Yi dengn mudah membaca situasi sehingga ia pun memberi tanggapan dengan tersenyum juga, "baiklah aku percaya ..." ucapnya singkat.
Saat melihat tanggapan Jiang Yi, Chunyin cukup terkejut. Ia tidakpercaya dengan apa yang ia lihat. Ia sangat mengenal dirinya sendiri yang tidak pernah ingin mau tersenyum, namun sikap yang ia lihat dari Jiang Yi justru seperti bukan dirinya, terlebih nada bicaranya seperti tidak menahan emosi sama sekali, padahal dirinya di masa lalu jika berbicara dengan Li Xi selalu dengan menahan kesal.
Karena merasa sedikit aneh, Chunyin tidak ingin membuat lebih banyak hal yang mungkin akan membawa masalah panjang padanya sehingga ia memilih pergi. Lagipula tujuannya saat ini bukanlah untuk beradu kekuatan atau mencari permata giok kembar. Chunyin hanya ingin melindungi Xiang-er nya, meski hal itu terdengar aneh karena dirinya telah menjadi Li Xi yang membunuh Xiang Lian di masa lalu sehingga Chunyin hanya bisa berfikir hal apa lagi yang mengancam Xiang-er nya?, tidak mungkin dirinya akan membunuh kekasihnya sendiri kan?.
Chunyin mengepalkan tangannya karena ia tidak mengerti apa yang langit inginkan darinya.
"Sial!." batin Chunyin. Fikirannya menjadi kacau jika ia harus mengingat Xiang Lian. Mungkin kali ini dirinya benar-benar akan ditakdirkan menjadi seorang antagonis dan villain secara bersamaan. Chunyin hanya bisa pasrah, setidaknya satu hal yang akan ia lakukan.
"Asalkan Xiang-er bahagia, di kehidupan manapun, dan dengan siapapun ... bahkan dengan diriku sendiri. Menjadi batu pun aku akan rela" batin Chunyin.
"Yang Mulia!"
Bagaikan mendapatkan angin segar, sebuah suara membuat kekhawatiran dan kesedihan Chunyin langsung menghilang. Entah kenapa ia tau jika Xiang-er nya memanggil dirinya walaupun suara itu hanya mengatakan kata 'Yang Mulia' yang bisa berarti Yang Mulia Feng juga, tapi Chunyin dengan sangat yakin jiwanya terasa terpanggil. Xiang-er nya memanggil jiwanya yang terperangkap di tubuh seorang Li Xi.
An Jia Li berhenti berlari begitu Chunyin berhenti berjalan dan menghadap ke arahnya. Jantung An Jia Li berdebar sama persis seperti saat dirinya dipeluk sebelumnya. Baahkan saat An Jia Li menatap sosok didepannya, ia seperti melayang. Semua hal disekitarnya bagai menghilang. Untuk sesaat, An Jia Li tenggelam didalam tatapan Chunyin yang menatapnya dengan lembut.
Chunyin pun merasakan hal yang sama dengan debaran jantungnya, meski ada sedikit perbedaan sekarang. Dirinya berhadapan dengan Xiang-er nya, namun rasanya begitu jauh seperti dirinya menatap ke arah langit. Ia melihat bintang yang indah, namun ia tidak dapat menggapainya dan berharap bintang itu jatuh kepadanya.
"Ya?" jawab Chunyin.
"A-anu ... te-terimakasih sudah menolongku, Yang Mulia" ucap An Jia Li dengan terbata-bata. An Jia Li merasa ada yang salah. An Jia Li ingat saat membaca novel dimana sosok kaisar Li dihadapannya saat ini akan membunuh Xiang Lian, namun dirinya heran kenapa sikap kaisar Li yang ia lihat saat ini seperti sangat berbeda dari yang di novel?. ada perasaan aneh dalam diri An Jia Li.
"Apakah benar kaisar Li yang membunuh tokoh Xiang Lian?" batin An Jia Li. Ia menjadi ragu namun tetap harus waspada. Meski begitu, An Jia Li tetap tidak dapat menghilangkan fakta jika dirinya nampaknya jatuh cinta pada sosok didepannya itu, sehingga An Jia Li berfikir mungkin dirinya akan benar-benar merubah cerita dalam novel yang belum ia baca sampai selesai itu.
Chunyin tanpa sadar berjalan maju mendekati An Jia Li. Ia menatap An Jia Li lalu tersenyum, "sepertinya kau baik-baik saja, syukurlah ..."
"U-um, a-aku baik-baik saja. Ini berkat anda Yang Mulia, terimaka-" ucapan An Jia Li terhenti karena saat hendak menundukan kepalanya, gulungan rambutnya terjatuh dan terurai.
"Ah, rambutku!" An Jia Li seketika menjadi panik sendiri dan rasa malu menyelimutinya lebih pekat lagi. Ia langsung mundur, namun saat ia baru berjalan mundur selangkah Chunyin menahan tangannya sehingga An Jia Li berhenti.
Entah keberuntungan macam apa, Chunyin akhirnya bisa merasakan tangan itu walau sesaat. Chunyin lalu tersenyum dan merogoh ikat pinggangnya untuk mengambil sesuatu.
"Ini untukmu, pakailah ..." ucap Chunyin yang membuka tanngan An Jia Li lalu memberikannya sebuah tusuk rambut dengan hiasan bunga peony putih, "sepertinya burung gagaknya ingin memberikannya untukmu" ucap Chunyin sedikit berbisik.
An Jia Li mengerti maksud Chunyin,tapi tetap saja ia merasa aneh dan merasa pria dihadapannya itu sejak tadi berbohong. Meski begitu An Jia Li merasa bahagia dengan pemberian itu dan tidak ingin berfikir macam-macam.
"Te-terimakasih Yang Mulia" gumam An Jia Li. Entah kenapa An Jia Li merasa sedikit sedih ketika Chunyin sudah berjalan pergi meninggalkannya. An Jia Li merasakan perasaan itu lagi, dimana ia merasakan rindu dan sedih, tapi tidak mungkin ia merasakan rindu dan sedih karena sosok kaisar villain yang baru ia temui itu.
An Jia Li menggenggam tusuk rambut itu dengan erat dan tanpa sadar berharap dirinya menjadi bintang yang jatuh ke hati sosok kaisar Li.
Sementara itu, Chunyin yang sudah kembali memutuskan untuk beristirahat sejenak, meski fikirannya tidak bisa berhenti bekerja sedikitpun. Dalam kepalanya saat ini, Chunyin tengah mengulang hal yang baru saja terjadi padanya. Dimulai saat ia tiba di danau giok dan tentang bayangan yang menarik dirinya dan An Jia Li.
"Ada sesuatu yang masih belum kuketahui sejak dulu ... bayangan apa yang menarik kami? Dan-" Chunyin seketika menjadi heran dan tidak mengerti. Fikirannya melayang saat ia menulis novel. Saat itu dirinya menulis novel hanya berdasarkan mimpi yang merupakan ingatan lamanya yang tidak ia ingat. Jadi tentu saja akan ada banyak tambahan cerita fiktif yang tidak terjadi di kehidupan aslinya, namun ia tidak dapat melupakan bagaimana Li Xi membunuh Xiang Lian. Tapi ada hal yang mengganjal fikirannya, yakni alasan Li Xi membunuh Xiang Lian yang tidak ia ketahui. Kenapa Li Xi membunuh Xiang-er nya?.
Lalu, dibanding menceritakan dirinya sendiri. Chunyin sadar jika saat menulis novel ia justru lebih banyak menceritakan tentang kaisar Li Xi, seolah ia lebih mengenal Li Xi daripada mengenal dirinya sendiri.
Saat memikirkan hal itu, Chunyin kembali merasakan kepalanya berdenyut. Rasanya seperti ia mengetahui sesuatu, tapi ingatan itu seperti ditahan agar tidak muncul.
Mengesampingkan hal itu, Chunyin lebih memilih memikirkan bagaimana caranya ia agar dapat mendapatkan kembali Liontin itu.
"Liontin ... bagaimana bisa liontin itu jatuh ke danau giok?" gumam Chunyin yang baru menyadari keanehan lainnya.