16. TEKNIK RAHASIA
Weiheng yang telah kembali ke istana Li Yin segera menemui Chunyin. Dugaannya benar jika tuannya itu sudah kembali lebih dulu. Meski terlihat perhatian, namun Weiheng tau jika tuannya itu juga suka melakukan hal seenaknya, meski dirinya tidak masalah dengan sikap tuannya yang seperti itu, tapi tetap saja Weiheng selalu harus meredam emosinya. Beberapa kali dirinya selalu mendapatkan masalah karena tuannya yang yang suka bertindak seenaknya tanpa berdiskusi ataupun memberitau hal-hal yang ingin dilakukannya. Meski begitu, dirinya tidak dapat melakukan apapun selain memakluminya.
"Li Xi!. tunggu sampai kakakku mengambil tahta kembali, dan aku akan membuatmu menderita!" geram Weiheng dalam hatinya begitu ia kembali ke kamarnya.
"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Wenhua yang menghampiri Weiheng.
"Kak, kau tau?. aku mungkin hampir saja mati di tangan kaisar Feng karena Li Xi sial itu!" keluh Weiheng dengan suara pelan karena dirinya berada di lingkungan istana.
"Sampai kapan kita harus berpur-pura terus melayaninya?. kapan kau akan merebut tahta kembali?!-"
"Hua-er!. tutup mulutmu!" Wenhua langsung memotong pembicaraan Weiheng dan berbicara dengan nada membentak.
Weiheng terkejut dan langsung terdiam menunduk saat mendengar bentakan Wenhua. "Ma-maafkan Hua-er" bisik Weiheng sambil menarik lengan baju Wenhua, "Kakak, jangan marah ... aku hanya punya kau. Maafkan Hua-er" ucap Weiheng sembari menahan air matanya. Ia selalu takut ketika mendengar bentakan dari Wenhua. Ia takut jika Wenhua marah padanya lalu pergi meninggalkannya.
Melihat adiknya yang bahkan menahan air matanya, Wenhua segera menarik nafas dan memeluk Weiheng yang ia panggil dengan Hua-er itu.
"Hua-er. Maaf, kakak tidak bermaksud membentakmu. Kau pasti lelah. Maafkan aku belum bisa membuatmu bahagia. Sedikit lagi, bersabarlah ... kakak pasti akan mengambil kembali tahta milik kita, keturunan klan langit yang sebenarnya" bisik Wenhua.
"Maafkan, Hua-er karena tidak sabaran. Kau juga pasti jauh lebih lelah, Kak ... Hua-er akan selalu membantumu" ucap Weiheng yang tidak ingin membuat Wenhua lebih khawatir lagi. Ia sadar jika kakaknya telah melakukan banyak hal untuknya. Ia juga sadar jika beban yang bawa oleh kakaknya jauh lebih besar, maka dari itu Weiheng selalu bersifat ceria dan memendam banyak masalahnya sendiri karena tidak ingin menambah beban kakaknya, walaupun ia juga sering kelepasan meluapkan emosinya seperti tadi.
Wenhua menarik nafas lalu membuangnya perlahan.
"Apa lagi yang dilakukan Yang Mulia Li Xi padamu sampai-sampai kau hampir mati di tangan kaisar Feng?. lagipula kalian tadi pergi kemana?. aku tidak mendapat sedikitpun info tentang kalian yang keluar dari istana tengah malam"
"Kak, berhenti memanggilnya Yang Mulia. Dia hanyalah boneka yang entah berasal darimana. Kau lah yang seharusnya-" Weiheng menghentkan kata-katanya saat melihat wajah Wenhua kembali dingin.
"A-aku dan Ya-Yang Mulia Li Xi habis pergi ke kekasiaran Feng. Kau tidak akan percaya dengan apa yang akan ku katakan, tapi Yang Mulia Li Xi menerobos keamanan kekaisaran Feng dengan mudahnya. Ia bahkan tau setiap sudut istana dan jalan rahasia untuk masuk kedalam ruang arsip istana" jelas Weiheng dengan awalan yang begitu enggan menyebut Li Xi dengan sebutan Yang Mulia.
Wenhua terdiam mendengarkan cerita dari adiknya dengan seksama. Otaknya bekerja saat ia mendengar hal-hal yang cukup aneh itu. Bagaimanapun, ia mengenal baik Li Xi. Hanya dirinya yang tau jika Li Xi memiliki sisi penakut, jadi mana mungkin Li Xi akan berani pergi tanpa ditemani banyak pengawal ke tempat yang cukup berbahaya seperti kekaisaran Feng yang bahkan Wenhua sendiri tidak yakin bisa semudah itu menembus keamanan kekasiaran Feng.
Wenhua berfikir semakin dalam, "Bahkan ia berani ditinggalkan sendirian disana dan menyuru Hua-er pergi mengambil sesuatu, ia melakukan itu sengaja dan seolah ia tidak ingin siapapun berada disisinya ..."
"Apakah Li Xi memiliki rahasia yang disembunyikannya?" batin Wenhua.
"Kak, apa yang kau fikirkan?" tanya Weiheng penasaran.
"Aku sedang memikirkan, hukuman apa yang harus kuberikan untukmu ..."
"Hu-hukuman?. kakak, aku sudah minta maaf!, kenapa kau ingin menghukumku?" protes Weiheng, "lagipula aku tadi hanya kelepasan ..." bisik Weiheng dengan nada pelan. Meskipun dirinya tidak ingin mendatkan hukuman, tapi ia sadar ia juga salah, jadi Weiheng hanya berusaha kecil membela dirinya.
"Masih berani protes?. baiklah, kalau begitu hukumanmu sudah ku tentukan"
"Kak!"
"Renungi kesalahanmu di dalam kamar selam tiga hari, jangan temui Yang Mulia. Aku yang akan bicara dengan Yang Mulia jika kau tengah sakit" ucap Wenhua dengan sedikit usil, lalu ia langsung pergi meninggalkan Weiheng.
"Eh?, kakak!" Weiheng tidak dapat berkata-kata lagi, jadi ia hanya cemberut, "hukuman macam apa yang harus membuatku berbaring di kasur seharian tanpa melakukan apapun?" dumal Weiheng. Ia tau jika apa yang dilakukan kakaknya itu bukanlah hukuman melainkan ia ingin jika Hua-er nya beristirahat. Meski selalu berkata dingin, tapi Weiheng mengetahui sifat kakaknya yang begitu menyayanginya. Wenhua selalu mengambil resiko untuk satu-satunya keluarganya yang masih ada setelah malam pembantaian keluarga istana musim dingin lima tahun lalu.
Hingga saat ini, Wenhua dan Weiheng masih mencari dalang dibalik terbunuhnya semua keluarga kerajaan Li Yin yang diduga ingin mengakhiri garis keturunan klan langit dan ingin mendirikan kerajaan lain dengan menghancurkan kerajaan Li Yin, namun siapa sangka Li Xi mengambil tindakan lain dan ingin tetap membiarkan istana Li Yin berdiri. Ia bahkan tidak ingin mengganti nama istana Li Yin dengan alasan konyol karena nama awal istana sama dengan nama awal miliknya. Tentu saja Wenhua hanya menduga jika ada hal lain dibalik itu semua. Li Xi hanya ingin tetap membuat rakyat percaya padanya.
"Tindakan yang naif dan penuh dengan misteri" batin Wenhua karena ia yakin Li Xi memiliki banyak rahasia yang ia simpan sendiri yang tidak ia beri taukan kepada siapapun. Bahkan pada paman Wenhua dan Weiheng yang membawa Li Xi yang saat itu dikatakan sebagai anak dari selir kedua kaisar Li sebelumnya, yang tak lain adalah ayah dari Wenhua dan Weiheng.
Sebenarnya hanya Wenhua yang tau jika Li Xi bisa dibilang adiknya juga yang hanya dimanfaatkan oleh paman mereka yang menginginkan tahta, namun siapa sangka, tanpa sadar sang paman pun sebenarnya juga seorang boneka yang tengah dikendalikan seseorang yang tidak diketahui identitasnya. Satu-satunya petunjuk yang dapat Wenhua cari adalah hanya dari sebuah teknik yang ia lihat saat pembantaian saat itu. Sebuah teknik kuno yang disimpan sangat dalam oleh ayah mereka karena teknik itu sebuah teknik terlarang. Sayangnya Wenhua tidak tau teknik macam apa itu karena saat ia hendak menyelidikinya, gulungan-gulungan kuno tentang teknik itu sudah tinggal potongan-potongan kertas yang hangus terbakar sehingga ia hanya dapat menelusuri teknik itu perlahan sambil mempelajarinya.
***
Sudah hampir dua jam Chunyin berfikir. Nyatanya ia tidak dapat membuat otaknya berhenti bekerja. Begitu sampai di dalam kamarnya ia langsung diserang banyak fikiran yang sudah tidak lagi dapat ia tahan untuk tidak difikirkan. Chunyin bahkan tetap berfikir saat ia mencoba memejamkan matanya. Dan berakhir ia tertidur dengan harus membawa fikiran-fikirannya ke alam bawah sadar untuk ikut bersamanya.
Pemandangan yang mirip dengan apa yang ada di istana Li Yin begitu indah terlihat, bahkan jauh lebih indah dengan banyaknya hiasan giok yang berkilau serta pepohonan dan tanamannya yang langka juga ikut andil menghiasi.
Didalam istana itu ada raja dan ratu, dua putra mahkota dan satu putri mahkota. Semuanya terlihat hidup dalam kedamaian sampai hari dimana seorang putra mahkota dibuang oleh keluarganya sendiri. Langit berubah menjadi gelap dan petir menyambar kursi kaisar sehingga penobatan putra mahkota menjadi kaisar selanjutnya dibatalkan karena dianggap tidak mendapatkan restu dari langit.
Adegan selanjutnya berubah begitu cepat. Itu adalah pemandangan yang hampir mirip dengan mimpi Chunyin sebelumnya. Sebuah hamparan bunga, namun ada dua orang anak kecil yang berada disana tengah bermain-main dengan bunga dan kelinci. Untuk beberapa saat kedua anak kecil itu juga terlihat bermain begitu asik dengan si anak kecil perempuan yang berperan sebagai kelinci, sedangkan anak kecil laki-laki mengambil peran sebagai serigala, dan mereka pun bermain kejar-kejaran, sampai angin bertiup menerbangkan semua bunga. Adegan pun kembali bergulir ke adegan lain.
Kali ini, Chunyin melihat ada begitu banyak gulungan tergeletak didepannya. Chunyin bahkan juga tengah membuka dan membaca salh satu gulungan yang sedikit buram tulisan dan gambarannya.
"Teknik apa lagi ini, Guru?" tanya Chunyin di dalam mimpi itu, meski yang bertanya nyatanya adalah seorang pemuda berumur sekitar lima belas tahun.
"Itu adalah teknik ..." sebelum mendengar sampai akhir, sayangnya Chunyin harus terbangun. Kepalanya pusing karena ia tidur dengan membawa fikirannya. Meski begitu mimpi-mimpi yang ia dapatkan itu sangat Chunyin yakini jika itu semua adalah sesuatu yang tidak dapat ia ingat secara langsung.
"Teknik?' gumam Chunyin yang begitu penasaran dengan mimpi terakhirnya. Ia merasa ingat sesuatu tapi juga tidak dapat mengingatnya.
Chunyin setelahnya menghabiskan beberapa jam waktunya di ruang arsip untuk membaca banyak gulungan yang mungkin akan memberikan petunjuk tentang ingatannya yang sampai saat ini masih tidak dapat ia buka dengan mudah, ditambah kehadiran Jiang Yi memperjelas semua kejanggalan.
"Teknik apa itu sebenarnya?" gumam Chunyin yang sudah hampir membuka semua arsip tentang teknik-teknik klan langit, "apa mungkin ada di ruang arsip manor Da Huo di kekaisaran Feng?" gumamnya lagi, namun ia ragu. Chunyin merasa lebih yakin jika teknik itu dimiliki oleh kekaisaran Li karena ia sempat melihat ada sebuah tanda milik klan langit yang berupa dua bulan berdampingan; satu bulan purnama dan disebelahnya ada bulan sabit.hitam.
Karena tidak menemukan apapun, Chunyin pun pergi ke ruang kerja kaisar Li untuk melihat beberapa gulungan yang mungkin ia lewatkan.
Rupanya sebelum Chunyin datang, Wenhua sudah terlebih dahulu berada disana untuk memberikan laporannya seperti biasa. Wenhua memberi hormat pada Chunyin begitu Chunyin masuk,"Yang Mulia"
"Ini laporan untuk malam ini" ucap Wenhua sambil memberikan sebuah kertas.
"Yang Mulia, maaf izin menyela sebentar"
"Katakan"
"Sebelum ada kesalahpahaman, saya ingin meminta waktu untuk Weiheng adik saya beristirahat selama tiga hari karena kesehatannya memburuk. Nampaknya ia ceroboh dan terluka setelah masuk kedalam kolam saat menjalani tugas" jelas Wenhua yang langsung disetujui oleh Chunyin yang justru cukup bersyukur jika tidak ada lagi orang yang banyak bicara di dekat telinganya, namun karena hal itu Chunyin kembali mengingat Xiang-er nya yang juga memiliki luka setelah seseorang memasukannya kedalam sel air.
Chunyin meremas sedikit kertas. Ia harus menemukan cara untuk mengambil Xiang-er nya.