An Jia Li berjalan dengan memusatkan seluruh fikirannya hanya pada Aula Da Hua - Novel legenda Bintang Hitam dan Putih - Xing Yi. Itu dia yang terakhir!. An Jia Li tidak bisa berhenti memikirkan tentang nama pena penulis novel itu. An Jia Li memiliki perasaan aneh ketika ia mengingat nama Xing Yi. Bahkan ketika ia mencoba menyebutkan nama itu, suaranya bergema di dalam hatinya dengan begitu kencang seolah-olah nama itu membangunkan sesuatu dalam dirinya. Memanggil dirinya yang tertidur begitu lama dan mengatakan "sampai kapan kau akan tertidur disini?, cepat bangun!"
Jika disingkat, sebenarnya fikirannya An Jia Li penasaran dengan cerita dalam novel itu, sementara jiwanya penasaran dengan sosok pemilik nama pena Xing Yi. Hanya dua itu yang membuat An Jia Li terdorong berbuat nekat, meski yang ia lakukan tergolong hal yang tidak serius dan terlihat biasa. Ia dapat memiliki alasan berada di perpustakaan kekaisaran karena statusnya sebagai pelayan. Ia tidak akan mungkin disangka seorang pencuri, apalagi yang ia kunjungi adalah aula Da Hua yang hanya berisi kumpulan rak sastra dan bukan arsip-arsip milik kekaisaran yang penting. Walau begitu seseorang dapat dengan mudah menjebaknya. Tak akan ada yang mengira jika kehendak takdir masih berjalan sesuai dengan rencananya.
Begitu An Jia Li masuk, ia langsung menghampiri rak tempat dimana novel yang ia tuju berada.
"Seri keduanya tidak ada" gumam An Jia Li. Meski ia begitu penasaran dengan seri pertamanya, namun novel yang ada di fikirannya adalah seri keduanya sehingga secara alami ia lebih mencari seri kedua itu. "Oh. Kalau tidak salah, aku menjatuhkannya kedalam kotak" nadanya terdengar riang kembali. An Jia Li ingat ketika ia tak sengaja menjatuhkan novel yang ia pegang kedalam kotak buku-buku lama yang hendak disingkirkan.
"Benar-benar ikan yang ingin menjadi naga"
"Teruslah melawan arus. Itupun jika sungai tempatmu berenang masih memiliki air"
Sosok selir Zhi Yang berada dalam bayangan deretan rak buku yang menjadi satu di sebuah ruangan. Itu adalah ruangan yang terhubung dengan Aula Da Hua. Sebuah ruangan khusus yang biasa dipakai kaisar untuk membaca. Entah itu membaca untuk menghibur diri atau untuk pembelajaran dan pekerjaan yang membutuhkan ketenangan disaat kaisar harus serius melakukannya.
"Dimana kotaknya?, apakah Nona Liu sudah mengambilnya?"
"Kotaknya disini, ikan Bodoh" jawab Selir Zhi Yang dalam hatinya. Ia tersenyum. Otaknya baru saja berhenti memikirkan cara baru untuk menjebak An Jia Li karena ikan bodoh itu ternyata masih berenang kembali meski siripnya terluka.
"Aku tidak perlu memikirkan rencana baru lagi karena si bodoh itu kembali lagi kedalam jaring" batin Selir Zhi Yang dengan gembira. Awalnya ia mendumal karena ia fikir rencana yang telah ia susun semalaman gagal karena An Jia Li sakit dan Nona Liu membawanya kembali, tapi siapa yang tau jika An Jia Li begitu keras kepala hanya untuk memenuhi rasa penasarannya. Sebuah kebiasaan yang cukup buruk dan sulit untuk dihilangkan.
Selir Zhi Yang lantas langsung melanjutkan rencananya untuk menjebak An Jia Li.
Sekali dayung, dua pulau terlampaui. Itulah yang direncanakan Selir Zhi Yang. Tak hanya untuk menjebak An Jia Li seorang namun ia juga berniat untuk menyeret Nona Liu bersamanya dalam satu jaring. "Liu Qionglin. Sudah saatnya kepala pelayan diganti dengan orang yang lebih jujur" selir Zhi Yang menekan kata jujur karena ia tidak suka dengan tindakan Nona Liu yang kerap melindungi sosok Xiang Lian yang dibencinya.
Clang!
Selir Zhi Yang membuang sesuatu di lantai sehingga suaranya yang seperti beberapa koin perak yang terjatuh memenuhi ruangan yang sepi. Setelah itu selir Zhi Yang mengeluarkan seekor kucing yang sengaja ia tangkap untuk dilepaskan bersamaan dengan An Jia Li yang terkejut mendengar suara-suara itu.
Meow!.
"Astaga!. Kucing!. Kukira Nona Liu yang akan mencakarku!" Dumal An Jia Li yang bisa bernafas lega, tapi setelahnya wajahnya sedikit muram. Ia menghentikan sebentar mencari kotak berisi buku-buku bekas dan berjalan perlahan menghampiri beberapa benda di lantai yang berkilau terkena cahaya.
"Itu ... "
Semakin dekat An Jia Li berjalan, semakin berdetak hebat pula jantungnya sehingga wajahnya kini sedikit kembali terlihat seperti hantu yang berkeliaran karena tidak dapat kembali dengan tenang. An Jia Li sangat resah sekarang. Ia menyorot perak-perak berkilau di atas lantai itu lalu berjongkok dan mengambil semuanya.
"Bukankah ini jepit rambut pemberian kaisar Li?"
"Lalu di ambil oleh selir Zhi Yang malam itu ... Dan sekarang tak lagi dapat dipakai" lanjutnya dengan nada sedih. Hati An Jia Li bagai diremuk sampai hancur seperti halnya jepit rambut yang berada di tangannya. An Jia Li sedih dan merasa bersalah. Seharusnya ia menjaga pemberian kaisar Li dengan baik, namun ia justru membiarkan jepit rambut itu hancur.
Tenggelam oleh perasaannya. An Jia Li kembali merasakan pusaran aneh dalam dirinya yang berputar semakin kencang. Cahaya dalam kedua maniknya menghilang sehingga kedua matanya seperti mata ikan yang mati setelah kehilangan airnya, namun karena ia masih ingin hidup, dirinya pun memberontak. Ikan yang kehilangan airnya bagai kehilangan kehidupannya. Dirinya berjuang agar tidak mati dengan cara bergerak dengan liar mengepakan sirip-siripnya yang mengering.
An Jia Li marah sekarang. Rasa sedihnya telah membuatnya merasakan kesal. Bahkan saat ia membayangkan wajah selir Zhi Yang, ia jadi tambah merasakan kebencian menyerap kedalam setiap sel darahnya.
"Maaf saja. Aku bukanlah Xiang Lian!. Dasar selir ular sial!. Akan kubuang semua racun manismu!" An Jia Li kini bertekad ditengah gejolak amarahnya dan menjadi dirinya sendiri sebagai An Jia Li, sang direktur yang tegas dan ganas jika ada yang mengusik dirinya. Ia sudah cukup berpengalaman menghadapi banyak klien yang seperti ular, musang, serigala, atau seperti tikus kotor sekalipun.
An Jia Li menyimpan potongan-potongan jepit rambutnya. Disaat yang bersamaan ia bertanya-tanya. Kenapa jepit rambutnya bisa berada di aula Da Hua?, sampai akhirnya ia melihat sesuatu yang lain. Sumber dimana ia melihat kucing keluar dari celahnya.
"Pintu?"
Tanpa menunggu, An jia Li segera membuka pintu yang sudah terbuka itu dan menemukan sebuah ruangan yang didalamnya hanya tersedia sedikit furnitur. Yang sangat mencolok adalah sebuah kurai panjang yang menghadap jendela yang menghadap taman, sebuah set meja belajar yang berhadapat dengan kolam yang berjarak beberapa langkah darinya. Nuansa yang sangat alami dan sangat tenang.
An Jia Li kemudian ingat set meja di ruangan direkturnya yang mungkin sekarang sudah ditempati orang lain. An Jia Li tanpa sadar berjalan menghampiri set meja kayu jati dengan ukiran rumitnya yang indah.
"Ternyata disini. Pasti Nona Liu yang memindahkannya kesini. Tapi ruang apa ini?, kenapa pintunya seperti menyatu dengan dinding?" An Jia Li akhirnya menemukan benda yang ia cari dari tadi. Bukan karena set mejanya, namun An Jia Li menghampiri meja itu karena kotak yang berada di atasnya.
"Jika saja tidak terbuka. Aku pasti akan mengira jika itu adalah dinding yang retak dengan rapih"
An Jia Li segera membuka kotak itu untuk memastikan apakah buku yang ia cari masih ada disana atau tidak. Dan tentu saja buku itu masih berada disana. Tapi An Jia Li memasang ekspresi heran seolah ia tidak menemukan apa yang ia cari.
"Apa ini?" An Jia Li. Ia mengambil buku yang entah kenapa bentuknya tergulung. Gulungn buku itu berwarna kekuningan dan coklat seperti sudah sangat tua. An Jia Li kembali dengan dorongan rasa ingin taunya. Ia membuka gulungan buku itu dan hanya melihat tulisan yang telah memudar di sampulnya sehingga ia tidak tau buku apa itu dari judulnya. Jadi, mau tak mau ia melanjutkan untuk membuka dan mencari tau lewat isinya.
"A-apa ini?"
An Jia Li hanya membaca sekilas lalu ia dengan cepat berlanjut ke halaman berikutnya. Sedikit demi sedikit sampai akhirnya ia mencapai halaman akhir dan mengakhirinya.
"Apa-apaan buku kosong ini?" Gumam An Jia Li. Ia lantas kembali menyorot sampul dan mencoba menebak-nebak tulisan judulnya yang memudar dan dihilangkan dengan cara diasapkan di atas api sehingga warna hitam dari hasil pengasapannya menyatu dengan tinta tulisannya dan tidak dapat lagi dibaca. Nampak seperti ingin dihilangkan namun juga tak mau dihilangkan.
"Apakah ini karakter 'langit?'" Gumam An Jia Li saat ia mencoba menebak tulisan yang memudar.
Setelah itu An Jia Li tak lagi dapat berbuat apapun. Ia hanya bisa menebak jika judul di buku itu ada hubungannya dengan sesuatu yang berkaitan dengan langit. Selain hal itu, An Jia Li hanya dibuat penasaran lagi oleh sebuah cap dibawah tulisan yang pudar itu.
"Apa ini?. Bulan?" An Jia Li mencoba menebak bentuk cap berwarna hitam yang menurutnya sedikit aneh.
"Mungkin semacam ramalan bintang?" Gumam An Jia Li asal. Tapi ia sangat tidak yakin mengatakan hal itu. Jelas-jelas ia sangat penasaran dan jadi sangat antusias. Buku kosong itu memberikan misteri dan An Jia Li merasa harus memecahkan misteri itu. Jadi ia kembali menyelipkan buku itu kedalam kotak. Setelah itu ia beranjak untuk menyorot kembali buku yang ia tuju.
"Itu dia!. Pelayan ini menyelinap masuk ke ruang baca Yang Mulia dan mencoba mencuri sebuah arsip penting kekaisaran!. Dia pasti mata-mata!" Teriak seseorang dari luar ruangan.
"Apa?!"
An Jia Li kembali dibuat terkejut sehingga ia kembali harus menunda kegiatannya untuk membaca novel karya Xing Yi setelah ia melihat seorang pelayan berteriak dan menunjuk ke arahnya sampai beberapa prajurit masuk untuk menyergap An Jia Li.
"Apa yang kau lakukan?!. Lepaskan aku!"
"Ada apa ini?" Selir Zhi Yang tiba-tiba muncul seolah tidak tau apa yang tengah terjadi.
"Yang Mulia Selir Zhi Yang, aku melihat pelayan ini diam-diam memasuki ruang baca Yang Mulia dan mengambil sesuatu dari meja Yang Mulia. Dia menyimpannya kedalam kotak ini" jelas pelayan yang sudah menerima sekantung perak dari Selir Zhi Yang.
"Tidak. Bukan aku!" Sangkal An Jia Li dengan sangat panik dan kesal.
"Diamlah kau pelayan tidak tau diri. Mari kita lihat benda apa yang kau curi!" Selir Zhi Yang kemudian membuka kotak dan mengambil gulungan buku tua yang ia selipkan kedalamnya sebelumnya.
"Ini. Bukankah ini buku milik keluarga kerajaan yang hanya boleh dilihat oleh penerus tahta kekaisaran Feng?!. Pasti kau memiliki kata-kata untuk diungkapkan!. Bawa pelayan ini kedalam sel tahanan untuk di introgasi!" Perintah Selir Zhi Yang pada prajurit yang menangkap An Jia Li.
"Dan kau. Ikut aku untuk melapor kepada Yang Mulia. Aku takut jika pelayan itu benar-benar mata-mata yang harus dimusnahkan!" Perintahnya lagi kepada seorang prajurit dan pelayan yang dibayar sebagai saksi palsunya.