An Jia Li melupakan sejenak gulungan buku misterius itu dan memilih berencana membaca buku novel yang ceritanya membuatnya penasaran. Sebelum itu, An Jia Li telah selesai mengarang cerita untuk Nona Liu agar Nona Liu berhenti mengoceh sehingga An Jia Li kini mendapatkan ketenangannya sendiri dalam kamar untuk merenung. Ia masih sedih dengan tusuk rambut pemberian Kaisar Li yang hancur. Tak hanya tusuk rambut itu, namun hati An Jia Li rasanya ikut remuk dan ia tidak tau caranya untuk memperbaiki sesuatu yang sudah hancur.
Dulu, An Jia Li pernah dipatahkan sehingga ia tak percaya dengan cinta di kehidupan sebelum terlahir kembali. Dan kali ini, hatinya tak hanya patah, namun hancur. Tinggal menunggu waktu sampai semuanya menjadi debu lalu hilang tersapu angin.
An Jia Li meletakan potongan-potongan tusuk rambut itu di meja. Ia sangat ingin menyatukan kembali semuanya, namun ia tak memiliki perekat, jadi ia hanya menyimpannya kedalam sepotong kain.
An Jia Li menghela nafas beberapa kali. Fikirannya lelah. Ia bahkan tak lagi tau siapa dirinya saat ini. Semuanya seperti mimpi panjang yang berlalu singkat dan cepat. Memaksanya untuk berlari dalam fantasi dikala orang lain berlari dari kenyataan.
An Jia Li menyandarkan punggungnya di kasur dan mulai membuka novel karya Xing Yi.
"Seharusnya aku baca seri pertamanya dulu" gumamnya tanpa niat sedikitpun untuk membaca seri pertamanya. Tenaganya terasa telah terkuras habis meski ia ingin pergi ke aula Da Hua.
An Jia Li menghela nafas lagi, "sudahlah, baca saja yang ini dulu" gumamnya lalu ia pun mulai membaca dengan serius bab pertama dari seri kedua novel legenda bintang hitam dan putih.
"Bab satu. Jepit rambut yang hilang ..." An Jia Li seketika terdiam. Ia lalu berfikir "apa yang sedang terjadi?. Kenapa bab pertamanya seperti kisahku saat ini?" Namun An Jia Li segera menepis segala pertanyaan yang muncul dan mulai fokus membaca.
Lembah persik hijau - Alam peri kehidupan.
Seluruh tanaman di langit dan dunia berasal dari lembah persik hijau dimana para peri kehidupan tinggal untuk menjaga semua tanaman itu.
Sesosok pria berpakaian biru gelap tiba di lembah itu seperti malam cerah yang hendak membawa pesan agar semua peri pergi istirahat, namun seorang peri datang dan menghentikan sosok itu karena para bayi tanaman membutuhkan cahaya saat ini sehingga kedatangan sosok itu membuatnya khawatir.
"Maaf tuan, siapa anda dan dari langit mana?. Apakah anda ada keperluan di Lembah persik hijau?" Tanyanya dengan lugas.
Sosok itu tak menjawab dan hanya melihat peri yang bertanya padanya.
"Bukan kau"
"Apa?" Si peri kembali memberikan pertanyaa karena ia tak mendengar dengan jelas suara sosok itu.
"Aku dari langit tengah untuk mengirim barang"
"Langit tengah?!" Peri itu nampak terkejut namun ia masih harus menerapkan aturan jadi ia kembali bertanya, "maaf jika lancang tuan. Bisakah anda memasukan segel pengenal disini agar saya tidak menahan anda lebih lama lagi?" Ucapnya. Peri itu lantas mengeluarkan sebuah bunga teratai di tas tangannya.
"Tentu"
Peraturannya adalah. Tidak ada yang boleh menanyakan identitas seorang abadi dari langit tengah ataupun tugas yang tengah ia jalani. Satu-satunya untuk memverifikasi apakah dia benar-benar dari langit tengah atau bukan hanya dari segel identitasnya. Dan karena bunga teratai bersinar keemasan, itu berarti sosok itu memanglah dari langit tengah sehingga ia langsung dipersilahkan masuk. Semua Alam tau yang dimaksud langit tengah adalah klan bintang. Dan jika mereka mendatangi salah satu alam, hanya ada tiga kemungkinan tugas yang hendak mereka lakukan. Yang pertama adalah ada ketidakseimbangan yang harus diperiksa. Kedua, kerusakan yang harus diperbaiki. Dan ketiga, ada penyimpangan yang harus dimusnahkan. Namun tak ada yang mengira kemungkinan keempat, yaitu mengembalikan jepitan seorang peri yang tak sengaja menjatuhkannya karena dia menabrak pohon persik. Alasan yang konyol untuk membuat seorang abadi dari langit tengah turun.
"Siapa sosok dari langit tengah ini?. Apa dia tokoh utamanya?" Gumam An Jia Li tanpa menghentikan kegiatan membacanya.
Sosok abadi dari langit tengah itu akhirnya sampai disebuah pohon sakura yang besar di pinggir air terjun namun sayangnya cabang-cabangnya kering. Tak ada satupun bunga yang mekar. Pohon sakura pertama yang sebentar lagi akan mati. Itulah kenyataan bagi para peri yang sudah berusaha mencoba memberikan kehidupannya kembali, namun sayangnya batas waktunya sudah tiba sehingga pohon itu hanya dibiarkan. Namun ketika sosok itu menyentuh pohon itu. Angin tiba-tiba berhembus lembut dan perlahan-lahan kelopak demi kelopak bunga tumbuh di pohon yang sudah dinyatakan 'mati' itu. Pohon sakura itupun kembali bermekaran dengan megah seolah ia harus memberi hormat - setidaknya sekali dalam hidupnya, ia ingin mengucapkan rasa terimakasih pada para penjaga keseimbangan. Karena mereka, banyak sakura yang dapat tumbuh tanpa harus takut gugur lebih cepat karena angin dari neraka yang terus dihembuskan.
Beberapa kelopak sakura dibiarkan berguguran sebagai tanda jika sang sakura menyambut kedatangan sang penjaga.
"Siapa kau?. Kenapa pohon ini bisa hidup lagi?!" Seorang peri yang baru saja datang bertanya dengan wajah kagum serta ketakutan.
"Bai Zhi- ... pengantar barang" ucapnya. Zhi-Jun hampir saja memberitaukan identitas aslinya, padahal dirinya sedang dalam penyamaran.
"Pengantar barang?. Barang apa?. Untuk siapa?"
Tanpa banyak bicara, Zhi-Jun mengeluarkan jepit rambut itu dan memberikannya pada peri di hadapannya. Dia berpakaian seperti sakura yang menyambutnya, penampilannya sederhana namun auranya cukup kuat, matanya seperti kelopak yang tak rapuh meski angin meniupnya.
"Jepit rambut ini, untukmu. Milikmu" jelas Zhi-Jun singkat dengan sedikit mengoreksi
Kata-kata terakhirnya yang terkesan jika dirinya yang memberikan barang itu, padahal ia hanya pergi untuk memgembalikan barang yang ia temukan kepada pemilik aslinya.
"Ah, itu jepit rambutku!. Bagaimana kau bisa menemukannya?. Dimana kau menemukannya?. Ah, syukurlah. Kukira sudah hilang. Ini adalah jepit rambut yang berharga. Terimakasih sudah mengembalikannya" peri itu nampak snagat bahagia. Segala hal yang membuat wajahnya berekspresi penuh tekanan kini telah kehilangan bebannya.
"Kalau begitu tugasku sudah selesai. Permisi-"
"Tunggu!. Kau, mampirlah dulu. Aku memiliki anggur persik yang enak. Minjmlah dulu sebelum pergi sebagai rasa terimakasihku" ucapnya.
"Tapi, aku tidak bisa lama-lama"
"Tidak apa-apa. Kau menerima rasa terimakasihku saja itu sudah cukup" ucap si peri. Sekarang dia tak lagi meraskan khawatir sehingga dirinya dalam keadaan baik. Peri itu memberikan senyuman yang merekah seperti bunga yang mekar dengan indah.
Zhi-Jun tanpa sadar terpesona oleh senyuman itu, namun ia segera sadar setelah peri itu memberikan sebuah botol berwarna putih yang berisi anggur persik berusia seribu tahun.
"Terimakasih. Aku harus pergi sekarang"
"Kau yakin tidak ingin duduk dan minum dulu?" Tanya si peri yang nampaknya sedikit kecewa, padahal ia ingin mengobrol sebentar dengan Zhi-Jun yang telah mengembalikan jepit rambutnya.
Zhi-Jun melihat air kekecewaan itu diwajah peri persik yang tersenyum, jadi hatinya sedikit tergerak dan mengatakan "lain kali aku akan mampir" dengan singkat lalu pergi. Begitulah pertemuan singkat keduanya. Tapi siapa yang tau jika Zhi-Jun begitu menyesal. Butuh waktu lama baginya agar dapat kembali ke Lembah persik hijau hanya untuk menanyakan suatu hal.
"Kenapa dia sangat senang ketika jepit rambutnya dikembalikan?, dia bahkan mengatakan jepit itu adalah barang berharga. Apakah itu pemberian seseorang untuknya?" Zhi-Jun melayangkan begitu banyak pertanyaan pada dirinya sendiri dan tidak mendapatkan satupun pertanyaannya yang terjawab. Ia hanya mendapatkan rasa penasaran dan perasaan aneh lainnya.
"Kenapa aku merasa kesal?"
Kembali lagi ke Lembah persik hijau. Rupanya peri yang sudah memakai kembali jepit berharganya sedikit penasaran dan merasa ada sesuatu yang janggal. Dan dia baru menyadarinya setelah beberapa waktu berlalu. "Sejak kapan ada pengantar barang tanpa pengirim?. Apakah dia yang benar-benar menemukan jepit rambutku atau ada orang lain yang hanya membiarkan pengantar barang untuk mengirim jepit rambutku kembali?" Dua hal itu yang telah memenuhi pertanyaan si peri selama ia pergi merawat satu pohon persik sampai berbuah tidak pada waktunya. Peri persik itu nampaknya terusik oleh fikirannya yang tak fokus.
"Ying-Ying, apa yang sedang kau lakukan?!. Kau berlebihan!. Lihat persik-persik itu!" Teriak seorang peri yang menyadarkannya. Peri persik itu bernama Ying-Ying.
"Astaga!" Ying-Ying segera menghentikan kegiatannya.
"Ada apa denganmu?. Bukankah jepit rambutmu sudah kembali?, kenapa masih berwajah murung seperti itu?"
"Aku ... aku hanya penasaran dengan orang yang menemukan jepit rambutku. Apa kau bisa membantuku, Mei Lin?"
"Apa?"
"Kau yang menjaga pintu masuk hari itu. Saat pohon sakura mati itu hidup. Bisakah kau beritau aku siapa saja yang memasuki lembah persik hijau?"
"Tunggu. Kau ingin aku membuka semua identitas?"
"Ya. Bisakah?"
"Baiklah. Apapun untuk sahabatku" peri yang dipanggil Mei Lin itu lantas membuka teratainya untuk memperlihatkan daftar pengunjung yang datang di hari yang tak dapat dilupakannya karena pohon sakura yang mati kembali mekar meski hanya sebentar.
"Tidak ada ..."
"Apanya yang tidak ada?"
"Identitas tentang pengirim barang yang datang"
"Pengirim barang?"
"Ya. Dia yang memgembalikan jepit rambutku. Tapi tidak ada satupun di daftar"
"Kurasa aku juga tidak menerima pengunjung untuk mengirim barang ... tunggu!. Pengirim barang?!" Mei Lin mengingat kembali hari itu dan menyadari sesuatu. "Benar. Saat itu aku hanya fokus dengan kata-kata langit tengahnya sehingga hanya samar mendengar kalimat berikutnya" gumam Mei Lin.
"Apa maksudmu?. Apanya yang samar kau dengar?. Langit tengah apa??"
"Hari itu. Ada abadi dari langit tengah datang. Tapi karena dia mengatakan dari langit tengah, jadi aku tidak fokus ke kata-kata lainnya, tapi aku masih ingat walau samar. Aku mendengarnya berkata jika ia hendak mengirim barang"
"Ma-maksudmu. Seorang abadi dari langit tengah repot-repot datang hanya untuk menjadi pengirim barang ini?" Ying-Ying menunjuk jepit rambutnya.
"Entahlah. Aku ragu, tapi aku tisak dapat menyangkalnya"
"Siapa dia-"
"Ying-Ying. Tolong jangan katakan jika kau ingin aku membuka segel identitas abadi dari langit tengah. Aku tidak mau kena hukuman"
Ying-Ying terdiam. Ia tau hal itu. "Kau benar. Kita tidak boleh membuka segel identitas abadi dari langit tengah. Aku tidak akan menyulitkanmu lebih banyak lagi. Terimakasih"
Ying-Ying pun kembali tertekan oleh rasa penasarannya yang kian membesar.
"Siapa abadi dari langit tengah yang mau merepotkan dirinya sendiri?. Aku harus bertemu lagi dengannya dan mengucapkan rasa terimakasihku dengan benar!" Ying-Ying bertekad dan setelahnya ia pergi ke perbatasan untuk melihat para abadi yang keluar masuk di langit tengah. Ia menunggu sosok yang ia cari, namun yang ia lihat hanya seorang penjaga yang terus berada di tempatnya seperti batu.
Disisi lain. Zhi-Jun menyadari kedatangan sang peri persik itu, namun karena dirinya tak memakai penyamarannya, jadi ia hanya bisa diam tanpa bisa bertemu untuk menanyakan pertanyaan yang mengganjal hatinya.
"Apa yang sedang dilakukannya sekarang?, kenapa dia ada disana lagi?" Batin Zhi-Jun yang penasaran karena Ying-Ying mengawasi dari balik pohon persik besar yang ia tabrak beberapa waktu lalu sehingga jepit rambutnya jatuh.