Wajah Fengying memanas, ia berjalan sangat cepat, bahkan seperti orang linglung setelah bertemu guru Fang dan pulang dari paviliun angin.
Tentu hal yang membuat dirinya seperti itu adalah pertanyaan penatua Fang padanya.
"Yang Mulia, apakah ada orang yang kau cintai saat ini?."
Kata-kata gurunya itu terus berdengung ditelinganya berulang kali, dan terus berputar tanpa henti di fikirannya.
Fengying yang mendengar pertanyaan itu membeku. Ia tak pernah menyangka ada yang menanyakan hal semacam itu secara blak-blakan padanya, yang bagi dirinya memalukan jika harus menjawabnya, walaupun dengan jelas ia sangat mencintai Mei Lian Xia dan rela melakukan apapun demi dirinya.
"Baiklah, Yang Mulia tidak perlu menjawabnya. Anda yang tau jawabannya. Aku hanya akan menjelaskan tentang metode kultivasi ganda ini..." penatua Fang terlihat menahan tawa dan mulai menjelaskan.
"Yang Mulia, awas!," teriak Wenhua namun sia-sia karena orang yang diteriakinya sudah terlanjur menabrak pohon prem didepannya.
"Agh!," lamunan Fengying bubar, ia meringis sakit sambil mengusap-usap kening dan hidung mancungnya yang terbentur lebih dulu dan lebih keras.
Wenhua yang dari tadi mengikutinya dari belakang dan berjarak tiga langkah dari Fengying berlari kecil namun cepat menghampiri Fengying.
"Yang Mulia, anda baik-baik saja?."
"Um... tidak apa-apa, hanya terbentur," guman Fengying.
"Yang Mulia, nampaknya anda sedang memikirkan sesuatu yang rumit setelah dari paviliun angin. Apakah ada masalah?," tanya Wenhua.
"Tidak apa-apa, ini hanya masalah pribadi yang tidak rumit," ucap Fengying berbohong karena bagi orang lain masalah seperti itu mungkin biasa-biasa saja, namun bagi dirinya itu adalah masalah yang rumit.
"Baiklah. Tapi jika anda perlu bantuan untuk menyelesaikannya, aku akan membantu anda, Yang Mulia. Anda tinggal katakan saja."
"Ya, terimakasih...."
"Oh ya, Yang Mulia tadi memerintahkan Weiheng untuk aku segera menemui anda di paviliun angin, tapi anda belum memberitahu untuk apa saya dipanggil?."
"Oh itu, mari ke ruangan senjata," ucap Fengying yang baru ingat.
Setelah tiba di ruangan senjata, Fengying berkeliling sebentar untuk melihat apakah ada senjata yang cocok untuk ia pakai untuk berburu rusa putih itu.
"Rusa putih yang menyukai suara Indah. Jadi aku harus memilih apa yang tidak terlalu merepotkan untuk dibawa?," tanya Fengying sendiri dalam fikirannya sambil mengingat-ingat apa yang sudah penatua Fang jelaskan padanya.
"Yang Mulia, apa yang sedang anda cari disini?."
"Oh, aku hampir lupa. aku membawamu kesini untuk membantuku mencari senjata yang cocok untuk melakukan perburuan rusa putih. Penatua Fang bilang agar menggunakan senjata yang dapat mengeluarkan suara Indah, menurutmu apa?."
"Ada banyak senjata yang dapat mengeluarkan suara Indah, tapi bukankah senjata itu dapat menghasilkan suara Indah karena tergantung dari cara menggunakannya dan sebagus apa dia memainkan senjata itu?."
"Kau benar, itu dia masalahnya. aku tidak terlalu bagus memainkan senjata yang menghasilkan suara sebagai bentuk serangannya."
Wenhua terdiam sebenta untuk berfirkir, "bukankah, Yang Mulia sering memainkan seruling saat waktu santai, dan guqin?. Menurutku permainan, Yang Mulia Bagus terutama guqin."
"Hmm, kau benar. tapi membawa Guqin terlalu merepotkan."
"Kalau begitu seruling?."
"Itu juga masalah, seruling yang biasa kupakai sudah patah karena tidak sengaja terbanting olehku, dan aku tidak bisa dengan cepat beradaptasi memainkan seruling yang baru. Bagaimana menurutmu?."
"Yang Mulia, jika anda mengizinkan. Aku bisa memainkan seruling, kebetulan itu salah satu senjataku, tapi..."
"Ada apa?, aku tidak tau kau menggunakan seruling juga sebagai senjata."
"Itu sudah lama, dan karena seruling yang aku punya juga sudah entah kemana, jadi..."
"Apa kau bisa memakai seruling baru?."
"Ya, aku bisa. Jadi aku memohon, Yang Mulia untuk memberikan seruling baru padaku. Aku bisa memainkan berbagai jenis seruling," ucap Wenhua sambil memberi hormat dan mengepalkan kedua tangannya dan menyatukannya satu sama lain didepannya lalu menunduk.
"Ah, kenapa kau ragu untuk mengatakannya?. kalau begitu silahkan cari serulingnya untukmu sendiri, dan aku juga akan mencari untukku sendiri untuk jaga jaga."
"Baik. Terimakasih, Yang Mulia."
mereka berdua pun mencari seruling di antara banyaknya jenis senjata di ruangan senjata kerajaan itu.
"Ini kedua kalinya aku ke ruangan senjata ini. pertama saat pertama kali bangun di dunia ini lagi, aku hanya sampai depan pintunya, dan sekarang aku telah sampai memasuki ruangannya. Senjata disini ternyata memiliki efek yang kebanyakan untuk bertahan dan penyembuhan, berbeda dengan ruangan senjata milikku di istana Feng Long, senjata disana kebanyakan untuk menyerang. Bahkan senjata-senjata disini lebih banyak memiliki ukiran rumit dan Indah dan dipoles dengan sangat hati-hati, sangat cocok dengan bajingan Li ini yang memikirkan penampilan," guman Fengying sedikit agak jijik mengingat Li.
Sedangkan Wenhua, kini dirinya terpaku di sebuah rak yang susunannya terdiri dari banyak pedang, ia ingat dengan salah satu pedang disana, itu adalah pedang miliknya dulu yang sering ia pakai untuk berlatih.
"Ternyata masih ada, kukira sudah dibuang segala yang berhubungan dengan kekaisaran lama," batin Wenhua, ia merasakan sedikit sesak di dadanya, memori saat sengketa berputar dikepalanya.Dengan cepat ia membuyarkan lamunannya, "itu sudah berlalu, dan aku harus mengerjakan apa yang harus kulakukan untuk kedepannya, demi adik-adikku juga," batinnya. dan melanjutkan mencari senjata.
belum sempat sapuan matanya berpindah ke rak selanjutnya untuk mencari seruling, Wenhua justru kembali terpaku pada sebuah pedang lagi. Pedang itu memiliki sarung giok putih dengan ukiran rasi Bintang yang mengelilinginya matahari, pegangan gagang pedang itu berwarna emas. Sebuah pedang yang sangat terlihat sederhana, namun ukirannya jika dilihat lebih detail sangatlah rumit dan harganya bisa sangat mahal karena ukirannya.
Wenhua menyerengitkan dahi, bukan karena kualitas atau ukiran rumit pada pedang itu, tapi ia merasa pernah melihat pedang yang sama sebelumnya yang tidak ia ingat.
"Ada apa dengan pedang itu?, wajahmu serius sekali," ucap Fengying yang sudah selesai mengambil senjata dan menghampiri Wenhua.
"Ah, Yang Mulia maaf. hanya saja aku seperti pernah melihat pedang ini di suatu tempat."
"Mungkin di kekaisaran Xu. pedang itu hadiah dari pangeran Xu padaku kemarin," jelas Fengying tidak terlalu peduli.
"Oh, kalau begitu masuk akal. pasti aku melihatnya saat sedang mengurus banyak senjata hadiah, tapi tidak terlalu menyadari bentuk bentuknya."
"Um, apa kau sudah menemukan senjatanya?."
"Maaf, aku Belum menemukannya karena terpaku pada pedang ini tadi, Yang Mulia. Hamba segera mencarinya."
"Baiklah. Cari yang benar-benar pas untukmu walaupun baru, aku ke ruang medis dulu untuk meminta apakah ada obat-obatan atau ramuan yang bisa kita bawa nanti."
"Baik, Yang Mulia."
Sementara Fengying pergi ke ruang medis, Wenhua kembali pada rak pedang yang merupakan hadiah dari pangeran Xu pada kaisar Li di haru kelahirannya beberapa hari yang lalu.
karena setiap senjata di ruang senjata di lindungi oleh mantra pelindung, jadi Wenhua harus membuka mantranya. Pemberian mantra di setiap senjata adalah suatu usaha untuk melindungi setiap senjata milik kaisar utamanya dari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya untuk melakukan adu domba.
Pernah suatu ketika ada sebuah kerajaan kecil di sebelah barat laut yang begitu damai, bahkan kerajaan itu bisa dibilang sangat terbuka untuk rakyatnya keluar masuk jika ada keluhan. Hanya ada beberapa prajurit yang menjaga setiap gerbang, itupun semua prajurit itu terlihat bosan dan sering menguap karena terlalu damainya wilayah kerajaan itu, tindak kejahatan hampir tidak ada, sekalinya ada itu hanya sebuah pencurian makanan yang tidak terlalu pada tingkat ekstrim.
Saat itulah, terlena dalam kedamaian.
Kerajaan itu telah dimasuki seseorang yang membenci kerajaan itu. Orang itu mengambil senjata utama milik kaisar lalu senjata itu dibuat untuk membunuh istri seorang kaisar dari kerajaan sebrang yang diketahui sang permaisuri kaisar yang dibunuh ini pernah menjalin hubungan dengan kaisar kerajaan kecil itu, namun itu ditentang oleh orang tuanya.
Jadi sang kaisar yang permaisurinya terbunuh menyangka bahwa ini bentuk kecemburuan, dan kedua kerajaan itupun perang dengan akhir yang menyedihkan bagi kerajaan kecil damai itu.
Wenhua mengambil pedang dari pangeran Xu itu, membuka mantra pelindungnya karena sesungguhnya ia pun seharusnya seorang putra mahkota kerajaan Li, jadi dia tau mantra pembatalannya.
Ia menarik pedang itu perlahan dari sarungnya, menampilkan sebuah pedang dengan bilah yang sangat tipis, dan dapat dilihat pedang itu ditempa dengan sebuah besi es yang memiliki warna seperti kristal es dan dingin.
"Luka pada pemimpin sekte Dong-Mei waktu itu.. seharusnya pedang jenis ini cocok," batin Wenhua saat mengingat bagaimana matinya pemimpin sekte yang ia ikuti malam itu.
Selain kematiannya yang agak aneh dan dengan adanya jejak racun, namun orang yang tidak melihat kejadian bagaimana sosok berjubah biru tua itu mengayunkan pedangnya pasti tidak akan mengira akan ada bekas sayatan, karena luka yang dihasilkan dari pedang yang seperti sama persis dengan pedang milik kerajaan Xu itu benar-benar tipis dan tidak terlihat, bahkan jika sudah berlalu beberapa jam luka itu bagai menutup sendiri dan darah akan membeku.
Jadi orang yang memeriksa jenazah pemimpin sekte itupun tidak tau ada jejak sayatan pedang di leher, mereka hanya tau pemimpin sekte telah melakukan bunuh diri dengan memakan racun.
"Apakah orang berjubah biru itu benar-benar dari kekaisaran Xu?, kenapa ia membunuh pemimpin sekte Dong-Mei?, kenapa pemimpin sekte Dong-Mei juga sudah menyiapkan racun di mulutnya, bersiap untuk ditelan seolah dia juga siap untuk mati dengan rencana mati karena racun?," batin Wenhua dipenuhi banyak pertanyaan, dengan fikirannya melayang pada malam itu bersama gurunya yang tiba-tiba keluar dari pengasingan saat melakukan kultivasi tertutupnya.