Seperti yang sudah ditetapkan sebelumnya Fengyin dan Jiangwu sepakat untuk berburu rusa putih itu bersama yang dimana rusa putih itu akan digunakan untuk memancing keluar naga kepala tiga. Fengying dan kedua kesatria pribadinya itu Weiheng dan Wenhua pergi ke perbatasan hutan Yin dimana tempat mereka membuat janji bertemu dengan kaisar Feng yang tidak lain adalah Jiangwu, yang juga mengajak Mei Lian Xia yang tak lain adalah An Jia Li bersamanya.
"Seharusnya naga itu sudah mati oleh guru Zhi," fikir Wenhua selama di perjalanan, namun entah kenapa dirinya menjadi gelisah memikirkan apakah nag aitu sudah benar-benar mati terbunuh, atau jangan-jangan ia masih hidup dengan nyawa lainnya.
"Apakah semua persiapannya sudah selesai?," tanya Fengying pada Wenhua yang ia percayai untuk mengurus persiapan berburu ke hutan Yin.
"Menjawab Yang Mulia, semua sudah siap sesuai seperti yang anda perintahkan," jawab Wenhua.
"Bagaimana dengan senjatanya?, apakah sudah sesuai?," tanya Fengying lagi untuk memastikan bahwa semua persiapan benar-banar sudah baik.
Wenhua terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menjawab, "tidak ada masalah, semuanya sudah siap, Yang Mulia," jawab Wenhua lagi sambil berfikir dengan sedikit bingung dengan sikap kaisar Li yang lagi-lagi sedikit aneh seperti yang sebelum-sebelumnya, "biasanya kaisar Li, tidak pernah menanyakan sampai sedetail ini, atau sekedar memastikan bahkan sampai memriksa semua persiapan satu persatu. Yang Mulia Li, biasanya hanya akan bertanya sekali dan tidak terlalu peduli lagi setelahnya karena selalu mempercayakanku ataupun Weiheng, namun kali ini dirinya seperti memiliki kesan yang sangat ketat seperti seorang komandan perang yang telah terbiasa berperang di medan yang ganas," batin Wenhua sambil memperhatikan Fengying yang masih kesana kemari mengecek satu persatu pesiapan berburunya, dari hal yang sepele yang tidak terlalu penting, sampai hal yang sangat penting, terutama senjata.
"Sejak kapan Yang Mulia Li sangat tertarik memeriksa berbagai senjata?, bukankah ia hanya senang dengan alat-alat musik kesayangannya itu?,"batin Wenhua lagi yang masih memperhatikan Fengying yang sangat teliti memeriksa persiapan senjata.
"Baiklah, sudah selesai. Ayo berangkat," ucap Fengying selesai memeriksa bagian persenjataan yang tidak terlalu banyak karena ia hanya akan berburu bukan untuk berperang.
Selama diperjalanan, Fengying memilih berjalan memimpin di depan sendiri, dan Wenhua pun kemnali merasa aneh karena Yang Mulia Li biasanya akan berjalan Bersama dengan dirinya ataupun Weiheng untuk ia jadikan teman bicara selama diperjalanan. Baru saja Wenhua akan menghampiri Fengying agar bisa lebih dekat mengamati tuannya itu, namun tiba-tiba Weiheng langsung menghampiri Fengying dan mengajaknya bicara tentang kemana mereka akan berburu, dan akan berburu apa di hutan yin.
Wenhua sedikit bernafas lega karena Weiheng yang suka berbicara tanpa fikir itu tidak membicarakan tentang naga kepala tiga yang seharusnya sudah mati.
Fengyin yang dihampiri oleh Weiheng agak risih, pasalnya ia selalu berjalan sendiri memimpin jika Bersama rombongan sekalipun di masa lalu karena aslinya Fengying adalah orang yang canggung jika berbicara dengan seseorang, namun berbeda jika ia berbicara untuk memerintah pada pelayan ataupun prajuritnya, sifat canggungnya akan tertutup oleh sikap acuh tak acuhnya yang terkesan dingin dan tidak akrab, namun berbeda jika ia sudah berbicara dengan Mei Lian Xia, seorang Fengying akan bisa mampu mengeluarkan keberaniannya dan cenderung akan ingin terus berbicara dengan Mei Lian Xia selama mungkin, bahkan ia tidak peduli jika Mei Lian Xia akan risih padanya atau tidak karena terus berbicara padanya, dan itulah salah satu sisi egois Fengying pada Mei Lian Xia yang ia akui itu memang sedikit buruk, namun cinta mengalahkan segalanya.
"Yang Mulia!," seorang prajurit berlari dengan tergesa-gesa menghampiri Fengying dengan raut wajah yang ketakutan.
"Kau. Ada apa terburu-buru seperti ini?, tenangkan dirimu dan katakana apa yang terjadi," ucap Wenhua pada prajurit yang diutus untuk menemui Kaisar Feng jika saja ia sudah sampai duluan disana untuk mengirim pesan bahwa Kaisar Li sedang dalam perjalanan. Ini adalah etikat sopan santun setiap kerajaan jika akan saling bertemu antar kaisar agar tidak ada kesalah pahaman karena setiap orang memiliki masalah masing-msing yang kadang dating tiba-tiba tanpa peringatan yang dapat menghambat perjalanan dan pertemuan antar kaisar ini. Maka dari itu setiap kaisar akan mengirim perwakilan terlebih dahulu untuk mengantarkan pesan dan menyampaikan niat baiknya.
Prajurit itu segera mengatur nafasnya dan menjelaskan apa yang terjadi. Ia belumlah sampai kepada kaisar Feng, dan baru setengah jalan untuk mencapai kaisar Feng namun hal buruk telah membuatnya harus Kembali dan melapor pada kaisar Li.
"Ada dua mayat di pinggir sungai Yue Lan!," jelas prajurit itu yang memberi tau bahwa sepanjang sungai yang menghubungkan kedua mata air itu ada dua orang mayat terdampar. Sungai Yue Lan ini tentu saja adalah penamaan dari kekaisaran Li sendiri karena sungai ini masih berada di wilayahnya dan terhubung ke mata air Yue Lan, sama halnya dengan sungai yang ,asih berada di wilayah kekaisaran Feng maka sungai itu akan otomatis bernama sungai giok karena terhubung ke Danau Giok.
"Mayat?," guman Fengyin dan Wenhua.
"Yang Mulia, saya akan memeriksanya," ucap Wenhua pada Fengying sambil meminta izin darinya juga karena bagaimanpun semua keputusan ada ditangan Kaisar. Setelah mendapatlkan izin Wenhua segera bergegas menuju sungai yang berada di depan jalan tepat yang berada di dalam benteng luar kekaisaran Li.
"Ya, pergilah," ucap Fengying memberikan izin pada Wenhua.
"Kau, kembalilah lagi, sampaikan pesan pada kaisar Feng bahwa kita akan sedikit terlambat karena masalah Internal kerajaan," jelas Fengying memerintahkan prajurit tadi untuk Kembali lagi mengirim pesan pada kaisar Feng.
"Melaksanakan perintah, Yang Mulia," ucap prajurit itu an lantas ia pun pergi.
Setelah sampai, Wenhua melihat kedua pakaian yang tidak asing baginya, yaitu warna biru gelap dan warna abu-abu perak, "Ini!. Bukankah ini putra pemimpin sekte Dong-Mei dan pemimpin sekte Bao-Yu?!," batin Wenhua begitu terkejut begitu melihat kedua wajah yang taka sing dan sudah membiru itu, karena teringat kejadian kematian ketua sekte Dong-Mei malam itu. Wenhua langsung memeriksa bagian leher dimana kemungkinan mereka dibunuh dengan cara yang sama seperti ketua sekte Dong-Mei.
"Tidak ada luka, tidak ada racun!," batin Wenhua Kembali terkejut dan heran lalu ia pun memeriksa meridian keduanya dan benar saja mereka meninggal karena serangan tenaga dalam, "siapa yang menyerang mereka?, apakah orang yang sama yang membunuh ketua sekte Dong-Mei?," batin Wenhua bertanya-bertanya.
Fengying yang penasaran pun juga ikut menyusul Wenhua yang sudah pergi mendahuluinya, dan saat sampai ia lumayan terkejut karena mayat yang terdampar di pinggir sungai adalah pemimpin sekte Bao-Yu, dan anak ketua sekte Dong-Mei. Sejujurnya Fengying tidak terlalu peduli lagi apa yang telah terjadi di dunia jianghu ini, namun ia merasa ada keganjilan yangterhubung ke sesuatu yang belum ia ketahui.
Disaat yang bersamaan pula, prajurit yang diperintahkan oleh Fengying untuk memberi pesan kepada kaisar Feng telah Kembali lagi dan memberi kabar bahawa sekelompok orang menyerang mereka, namun sekelompok orang ini bagai abadi karena telah terkena banyak serangan namun tidak juga gugur. Sang prrajurit ini juga belum menyampaikan pesan karena begitu sampai ia melihat kaisar Feng dan prajuritnya sedang bertarung.
Fengying yang mendengar itu tanpa fikir Panjang langsung meninggalkan Wenhua untuk mengurus kedua mayat itu, dan ia pun pergi menuju tempat kaisar Feng berada dimana ia juga membawa Mei Lian Xia bersamanya.
"Xia-er…" batin Fengying cemas dan ia pun memacu kudanya begitu cepat, disusul oleh Weiheng dibelakangnya.