13. TUSUK RAMBUT PEONY
"Tidak mungkin ..."
"Tidak mungkin!" ucap Weiheng.
"Apanya yang tidak mungkin?" ucap Wenhua yang telah kembali. Ia memandang dengan sedikit penasaran kepada adiknya yang bertingkah aneh seperti ia baru saja memakan buah beracun dengan memberikan efek ilusi yang memabukan.
Weiheng menoleh dan langsung menarik Wenhua untuk mendengar ucapannya, "kakak kau pasti tidak akan percaya!. Yang Mulia ...'
"Bicaralah dengan tenang" ucap Wenhua yang menutup mulut Weiheng sebelum ia membiarkannya kembali untuk bicara.
"Yang Mulia melamar gadis itu!"
"Apanya?. melamar apa?. katakan dengan jelas, jangan setengah-setengah seperti itu" jelas Wenhua yang selalu dibuat kesal jika seseorang berbicara setengah-setengah dan bertele-tele padanya karena hal itu cukup membuang-buang waktu.
"gadis yang di danau giok siang tad-"
"Baiklah. Lupakan hal itu, aku punya hal yang lebih penting untuk kau sampaikan pada Yang Mulia" potong Wenhua dengan wajah serius saat ia ingat ingin bicara apa setelah Weiheng mengatakan tentang danau giok.
Saat melihat wajah serius kakaknya, Weiheng pun seketika juga ikut menjadi serius. Ia tau waktu dimana dirinya harus berakting dan bersikap natural selayaknya identitas dirinya yang disembunyikan bersama dengan identitas kakaknya. Mereka tidak akan melupakan kejadian lima tahun lalu yang membuat mereka harus mengganti wajah dan bahkan harus waspada di rumah mereka sendiri. Ada banyak hal yang harus mereka lakukan untuk mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik mereka.
"Ada korban lagi di sekitar mata air Yue Lan" ucap Wenhua pada Weiheng setelah itu ia kembali pergi karena ia masih harus melanjutkan penyelidikannya tentang apa yang terjadi akhir-akhir ini di mata iar Yue Lan yang terus memiliki mayat di sekitarnya tanpa ada yang tau apa yang tengah terjadi karena bahkan mata air Yue Lan terlihat tenang tanpa memiliki binatang buas yang membahayakan penduduk yang tinggal di sekitarnya.
Weiheng mengerti, dan segera menuju ruang pavilium kamar kaisar Li Xi untuk menyampaikan info penting yang sudah ditugaskan.
Weiheng mengetuk pintu dan berkata dengan suara rendah, "Yang Mulia ada hal yang harus saya sampaikan" ucap Weiheng.
Chunyin tentu mendengarnya. Walau ia masih belum tau hal apa yang ingin disampaikan, namun ia membiarkan Weiheng masuk karena sepertinya hal yang ingin disampaikan penting dan cukup rahasia.
"Masuklah"
Weiheng membuka pintu dengn tenang dan melangkah dengan ringan tanpa menimbulkan kebisingan di malam yang sunyi. Hanya Li Xi seorang yang tau jika dua kesatria pribadinya itu juga merupakan pembunuh yang sangat handal. Mereka datang tanpa suara dan pergi tanpa meninggalkan jejak sehingga Li Xi menjuluki keduanya sebagai burung hantu salju, namun orang-orang yang tidak tau hal itu hanya menyebut mereka seperti hantu.
"Yang Mulia, di mata air Yue Lan ada korban lagi. Kakak Wenhua sudah mengamankan mayatnya dan memastikan tidak ada yang melihat. Kami juga nanti akan kembali membuat pengumuman seperti biasa agar warga tidak khawatir" jelas Weiheng setengah berbisik.
Chunyin memutar otaknya dengan keras. Ia tidak tau hal apa yang tengah dibicarakan Weiheng, namun ia mendapatkan sedikit petunjuk saat mengingat masa lalunya dimana ada kejadian aneh di danau gioknya yang juga memiliki korban setiap malam ketigabelas dan itu berlangsung selama lima bulan berturut-turut. Chunyin pun berfikir, apakah hal aneh yang sama juga terjadi di kekaisaran Li?. jika iya, itu berarti kekaisaran Li nampaknya menutupi kejadian aneh ini dengan rapat karena tidak a dan berita rumor sedikitpun sampai di kekaisaran Feng.
Di masa lalu, Chunyin menutup kasus itu setelah tidak ada korban lagi. Namun setelah mendengar hal ini, Chunyin jadi ingin menyelidikinya lagi karena bagaimanapun hal itu cukup aneh, meski para warganya saat itu hanya berspekulasi jika korban itu adalah korban dari hantu air yang mungkin saja menghuni danau giok karena setelah beberapa warga melakukan ritual, tidak ada lagi korban yang jatuh. Karena itu Chunyin juga ikut menutup kasus karena ia juga tidak ingin membesarkan masalah yang membuat warganya khawatir.
Keesokan malamnya, Chunyin pergi menyelinap ke kekaisaran Feng untuk melihat apakah hal yang terjadi dulu juga terjadi lagi?.
Chunyin menghela nafas, "kenapa aku harus memiliki kesatria pribadi?, merepotkan" batin Chunyin. Ia menoleh ke belakang sesekali untuk melihat Weiheng yang masih setia mengikuti kemanapun Chunyin pergi.
Chunyin sendiri selalu lebih suka berjalan sendiri kemanapun kecuali jika ada acara khusus, barulah ia akan meminta beberapa prajurit menemaninya. Semua orang di kekasiaran Feng tau itu, jadi tak ada yang berani mendekati kaisar sebelum diminta. Tapi kali ini ada peandangan yang membuat Chunyin terheran-heran saat ia sudah berhasil masuk kedalam istana Long Feng.
"Se-selir?!"
Chunyin dengan bodohnya terkejut.
"Yang Mulia, ada apa?, kenapa anda berhenti?" tanya Weiheng yang kembali melihat tingkah aneh dari tuannya itu. Sementara menunggu jawaban, Weiheng kembali membuat penilaian sendiri jika apa yang ia fikirkan mungkin benar. Penyusupannya ke kekaisaran Feng sendiri memiliki tujuan lain selain penyelidikan.
"Apakah gadis pelayan itu?" batin Weiheng.ia kembali mengingat tentang Chunyin yang memberikan tusuk rambut kepada seorang gadis pelayan.
Ada tradisi unik turun temurun di kekaisaran Li yang masih memiliki ikatan darah keturunan klan langit. Yakni tentang cara mereka menyatakan perasaan kepada seseorang yang mereka suka. Memberikan sebuah tusuk rambut itu berarti orang itu memiliki ketertarikan untuk melamarnya.
Tusuk rambut sendiri menjadi lambang kehormatan bagi klan langit. Bagi keluarga kerajaan, tusuk rambut menjadi penyangga mahkota agar tidak terjatuh. Dan karena fungsinya itu, tusuk rambut telah menjadi lambang sebuah kehormatan yang tidak bisa disentuh sembarangan. Jadi jika ada seseorang yang memberikan tusuk rambut miliknya itu menandakan jika ia ingin memberikan kehormatan dan dengan kata lain juga dapat berarti jika orang itu ingin melamar. Meski lambat laun tradisi itu tidak hanya untuk keluarga istana, namun juga telah menjadi tradisi semua masyarakat di kekaisaran Li dengan sedikit perubahan.
Karena tusuk rambut giok adalah hal yang sangat mahal, masyarakat biasa hanya akan menggunakan jenis itu jika ia benar-benar ingin menikahi orang yang akan diberikan tusuk rambut, bisa dibilang sebagai hadiah pernikahan juga karena kedua mempelai akan saling bertukar tusuk rambut giok. Berbeda dengan tusuk rambut biasa yang tujuannya hanya sebagai pernyataan perasaan yang bisa diterima atau tidak.
Weiheng mengingat kembali, saat itu tuannya tidak memberikan tusuk rambut giok melainkan tusuk rambut perak kepada gadis pelayan, yang berarti "Yang Mulia hanya tertarik padanya, bukan ingin melamarnya ..." gumam Weiheng sedikit lega. Bagaimanapun tidak mungkin orang kerajaan menikah dengan seorang gadis biasa, terlebih seorang pelayan yang memiliki status yang rendah, ditambahia berasal dari kekaisaran Feng.
"Langit dan bumi tidak akan bisa bersatu" batin Weiheng mengingat jika klan bumi dan klan langit sejak dulu memiliki pantangan dan tak pernah akur.
"Sebaiknya aku membuat tembok pembatas. Aku akan pergi menemui gadis pelayan itu nanti" batin Weiheng. Ia tidak ingin ada hal-hal rumit yang terjadi antara dua kekaisaran jadi ia berencana untuk memberikan peringatan untuk An Jia Li agar tidak melangkah lebih jauh lagi untuk bersama dengan kaisar Li.
Weiheng masih dengan setia mengekor di belakang Chunyin dan lagi-lagi ia dibuat heran, "Kenapa Yang Mulia Li seperti sudah sangat hafal setiap sudut di istana Long Feng ini?" batin Weiheng yang tak habis fikir dengan kelakuan tuannya yang sedikit berbeda tiga hari terakhir. Ia bahkan tidak diberitau rencana tuannya itu pergi menyusup ke istana Long Feng dengan tujuan apa sebenarnya.
Chunyin berjalan mengendap-endap, tentu saja ia tetap harus berhati-hati pada prajurit yang berpatroli karena ia tidak ingin menimbulkan keributan. Istana Long Feng selalu sepi sunyi setiap waktu, namun bukan berarti tidak ada penjagaan karena semua prajurit khusus dengan mata tajamm sudah ditempatkan di titik-titik tertentu untuk menjaga istana dengan sangat ketat.
"Yang Mulia-"
"Sebaiknya kau tidak bersuara jika tidak ingin masuk kedalam array perangkap" jelas Chunyin yang tentu saja sangat tau sistem keamanan di istana Long Feng miliknya.
Weiheng pun hanya mengangguk mengerti, "sejak kapan Yang Mulia Li menjadi orang yang sangat teliti seperti ini?" batin Weiheng, dan lagi-lagi ia hanya dapat mengaitkan perilaku aneh tuannya itu karena jatuh cinta pada sang gadis pelayan. Weiheng sangat memahami perasaan itu karena ia pun pernah jatuh cinta meski dirinya sudah lupa dengan siapa dirinya pernah jatuh cinta sampai-sampai menjadi bodoh dan bertingkah aneh seperti bukan dirinya.
"Sebenarnya apa yang ingin dilakukan Yang Mulia Li?"
"Selir ... kenapa aku tidak ingat jika aku pernah memiliki seorang selir" batin Chunyin yang jadi memikirkan tentang keberadaan selir yang ia lihat tadi. "tidak" lanjutnya lagi. Chunyin sadar jika ada yang mengganjal. Selama ingatannya masih kacau, semua hal menjadi tidak jelas. Berhubungan dengan hilangnya ingatan Chunyin tentang cerita novel yang ia tulis, dirinya jadi tidak tau, mana yang cerita asli dan cerita fiksi.
Mengesampingkan hal itu. Chunyin mencoba memasuki ruang arsip kerajaan untuk memeriksa apakah ada catatan yang baru masuk tentang hal aneh yang terjadi di danau giok. Dan seperti dugannya semua masih sama dalam ingatannya yang dapat ia ingat. Chunyin dapat dengan mudah memasuki ruang arsip menggunakan sebuah pintu khusus yang biasa ia gunakan untuk dirinya sendiri saat melakukan penyelidikan pribadi.
Benar. Chunyin adalah seseorang yang suka melakukan segala hal seorang diri. Ia harus memiliki ruang privasinya sendiri untuk berfikir sebelum akhirnya ia bisa berdiskusi dengan para menteri dan penatua lainnya.
***
Disisi lain, selir Zhi Yang telah keluar dan memerintahkan untuk mengembalikan An Jia Li ke kamarnya karena ia tidak mau jika kasiar Feng tau jika dirinya habis menyiksa pelayan tidak tau diri itu, meskipun penyiksaannya tertunda karena An Jia Li pingsan.
Kekesalan selir Zhi Yang seperti tanpa ujung setelah ia menemukan ada sebuah tusuk rambut yang cantik di ikat pinggang An Jia Li. Tentu saja selir Zhi Yang mengira jika tusuk rambut itu merupakan pemberian dari kasiar Feng sehingga ia mengambilnya.
"Pelayan tidak tau diri sepertimu tidak pantas menggunakan tusuk rambut perak ini" gumam selir Zhi Yang pada An Jia Li yang sudah setengah sadar sebenarnya namun ia tidak ingin bangun karena pasti selir Zhi Yang akan membawanya kembali ke penjara itu.
Walau sedih. An Jia Li hanya bisa pasrah saat tusuk rambut pemberiaan dari Chunyin di ambil dan dibawa selir Zhi Yang.