Chereads / Second Life, Second Love / Chapter 9 - Tokoh fiksi itu tidak nyata*

Chapter 9 - Tokoh fiksi itu tidak nyata*

8. TOKOH FIKSI ITU TIDAK NYATA

Aku tidak tau rencana langit, walau begitu aku tetap tidak akan membuang kesempatan keduaku. Aku akan melindungi Xiang-er apapun yang terjadi, perasaanku padanya tidak akan pernah berubah meski langit runtuh sekalipun!.

Sebuah tekad yang terdengar luar biasa namun sayangnya hal itu hanya bisa terucap dalam hati karena Chunyin mendadak tidak dapat berbuat banyak di dalam danau giok yang bagai menekan kekuatannya. Ia layaknya orang biasa saat ini yang hanya bisa memutar otak dengan panik sampai ia merasakan kehangatan menjalar di permukaan kuit wajahnya.

Kehangatan itu begitu tiba-tiba, seperti sebuah sengatan listrik kecil yang membuat Chunyin terkejut begitu ia melihat jika kehangatan yang datang itu berasal dari kedua tangan kekasihnya sendiri. Bahkan jantungnya kini berdetak sangat cepat seperti dirinya baru saja melewati masa kritis setelah akhirnya pacemaker berhasil menstimulasi otot jantungnya sehingga dapat berdetak kembali. Tentu saja An Jia Li adalah perangkat pemicu yang paling efektif yang dapat membuatnya hidup lagi, separah apapun koma yang Chunyin alami jika hal itu terjadi.

Beralih dari suara apa yang An Jia Li dengar. Kini An Jia Li justru kembali bergulat dengan perasaan yang ia sendiri juga tak mengerti apa yang tengah ia lakukan saat ini?. Kedua tangannya seperti digerakan oleh perasaannya yang hadir dengan asing dan familiar secara bersamaan. Entah kenapa, rasanya An Jia Li begitu ingin menyentuh wajah pria dihadapannya untuk memastikan apakah wajah yang ia sentuh adalah ilusi atau sebuah kenyataan yang fiksi.

"Aku ... merindukannya ... tapi siapa?" hanya pertanyaan itu yang dapat terus berputar di kepala An Jia Li. Ia bahkan menganggap saat ini ia tengah bermimpi. Sebuah mimpi yang menyedihkan karena ia merindukan seseorang yang tidak ia ketahui siapa orang yang ia rindukan itu, hanya perasaan rindu itu yang hadir mengusiknya.

"Mungkin ... aku merindukannya ... Zhang Chunyin ... Yin-ge"

Chunyin adalah satu-satunya yang terlintas dengan begitu yakin. An Jia Li sendiri tentu tidak dapat berbohong jika dirinya cukup dekat dengan Zhang Chunyin yang merupakan adik dari suaminya sendiri. Meski begitu ia tetap tidak mengerti, kenapa ia harus merindukan Zhang Chunyin yang kerap ia panggil dengan Yin-ge.

***

Jiang Yi yang masih berada di darat mendadak mendapatkan begitu banyak ingatan lagi. Meski masih terlalu cepat untuk dirinya memahami apa yang tengah terjadi, namun hal itu tidak menghilangkan perasaan gatal dirinya untuk menolong dua orang asing yang diseret masuk kedalam danau oleh sesuatu yang aneh. Dan dengan ingatan barunya, Jiang Yi mencoba menggunakan kekuatannya untuk menolong An Jia Li dan Chunyin.

Setelah melukis array di udara dengan jarinya yang seolah bergerak sendiri. Sebuah cahaya muncul dan membungkus area sekitar Jiang Yi. Sebuah penghalang telah berhasil ia ciptakan. Jiang Yi pun langsung memasuki danau giok tanpa ragu sedikitpun seolah jiwanya telah menyatu dengan dunia barunya sekarang, sehingga tidak ada ketakutan dengan hal-hal aneh yang mungkin akan menyerangnya.

Byur!

Pandangan Jiang Yi begitu teliti mencari-cari sosok An Jia Li dan Chunyin begitu ia memasuki air, namun sayang hal yang menyambutnya begitu memasuki air adalah sebuah kegelapan seperti ia telah masuk kedalam palung yang dalam sehingga ia tidak dapat melihat apapun selain warna yang gelap. Dan karena hal ini, Jiang Yi berinisiatif menciptakan cahaya disisi luar array pelindungnya. Setidaknya ia dapat melihat apa yang ada disekitarnya itu sudah cukup untuk dirinya melakukan pencarian. Tapi, begitu cahaya tercipta, Jiang Yi langsung mendapatkan serangan dari sebuah bayangan yang bergerak sangat cepat.

Bayangan itu tak hanya bergerak cepat, namun juga berusaha mengoyak dinding pembatas array pelindung miliknya. Bayangan itu terus mencoba mencakar dan menusuk dengan brutal seperti ia tengah kelaparan dan berusaha untuk memecahkan cangkang telur untuk memakan isinya.

Karena serangan brutal beruntun itu, Jiang Yi hanya dapat fokus mempertahankan dinding pelindungnya tanpa bisa bergerak untuk bergerak atau menyerang balik serangan itu. Tapi, meski dapat bergerakpun, untuk seorang Jiang Yi yang berhati lembut, ia tidak akan tega menyerang balik sosok bayangan seorang gadis yang nampak menderita itu.

Nyatanya, bayangan itu nampak seperti sebuah ilusi yang dihasilkan dari sebuah proyektor rusak karena bayangan itu cukup buram wujudnya. Meski begitu, Jiang Yi sangat peka dan dapat dengan mudah melihat air wajah dari sosok gadis pucat dengan kedua matanya yang hitam pekat itu. Eskpresinya sedih, dan sorot matanya menyiratkan kesepian yang mendalam.

Tanpa sadar Jiang Yi seperti tengah berusaha ingin meraih tangan pucat bayangan gadis itu. Ia tidak peduli jika dirinya terluka karena ia lebih tidak tahan melihat orang lain menderita, terlebih jika perasaan terluka itu juga telah membuat Jiang Yi merasakannya juga. Jiang Yi tidak akan diam saja.

Saat Jiang Yi hendak terpengaruh sepenuhnya dalam ilusi, dirinya segera sadar setelah sebuah kilauan dari dasar danau menusuk penglihatannya dan bayangan itupun seketika lenyap dari hadapan Jiang Yi, sehingga dirinya kini seperti baru saja bangun dari mimpinya.

"Cahaya itu ..."

Diwaktu yang bersamaan, An Jia Li dan Chunyin nampaknya menikmati momen mereka tanpa sadar. Mereka memilih tetap tenggelam dalam mimpi yang indah. Semakin lekat tatapan An Jia Li, semakin erat pula pelukan Chunyin pada sosok kekasihnya. Rasanya Chunyin tidak akan mau melepaskannya lagi meski dirinya tengah di ambang batas kesadarannya karena ia sudah tidak dapat lagi menahan nafas di dalam air. Namun tatapan sang kekasih padanya begitu membuatnya tak ingin menutup mata. Ia ingin terus memandang wajah itu seumur hidupnya.

"Kenapa kau menatapku sedih, Xiang-er ... " batin Chunyin yang sebenarnya sedikit bingung dengan tatapan An Jia Li yang menatap sedih wajah Li Xi. Bahkan Chunyin kini bertanya-tanya, apakah kekasihnya itu dapat melihat sosok jiwa di dalam tubuh Li Xi ini?.

"Apakah kau dapat melihatku?" batin Chunyin yang ikut sedih. Ia tidak tau hal apa yang sebenarnya dilihat oleh kekasihnya itu. Ingin rasanya Chunyin mengatakan jika dirinya ada disini, "aku ada di depanmu Xiang-er ... tolong lihat aku." Sayangnya ia tidak dapat mengatakan itu.

Perlahan, kedua mata Chunyin meredup. Ia juga mendengar sebuah bisikan yang lembut dari suara yang sangat ia ingin dengar. Suara Xiang Lian menembus pendengaran Chunyin untuk mengatakan sebuah kata, "maafkan aku .." sebelum akhirnya Chunyin menutup matanya sepenuhnya dan bertanya, "untuk apa kau meminta maaf padaku, Xiang-er?."

"Tapi, bagaimana bisa aku mendengar suara Xiang-er di dalam air?!"

Saat pertanyaan itu bergema di kepala Chunyin, ia segera membuka matanya lebar-lebar dan sadar jika dirinya telah berada di darat. Dengan segera ia meraup oksigen dengan tergesa-gesa sebelum menyambungkan otaknya kembali untuk memikirkan pertanyaannya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Jiang Yi pada Chunyin yang sudah sadar terlebih dahulu setelah lima belas menit berlalu sejak mereka tenggelam di danau.

Chunyin sendiri masih membuat koneksi dengan otaknya, sampai ia sadar ada seseorang yang bertanya padanya dan ia pun dengan refleks menggerakan kepalanya ke atas dan kebawah lalu menjawab, "aku tidak apa-apa".

Melihat jika Chunyin nampaknya bisa menangani dirinya sendiri, Jiang Yi pun kembali beralih kepada An Jia Li yang ikut sadar setelah Chunyin bangun.

Setelah beberapa detik, Chunyin pun juga baru sadar jika yang tengah menanyakan keadaannya tadi itu adalah Jiang Yi, meski yang Chunyin tau adalah dirinya seperti baru saja mendapat pertanyaan dari dirinya sendiri. Bagaimanapun, kehidupan masa lalu Chunyin adalah kaisar Feng yang kini telah menjadi tubuh bagi Jiang Yi kakaknya sehingga sikap tokoh Fengying itu telah berbanding jauh dengan dirinya yang dulu.

Chunyin mengalihkan perhatiannya untuk melihat Jiang Yi dan An jia Li yang nampak dekat. Jiang Yi saat ini tengah membantu An Jia Li yang tengah terbatuk karena menelan banyak air, dan tak lupa jika Jiang Yi juga memberikan jubahnya yang tak basah kepada An Jia Li agar ia tidak keinginan karena semua baju yang dipakai An Jia Li begitu tipis juga sudah basah sepenuhnya.

Melihat kedekatan mereka, Chunyin dapat merasakan sakit di dadanya. Sekali lagi. Chunyin merasa sedang dihancurkan oleh dirinya sendiri dengan melihat mereka berdua.

Fikiran buruk kini kembali mendatangi kepala Chunyin. Ia kembali berfikir, apakah memiliki Xiang Lian memang benar-benar tidak mungkin untuknya?, apakah keinginannya untuk bersama dengan Xiang Lian tidak akan pernah bisa menjadi nyata?, atau mungkin saat ini dirinya memang benar-benar masuk kedalam dunia fiksi dimana dirinya hanyalah tokoh sampingan yang tak penting. Kehadirannya di dunia manapun hanya sebagai figuran disisi Xiang Lian. Rasanya Chunyin harus tegas mengatakan sekali lagi pada dirinya jika fiksi itu tidak nyata!.

Berhentilah memikirkan Xiang Lian dan jalani saja takdir barumu sebagai Li Xi, mungkin itu pesan dari takdir padanya yang harus ia dengar.

Chunyin mengepalkan tangannya dengan erat. Kepalanya berdenyut. Emosinya kembali bercampur, lalu menjadi sedikit padam setelah ia kembali mendengar suara dari Xiang Lian bergema didalam kepalanya. Itu adalah suara dari ingatan sebelumnya saat mereka masih berada didalam danau dimana Chunyin mendengar ucapan permintaan maaf dari Xiang-er nya. Ditambah ia mendengarnya saat mereka masih berada didalam air yang tidak memungkinkan untuk berbicara satu sama lain dengan bebas.

Chunyin langsung dengan cepat menilai jika ada sesuatu yang salah dengan dirinya, Xiang-er nya, atau danau giok itu.

Chunyin bangkit lalu mengedarkan pandangannya menysuri setiap sudut danau giok yang semakin kuat ia merasaskan keanehan setelah menyadari apa yang telah terjadi. Tak hanya merasakan keanehan, Chunyin juga mendadak menjadi tidak ingat apa saja yang sudah ia tulis didalam novelnya?. apa yang terjadi di bab ini setelah tokoh Fengying dan Xiang Lian terjatuh kedalam danau?. Namun ada satu hal yang pasti untuk tetap ia ingat, lebih tepatnya hal yang tidak akan pernah Chunyin lupakan karena itu adalah benda berharga miliknya.

"Liontin gioknya ... apakah sudah diambil olehnya?" batin Chunyin sambil melihat ke arah tubuh lamanya sebagai kaisar Feng.