Surie menghabiskan sebagian besar waktunya di Apartement. Ia terlihat sedang menikmati harinya dengan mengecat kukunya sambil duduk santai di ruang tamu.
Tak lama terdengar bunyi pintu depan apartementnya terbuka dan Sandra masuk di balik pintu membawa sekotak pizza, sekotak ayam goreng korea, dan juga 1 kantong plastik yang berisi coca cola.
Dengan buru-buru karena keberatan, Sandra meletakkan semua barang bawaanya di atas meja. Sandra menyandarkan tubuhnya yang lelah di sofa sambil melirik ke arah Surie.
"Lo emang sahabat yang suka nyiksa sahabatnya sendiri." Ujar Sandra dengan nafas yang masih belum beraturan.
Surie hanya tersenyum cengeesan seakan merasa bersalah telah merepotkan Sandra. "Sorry,"
"Lo serius mau makan sebanyak ini Rie? Dan gue juga gak pernah liat lo minum soft drink?"
Surie mengambil satu kaleng coca cola, membuka dan langsung meneguknya. "Tapi sekarang gue pengen." Kata Surie santai.
Sandra mulai menyadari kalau ada hal yang tak beres terjadi pada Surie. "Lebih baik lo cerita deh, abis di apain sama Alex, Hm?" Tanya Sandra serius.
"Gue gak di apa-apain. Seperti biasa Alex datang ke Apartement, dan kita berakhir dengan ngelakuin itu...."
"Wait.. wait... again?!" Ujar Sandra kaget dan menyela pembicaraan Surie.
Surie hanya mengangguk layaknya anak kecil yang polos. Dan Sandra menepuk jidatnya dengan keningnya.
"Oh My God, Surie. Berapa kali harus gue bilang sama lo, jauhin Alex. Kalian tuh bukan suami istri lagi. Lo nyadar gak sih, Alex nyari lo di saat di perlu. Dia gak pernah nyari lo di saat yang seharusnya. Kalau dia masih peduli sama lo, dia pasti putusin pertunangannya dengan Fey, dan kembali sama lo."
Surie mulai berfikir. Semua yang Sandra katakan memang benar. Tapi semuanya tak semudah yang di bayangkan. Hubungannya yang sekarang dengan Alex, bukanlah hubungan yang akan mendapat restu dengan mudah seperti saat mereka menjadi suami istri dulu.
"Gue tahu San, tapi.."
"Tapi apa?!"
"Gue gak bisa ngelihat Alex yang bersikap lemah dan mohon-mohon ke gue." Ucap Surie
"Karena lo masih cinta sama dia?" Tanya Sandra untuk membuktikan kalau perkiraanya benar.
"Iya, gue masih cinta sama Alex." Ucap Surie mengakui perasaannya.
****
Alise mengirimkan sekaligus membacakan agenda-agenda yang harus Alex lakukan. Nampaknya selama beberapa hari kedepan, ia akan sibuk dengan meeting dan deadline yang sudah semakin dekat.
"Pak untuk siang ini, kita juga akan makan siang bersama dengan salah satu investor dari jepang." Kata Alise.
"Bagus, kamu pesan restorant jepang terbaik ya. Yang highly recommended dan juga nyaman." Pinta Alex.
"Baik Pak. Kalau tidak ada yang lainnya lagi, Saya permisi." Kata Alise.
Ketika Alise beranjak berbalik, Alex menahannya.
"Alise,"
"Iya Pak."
"Tolong pesankan buket untuk investor yang akan kita temui. Dan juga 1 buket Mawar merah spesial."
"Apa buket mawar merahnya untuk Nona Fey, Pak?" Tanya Alise.
"Iya."
Alise berfikir sejenak. "Aneh, tumben Pak Alex mengirim buket mawar merah untuk Nona Fey?"Batinnya
"Baik Pak." Kata Alise akhirnya tanpa ingin berfikir lebih panjang lagi.
*****
Fey membuka pintu depan rumahnya, dan mendapati ada seorang kurir yang mengirimkan sebuket mawar merah untukknya.
"Selamat siang, atas nama Ms. Feylonna Clarke?" Tanya sang kurir untuk memastikan kalau ia mengirimkan bunga ke orang yang tepat.
"Iya, saya sendiri." Jawab Fey membenarkan.
"Anda mendapatkan kiriman 1 buket mawar merah. Dari Tuan Alexandre Hilman."
"Terima kasih ya Pak." Ucap Fey sambil menerima buket mawar merah miliknya.
"Sama-sama mbaa. Selamat siang."
"Siang."
Setelah sang kurir pergi, Fey pun masuk ke dalam rumah dengan buket bunga yang ada di dalam pangkuannya. Ia memeriksa buket mawar merah dan tak menemukan apapun.
Fey duduk di sofa sambil merangkul buket mawar merahnya sambil menelfon seseorang.
"Halo Fey, ada apa?"
Suara Alex terdengar di ujung sana.
"Kamu di mana?"
"Mau makan siang sama investor. Ada apa?"
"Enggak, aku cuma heran kamu ngirimin buket bunga tiba-tiba." Ucap Fey.
"Kamu gak suka?" Tanya Alex.
"Bunganya Alex. Mawar merah itu bukan favorit aku. Yang suka bunga itu adalah mantan istri kamu." Jawab Fey dengan nada seakan mengingatkan sekaligus menyindir.
"Jadi kamu mau aku kirim bunga untuk Surie? Don't worry I can do it."
Fey memutar kedua matanya. "And You know, that I don't care."
"Fey, aku gak punya waktu untuk berdebat sama kamu sekarang cuma karena buket bunga. Kalau kamu gak suka, kamu bisa buang bunga itu, okay?."
Dan seketika itu Alex mematikan ponselnya.
3 hari berlalu. Dan Surie mulai merasa ada yang aneh. Ia mengecek ponselnya dan menyadari kalau sudah 3 hari Alex tidak menghubunginya dalam bentuk apapun.
Karena biasanya, dalam sehari Alex akan mengganggunya walau hanya sekedar menanyakan apa ia sudah makan atau belum. Dan bagaimana harinya hari ini. Tapi sudah 3 hari berlalu, dan tak ada satu pesan atau telfon pun datang dari Alex.
Surie sebenarnya tak ingin berfikiran negatif, namun hati dan tubuhnya tidak bisa bersingkronisasi dengan baik. Ia mulai dilanda kecemasan dan kekhawatiran apa Alex baik-baik saja.
Surie juga tentu tidak akan lupa, kalau Alex memiliki Fey yang tak lain adalah tunangannya. Entah dengan keberanian yang datang dari mana atau tidak adanya rasa malu, Surie menghubungi Fey.
"Halo, " Ucap Fey di ujung sana.
"Halo Fey, ini aku.. Surie."
Fey tersenyum miring. "I know. Ada apa Surie, kenapa kamu tiba-tiba telfon aku?"
"Alex.. apa dia baik-baik saja?" Tanya Surie pelan.
Fey tersenyum. "Kamu tahu kan kalau laki-laki itu akan selalu berada dalam keadaan baik-baik saja." Jawab Fey santai.
"Iya.. tapi.."
"Aku lagi gak sama Alex. Lagipula kita gak pernah ketemu. Mungkin dia lagi sibuk, gimana pun juga mantan suami kamu dan tunangan aku itu adalah pekerja keras."
"Selama 3 hari ini?"
"Yes. Selama 3 hari ini. " Fey membenarkan.
Surie terdiam. Setidaknya ia merasa lega kalau bukan hanya dirinya saja yang tidak mendapatkan kabar dari Alex, tetapi hal itu juga terjadi dengan Fey.
"But.. Surie.. you know what?"
"Kenapa?" Tanya Surie cepat.
"Walaupun Alex gak ngabarin selama 3 hari ini, dia selalu kirimin buket bunga sama aku."
Ucapan Fey seakan membuat ribuan jarum mengenai dan menusuk ulu hati Surie. "Buket bunga?" Tanyanya.
"Iya. Mawar merah. Alex harusnya tahu kalau mawar merah bukan bunga favorit aku." Jawab Fey secara tak langsung menyindir Surie.
Surie mengepalkan tangannya. Tanpa ia sadari kedua matanya mulai berkaca-kaca. Ia benci harus berada dalam situasi seperti ini. Perasaan yang seharusnya tak pernah ia rasakan lagi.
*****
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Surie yang merasa sedikit baikan, berlalu menuju pintu depan Apartementnya.
Kedua mata Surie melebar ketika melihat Alex berdiri di depan pintu dengan sebuah buket mawar merah berukuran sangat besar. Sebuah buket dengan 100 tangkai mawar merah yang terlihat sangat cantik dan menawan.
"Ngapain kamu disini??!!!" Tanya Surie dingin dan ketus.
"Just let me in, and I will explain to you. Okay..??"
"NO!" Surie hendak menutup pintu namun Alex menahannya.
Surie tak berdaya di saat Alex memaksa menerobos masuk ke dalam Apartementnya.
"Alex, tolong berhenti bersikap menyebalkan seperti ini?!" Ujar Surie dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.
Alex mendekat ke arah Surie dan menyentuh lembut pipinya. "Aku minta maaf, okay. Aku udah berbuat salah dengan gak ngabarin kamu selama 3 hari ini."
Surie menepis tangan Alex dan menatap tajam ke arahnya. "Do I should care about that?!"
"Hey. I was busy. Aku juga gak kabarin Fey."
"I know. But she's got this kind of flower bucket for 3 days. And I've got nothing!"
Surie beranjak meninggalkan Alex. Bunga mawar merah yang Alex bawa, ia letakkan di atas meja makan. Sembari meraih salah satu tangan Surie untuk menahan kepergiannya.
Alex mengerti bagaimana suasana hati Surie saat ini. Namun tetap menggodanya seperti ini, dan melihat Surie merengut membuatnya terlihat semakin menggemaskan.
"Surie.. hey.. I'm sorry okay. I won't do this again."
Surie berbalik dan menatap Alex datar. "Which one. Gak ngasih kabar atau ngasih Fey buket mawar merah. Kamu tahu kan kalau bunga favorit Fey bukan mawar merah. Kamu mau permainin aku sama Fey?!"
"Aku gak pernah bermaksud sengaja ngelakuin itu." Tukas Alex.
Surie menghela nafas. "Udahlah, aku capek berdebat sama kamu. Mending sekarang kamu pulang. Karena aku lagi gak mau bicara sama kamu."
"Kamu gak kangen sama aku? Dari cara kamu ngambek kayak gini, aku bisa simpulin kan kamu kangen berat sama aku." Tanya Alex seakan menggoda Surie.
Wajah Surie seakan terasa panas. Bohong jika dia tidak merindukan Alex. 3 hari tanpa kabar dari mantan suaminya, membuat Surie seakan menjadi orang bodoh.
Perlahan Alex membawa Surie kepelukannya. Mendekat lembut dan memberi sentuhan yang selama 3 hari ini Surie rindukan.
"Aku gak akan membuat kamu seperti orang bodoh lagi." Ucap Alex lembut.
"I did miss you, Al. I miss you so much."
Alex melepaskan pelukannya dan menatap Surie hangat. "I miss you too."
Dan sebuah ciuman lembut akhirnya mendarat di bibir plum Surie.
Bersambung...