Diah berdiri tegap dengan kepala mentengadah. Ia pejamkan matanya perlahan. Dibiarkan sinar matahari pagi menerpa wajahnya, membiaskan pandangannya. Lambat laun, di kepalanya mendadak dipenuhi seluruh memori dalam otaknya. Entah apa yang ia pikirkan saat ini, dibibir itu ada sedikit senyuman yang tersungging indah.
Angin berhembus pelan, panasnya cahaya yang menerpa wajahnya terasa sedikit adem oleh hembusan demi hembusan yang membelai pipinya. Bukannya Diah berani dan kuat menghadapi ini semua, namun ia hanya mencoba menghadapi keadaan ini.
Sebenarnya, ada rasa takut yang sedari tadi menyelimuti dirinya. Ketakutan yang amat dahsyat yang baru pertama ia rasakan. Tetapi, Diah pasrah. Pasrah akan semua yang sudah ia alami. Dulu, kemaren dan hari ini di tanah lapangan.