"Bukan cakep dikit ini mah, cakep banget" ucap Kamil.
"Heh! Tar di denger gimana" Sifa mencubit pelan lengan Kamil.
"Ah ! Woi ! Jan cubit bangsat" Kamil berdesis saat cubitan maut Sifa membuatnya kaget. Bukan apa-apa bung, tapi cubitan cewe sakitnya minta ampun.
Lavi dan Firda yang sayup-sayup mendengarkan celotehan Kamil dan sifa hanya saling memandangi dan tersenyum.
"Tuh kan lav, ga ada yang ga Ngakui kecantikan lo" goda Firda.
"Ish apaan sih da"
Selama pelajaran berlangsung, Tya dan sifa tak henti-hentinya memandangi Lavi dan Firda.
Kecantikan Lavi dan aura dominan Firda serasa menguar kepenjuru kelas, tak dipungkiri banyak yang mencuri pandang kepada mereka.
Kringg
Bel istirahat berbunyi, saat istirahat di mulai dan pelajaran selesai semua murid segera menghela nafas panjang, ada yang segera pergi ke kantin, ada yang langsung bermain ponsel, ada yang rajin mengerjakan pr yang diberikan guru sebelumnya dan ada yang kepo dengan murid baru.
Tya dan sifa segera mendekat dengan Lavi dan Firda, terlihat Lavi yang sedang membereskan buku dan Firda yang bermain ponsel seraya mengunyah permen karet.
Niat hati untuk berleha-leha dengan sahabat nya, Firda mendengus saat dilihat ada dua teman kelas nya yang menghampiri.
"Hai" Tya pertama kali menyapa, cewe keturunan Jawa itu sangat kental sekali akan keramah tamahan nya, tutur kata halus serta aura lembut dan senyum tulus membuat ia banyak mendapat teman hampir di penjuru sekolah.
Sifa si judes pun hanya tersenyum sebagai pertemanan baru.
"Oh? Hai" Lavi yang pertama merespon, Firda hanya melihat dan memberi anggukan sebagai respon.
"Hehe, kalian mau ke kantin bareng ga?, Eh? Apa kita kenalan dulu ya? Namaku Fitriyani Prastya Ningsih, bisa di panggil Tya aja" dibarengi dengan senyum manis, Lavi merespon hal yang sama.
"Kalo temen ku namanya Sifa, Asyifa syakilla, bisa dipanggil Sifa"
"Iyah, panggil aku Sifa aja hehe"
"Hai kalian, salam kenal, namaku Lavina Virgo Wintara, bisa dipanggil Lavi atau Vi aja" balas Lavi dengan ramah.
Lavi menyikut pelan perut Firda, "oh? Eh, em aku Firda. Lebih tepatnya Anisa Firdaus, panggil Firda aja atau whatever you want"
Mereka sepakat akan pergi ke kantin bersama saat Irfan dan Dhafin menyela.
"Bentar ! Jangan keluar dulu !" Irfan berteriak dari ujung bangku.
"Paan sih fan, orang laper juga" jawab Sifa kesal.
"Chino mau kesini, katanya mau liat murid baru"
"Aelah kan bisa nanti, sekalian mereka mau kita bawa keliling sekolah juga" sahut Tya.
"Ya makanya sekalian aja Tyaa"
"Serah ihh"
Tak berselang lama. Chino, Rio, Wahyu, Rehan, Farras, Jonathan, Iyan datang dengan raut wajah angkuh, "Minggir minggir" Chino sedikit mendorong bahu siswi yang mengalangi. Respon siswi tersebut hanya memicing kesal dan jengkel, kemudian pergi.
"Eyyo bicie!" Iyan berseru saat memasuki kelas mipa 3 tanpa tahu malu.
Firda terlihat tak senang dengan kedatangan para tetua mipa 1 ini, "eh mana nih anak barunya" tanya Wahyu pada irfan.
"Tuh" Irfan hanya menunjuk Lavi dan Firda yang sedang mengobrol.
"Weh gila !"
Chino terpaku saat melihat Rupa Lavi yang sangat menarik perhatian nya. Hidung bangir kecil, bibir pink kecil dengan mata Belo dengan obsidian Gelap miliknya.
Di padukan dengan rambut gelombang berwarna hitam pekat dengan bando yang tersemat apik untuk menghalau rambut yang menghalangi pandangannya, poni belah yang menambah kesan imut disertai anakan rambut yang menempel pada pipi gembil nya, Tersenyum manis dengan tangan memangku dagu.
Membuat cardigan yang ia pakai menenggelamkan jari jari kecilnya.
'sial, kenapa cantik sih? Kok gemesin?, Sial banget bngst' Chino membantin gemas.
Tak hanya Chino, semua teman-teman Chino pun tak kalah terpaku.
"Woi kok cantik?!" Ujar Iyan keceplosan.
"Eh?!" Iyan segera membekap mulut nya saat seluruh atensi kini terpusat pada dirinya.
"Ish ! Paan sih yan"
"Udah lah, ayo kenalan dulu" ujar Rio menengahi.
"Halo, nama ku Farras" Farras segera mendekat ke sisi Tya yang berada di sebelah Lavi.
"Hai gw Rehan"
"Hai rehan, hai Farras" Lavi tersenyum tipis.
"Astaga, maafin temen-temen kita yang agak stres yah" ujar Sifa menatap memelas ke arah Lavi dan Firda yang terlihat heran.
"Ehehe maaf, sini aku kenalin, yang pipi nya tembem ini Farras, yang pake jaket itu rehan, yang make kalung silet itu Iyan, yang baju nya di keluarin itu Rio, yang pake topi itu Wahyu, nah yang pendiem sama make kupluk itu Jonathan, trus yang rambut keriting itu Chino"
"Hallo" ujar mereka serempak.
"Hai, gue Firda, dan ini Lavi. Saudara gue" ucap Firda datar.
Terkesan malas-malasan dan waspada, Chino dan yang lainnya hanya saling menatap kaku dan heran satu sama lain kecuali Kamil yang sedari tadi menyimak dari jauh bersama Irfan. Mereka sedang bermain game online bersama omong-omong.
"Fan, menurut lu Firda gimana orang nya?" Bisik Kamil.
"Hm?, Misterius sih kalo pertama liat, tapi mungkin kelamaan anak nya seru, inget ga pas pertama ketemu rehan? Mereka sebelas dua belas" sahut Irfan.
"Kenapa lo mil? Naksir Firda Lo?" Sela Dhafin.
"Ish! Muncung mu!"
"Hahahaha, Kamil suka Firda fiks, valid no debat"
Dengan gerakan cepat kamil membungkam mulut Dhafin dengan cepat, "mpph-"
"Lo diem anjer!" Bisik Kamil sarat mengancam.
"Huahh hahh Jan gitu dong ! Tangan lo bau terasi!" Cegat Dhafin sambil mengelap mulut nya dengan baju.
"Hahahaha, lagian Lo sih, pake godain Kamil segala" sahut Irfan.
"Yee asu"
~~~~~~~
ROOFTOP SEKOLAH
12.30 WIB
Lavi berdiam diri di atap sekolah, sengaja membolos setelah 1 Minggu ia berada di SMA nya yang baru. Banyak teman baru yang ia dapatkan, seperti Tya dan sifa contoh nya. Lama kelamaan ia tahu bahwa Tya adalah tipe anak yang Sulit menolak sesuatu, dan sifa adalah tipe anak yang mudah tersinggung.
Angin halus menerpa kulit putih nya, lama ia disini semakin ia mendapat pengalaman, suara daun bergesek disertai pemandangan yang memanjakan mata, cukup membuat Lavi terbuai dan hampir memejam. Kala telinga nya menangkap suara pintu terbuka yang berasal dari belakang nya.
Krieett
Lavi menoleh sejenak, dapat dilihat Chino yang masuk dengan santai seraya melangkah pelan dengan bungkus rokok dan pematik api di tangan nya.
"Eh? Lavi?" Chino yang sadar akan atensi nya menegur halus.
"Eh? Chino kan?"
"Iya, ngapain kesini? eh? Lo bolos ya" tanya Chino sembari matanya memincing.
Lavi hanya tersenyum kikuk dengan kepala mengangguk pelan tanda ia mengiyakan tuduhan Chino.
"Eh buset, cewe kok bolos"
Lavi menghela nafas, "biasa, gue kalo di sekolah lama sering kok"
Chino nampak sedikit terkejut, "wah, bad girl nih, haha" canda nya.
"Iya, eh? Lo merokok ?" Tanya Lavi saat ia melihat Chino menyelipkan batang rokok ke bibirnya.
"Hmm"
Ctekk
Api membakar pelan ujung rokok yang terselip di bibirnya, sampai ia benar-benar terbakar, Chino menghisap pelan dan menghembuskan asap rokok dengan tenang.
Lavi yang sedari memperhatikan hanya mengernyit melihat tingkah Chino yang serasa sangat menikmati setiap nikotin yang ia hisap.
"Chino?"
"Hm?"
"Merokok enak ga?"
Menghembuskan asap dengan pelan, Chino menjawab, "enak ga enak, ya gitu lah. Gw ga bisa mendeskripsi dengan lengkap"
"Emh.. okay"
.
.
.
Lama mereka berdiam menikmati keheningan sampai pada Chino memulai pertanyaan.
"Lo pindahan mana Vi?"
"Hm? Amsterdam"
"Wih, anak holkay nih, hehe"
"Haha, ortu gue yang berduit, gue nya ngga. Beban keluarga doang haha" Lavi hanya tertawa hambar.
"Hehe maap, omong-omong. Disana banyak cewe ga?"
"Banyak banget malahan, cantik cantik hahaha"
"Wih, kenalin satu dong"
"Sini gue kenalin, tapi kebanyakan munafik orang nya hehe"
"Waduh, skip ajalah" Chino menggaruk tekuk kaku.
Lavi hanya tersenyum, "eh Vi?" tanya Chino.
"Ya?" Lavi menjawab tanpa menoleh.
"Lo pasti keturunan Wintara ke 6 kan?"
Lavi tersentak, otot nya serasa kaku dan badan nya bergetar, kentara terkejut dengan ekspresi menggemaskan, menoleh kaku ke arah Chino yang berdiri dengan eskpresi angkuh nya.
"Hah?!"
Respon Lavi hanya dibalas smirk kecil oleh Chino.
~~~~~~~~~~~
#alv