TRAUMA, apa difikiran mu tentang satu kata itu? Mungkin sebagian orang mengaitkan dengan kata 'takut', dan sebagainya. Bagaimana dengan rasa gemetar dikira 'trauma' itu datang? Benar. Semua ketakutan akan segera terkuak kala kalimat itu menyerang secara bertubi-tubi di dalam fikiran.
Lavina Virgo wintara pun sama seperti manusia yang lain. Ia memiliki rasa trauma mendalam tersendiri, berusaha mengubur dalam rasa trauma itu.
Memendam seluruh gelisah dan rasa takut, menepis momok gelap yang akan datang silih berganti tanpa sadar dan tau waktu.
Malam itu, didepan gulita yang sepi. Hanya Chino, yang membangkitkan kembali trauma kilat yang menyerang saraf otak nya dikala ia bermimpi dan di telan malam.
Malam itu, Chino dengan santai nya menyesap minuman tanpa memperdulikan ia yang merosot diri dengan pandangan hampa.
Seluruh badannya gemetar, kilat menyambar di dalam pikirannya yang bercampur aduk.
Darah memompa semangat dengan tangan yang senantiasa memeluk diri yang semakin gemeteran tak karuan.
Tubuhnya jatuh dengan keringat dingin mengucur deras, tak menyangka masa kelam nya terbuka lagi untuk kedua kalinya.
Jahat.
Ya, Chino jahat. Terlalu licik untuk menjatuhkan nya secara mudah.
Sangat jahat.
Dan dia benci itu.
Ia benci laki-laki itu.
------------------
Angin pagi membawa satu tarikan nafas lepas dari seorang gadis muda bernama Rachel.
Di depan taman mansion megah di belakang bagian garasi, ia terlihat memakai outfit santai. Sekitar jam 3 pagi, Rachel telah merencanakan untuk berjalan singkat di taman rumah sahabatnya.
Jam menunjukkan pukul setengah lima, masih dengan posisi yang sama, Rachel mendudukkan tubuh di ayunan yang tak jauh dari perkarangan bunga milik Irene.
Kepala nya terasa sangat segar, pikirannya melayang jauh, meninggalkan raga kosong yang tengah dilanda tanda tanya.
Ia merogoh saku jaket bludru nya, terdapat sebatang coklat dan beberapa buah permen didalamnya.
Ia mendesah pelan, bangkit sejenak. Dan bergegas masuk ke pintu bagian gym, untuk membuat secangkir coklat panas.
Lumayan lama ia meracik minuman itu, sampai ujung matanya menangkap sosok Chino yang sedang bersantai sembari menyesap nikotin ditangannya.
Sesuai kepribadian Rachel, ia hanya mengabaikan tanpa peduli sekitar.
----------------
"Ahhh, enak nya~", desah Rachel.
Di atas sebuah ayunan, Rachel terlihat bersantai dengan sebuah cup kecil ditangan, berisi cairan coklat hangatnya.
"Ahh, sangat menyenangkan", ia berdesis dengan pipi memerah, kacamata yang ia kenakan sedikit berembun.
Nafas nya mengepul asap tipis, menandakan betapa dinginnya suhu udara pagi ini.
"Rachel", panggil putri.
Rachel menoleh dengan gerakan lambat, terlihat putri dengan model baju yang memperlihatkan perut putihnya, serta celana training hitam yang ia kenakan dan rambut yang ia kuncir satu, memperlihatkan bagian leher yang dapat mengundang kaum Adam menjadi lapar.
Belahan dadanya terlihat, jaket yang hanya menutupi dadanya, sengaja ia buka hingga sport bra didalamnya terpampang jelas.
Rachel yang melihat pemandangan di depan nya hanya mendengus remeh, "apa?".
"Di ajak sarapan tuh, sama Lavi, Firda."
"Bilang aja nanti, masih mau ngabisin coklat dulu."
"Ahh cepetan, nanti kan kita mau pergi, oh iya. Lu gatau kan? Kalo kita libur 3 hari?"
"Izin?, Siapa yang izinin?"
"Lavi lah."
"Nyari gara-gara apa gimana? Tar ayah nya marah, kita yang kena", Rachel mengernyitkan dahi.
Putri hanya mengedikan bahu, "i don't know."
"Ahh, yang bener aja!"
"Ah bacot, ayo cepetan, mau yoga nih!"
"Cih, dasar putri sekolah", Rachel menekankan kata putri sekolah dengan dalam.
Putri hanya merolling mata malas dan bergegas pergi.
--------------
Makan pagi itu hanya di hiasi ke empat perempuan yang terlahir bersendok emas dan berbaju sutra.
Hanya Chino seorang yang tak terlihat di meja makan elegan itu.
"Oh yeah, spaghetti !", Teriak putri.
"Keju nya?", Tanya Firda
"Nih"
Dentingan sendok dan garpu tedengar sebelum pertanyaan Rachel terlontar, yang menghasilkan suapan sendok Lavi terhenti dan melayang di udara.
"Chino mana?"
-------------
-TBC-
#alv