"Hah?!"
Respon Lavi hanya dibalas smirk kecil oleh Chino.
"Maksud nya?!" Lavi terlihat menyentak Chino agar menjawab pertanyaan nya dengan cepat.
"Aduh, gue lupa ambil minum, mau ambil dulu~ dadah Lavi" belum sempat menjawab, Chino berlalu setelah memberikan wink kepada Lavi.
"Heh !! Chino !!!"
~~~~~~
MATAHARI, terlihat mulai menampakan kekuasaan nya di penghujung hari. Dimana sang Surya mulai menguarkan panas nya hingga para Makhluk bumi ini mulai merasa gelisah karena panas yang dihasilkan.
Seperti yang dilakukan oleh Chino, Iyan dan irfan yang tengah menyender sejajar di depan seonggok kipas di ruang tamu kediaman Iyan.
Kentara sekali menahan panas sembari sedikit mengipas-ngipas kecil dengan kancing baju total terlepas.
Menampilkan dada bidang masing-masing pria jangkung itu tanpa takut terlihat oleh lawan jenisnya, "duh panass, AC aja ga mempan" Iyan terlihat gelisah saat dirasa kecepatan angin dari kipas di depannya berkurang.
"Sabar dong, gue juga panas" sungut Irfan.
Memang saat panas begini emosi lebih mudah memuncak, lain hal nya dengan Irfan dan Iyan. Farras dan Januar lebih memilih membuka lemari es dan tidur di depannya.
"Ahh gerah, bodo amat lah mending lepas aja sekalian !" Chino terlihat menyentak kasar kaos yang ia kenakan.
Dengan atasan toples, Chino sengaja membelokan kipas agar hanya mengarah kepadanya yang sontak membuat Iyan dan irfan memberikan protes keras.
"Woi !! Gausa di belokin sempak !"
"Kipas gue woi !" Iyan terlihat menarik kipas dengan kasar.
"Ahh ! Woi ! Gue juga mau !"
"Jangan Lo doang dong jibangan !, Panas nih sial" Irfan yang emosi langsung menarik kasar kipas angin yang berada di tangan iyan.
"Setan! Belokin aja udah !" Chino mulai menengahi dan menaruh paksa kipas yang berada di tangan Irfan.
Plakkk
"Telasss0 !, Lo duluan yang mulai iblis" Iyan dan irfan kompak memukul kepala Chino dengan sadis.
"Ish sakit, ya maap asu. Emosian banget kek anak pe em es"
"Nyenyenye"
Brakk
"Mamank, SAMLEKOM" Wahyu masuk dengan seonggok kantong kresek di tangan.
"Salam yang bener tolol" Ujar mereka serempak.
"Hehe, ya maap"
Wahyu segera menaruh Perlahan barang bawaan nya dan bergegas menuju lantai atas tanpa memperhatikan teman-teman nya yang sedang kepanasan di bawah.
"Eh? Woi ! Ini apaan?", Belum sempat Iyan bertanya, Wahyu dengan cepat naik ke lantai atas tanpa sepatah kata dilontarkan.
"Wahh Es krim uwu" Chino terlihat berbinar saat melihat isi bawaan yang di berikan oleh Wahyu tadi.
Dengan cepat dan tanpa aba-aba, mereka segera membuka bungkus es krim dan menyantap dengan khidmat.
"Ish tau aja bang Wahyu panas panas gini di bawain es krim" ujar Irfan.
"Ya iya lah, dia baik. Ga kek Lo Dateng-dateng bawa utang" cecar Iyan.
"Yee asu"
"Hahahaha", tawa Chino dan Iyan pecah, saat dirasa puas mengolok-olok Irfan. Terdengar langkah kaki ribut dari arah dapur.
Terlihat Farras yang mendekat dibarengi dengan Januar yang terlihat malas-malasan, kentara sekali sehabis tidur dengan mata sayu dan langkah tak seimbang.
"Wehh apa nih, apa nih" Farras langsung menyomot sebungkus es krim dan melempar diri ke atas sofa.
"Eh nu !, Sini. Ada es krim ini"
Janu yang linglung hanya mengangguk dan merebah kan diri ke atas sofa di depan teman-temannya, "sisain aja gue, ngantuk mau tidur".
Tap tapp tapp
Suara langkah kaki terdengar, mengalihkan atensi ke-empat cowo tanggung tersebut, "eh? Napa Lo yu ?, Ada yang di cari ya?" Tanya Chino.
"Huh? Hooh, kemaren power bank gue tinggal di kamar atas pas maen PS, kok ga ada ya?" Wahyu terlihat menggaruk kepalanya dengan bingung sembari mata nya yang liar memperhatikan sekitar.
"Dibawa Jojo kali" sahut Farras.
"Lah? Emang kemaren dia minjem?"
"Ya kali aja, kan dia Nolep" gurau nya.
"Dih" Wahyu hanya terkekeh sebagai jawaban.
Tringgg
Ponsel Irfan berbunyi sejenak tanda pesan masuk, segera ia memeriksa dengan cepat dan menghasilkan dahi nya yang mengernyit bingung.
"Loh, ini kan putri?? Dia kena kasus lagi?" Irfan berseru dengan nada tinggi.
"Hah? Mana mana"
"Ini coba kalian liat !" Irfan segera menunjukan ponsel nya yang berisi percakapan grub eskul nya. Terlihat seorang putri indriana Delbaran, salah seorang bintang SMA yang menjadi incaran para lelaki.
Terlihat disana foto putri yang tertunduk serta kepala kepsek sekolah yang terlihat sedang memarahi Gadis itu.
Dengan baju yang ketat, rok mini yang sengaja di set press di pinggang agar lekuk badannya terlihat, dan yang paling mencolok adalah rambut nya yang telah berganti dengan warna hijau Gelap.
"Wihh gila, pasti gara-gara rambut lagi" ujar Farras.
"Gila, mau di mana pun angle nya si putri tetep cantik dah" sahut Irfan.
"Pantes jadi selebgram dan artis sekolah, orang dia juga ketua Eskul modern dance kan?" Tanya Chino.
"Bukan cuma modern dance, dia Udah ngewakilin sekolah di ajang pemilihan ratu sekolah, dan jadi center cheers SMA kita-"
"-dan kabarnya dia bakal terpilih jadi model maskot SMA untuk promosi" Wahyu menjawab sembari menyesap es krim dengan pelan.
"Wah gila, gue taunya dia bad girl tapi cantik, udah gitu doang" Chino menyahut disertai dengan cengiran kuda nya.
"Kek nya masalah dia tawuran sama anak SMA Garuda ya?" Tanya Farras.
"Kek nya bukan deh, apa karena rambut nya juga?"
"Mungkin iya"
"Samperin aja besok mau ga?, Kek nya seru jadi manean kita" Chino ber-smirk ria.
"Weh, Lavi lo kemanain nih no" sindir Iyan.
"Di hati lah"
"Yaelahh" sungut Irfan.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~
"KAMU INI GIMANA SIH !, Body wave aja ga bisa !! Gimana mau nampil di depan acara pembukaan nanti kalo gerakan dance mudah ini aja kamu gatau !!, Dasar ga punya otak !!", Tria terlihat membentak sang adik di ruangan pribadi mereka.
Telihat Lavi yang memakai outfit olahraga dan Tria yang mengenakan dress mini ketat, terlihat sedang menilai sang adik yang akan tampil di acara bakat yang di selenggarakan oleh Tante nya.
Lavi tertunduk, "maaf kak, Lavi bakal pelajarin yang itu".
"Halah !!, Maaf Mulu kerjamu !!, Bisa aja ngga!, Aku gamau tau ya! Pokok nya kamu hafalin bagian part dance disini atau jangan harap mau ku ajarin lagi seumur hidup !", Setelah membentak dengan keras, Tria bergegas pergi tanpa peduli akan Lavi yang tertunduk menyesal.
'kenapa jadi gini' Lavi membatin miris.
Hidup nya tak jauh dari kata boneka. Bahkan kakak nya pun tak tahu, betapa ia iri akan kehidupan nya yang begitu bebas, begitu tak di kekang dan berfoya-foya.
Sedangkan dirinya? Keluar rumah pun harus dijaga oleh bodyguard sang ayah, ia bahkan tak pernah menyicip pergi bersama teman-teman ke suatu acara resmi.
Pesta teh? Ulang tahun? Bertemu bersama? Bahkan di sekolah nya yang lama pun Lavi tak di ijinkan untuk pergi dengan teman sekelasnya. Hanya Firda, putri, dan Rachel yang setia menemani nya.
Mata nya kosong, hingga tak sadar tubuh nya merosot ke bawah dengan sedikit tersentak, ia segera memeluk diri dengan tangan bergetar dan merenung.
Apa salah nya? Mengapa sang kakak begitu benci? Mengapa mommy nya tak pernah berprilaku seperti ibu Jessica yang perhatian? Kenapa Daddy nya tak se humoris ayah Dian? Meskipun ia terlahir di keluarga kaya.
Jiwa nya kosong dan hatinya berlubang, Kebahagiaan tak dapat dibeli dengan harta, bahkan Lavi hanya berpikir, buat apa punya harta. Tapi kebahagiaan pun tak ada.
"H-hiks, aku ingin pergi" isakan lirih terdengar dengan bibir kecil nya yang bergetar.
Tanda ia tak mampu menahan semua lubang kosong yang berada di dalam nya. Raga nya hidup, tapi jiwanya tak ada.
~~~~~~~~~~
#alv